Rabu, 15 Desember 2021

 

Bikin Pakan Sendiri, Peternak Lele Lebih Untung

Sumber : 

PDF By Sipencari Munafik updates@academia-mail.com

 

Para pembudidaya lele yang tergabung dalam Kelompok Mina Siwani Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Wonogiri menggelar panen raya lele, kemarin. Pada panen kali ini, mereka mampu meraup keuntungan yang lebih besar. Pasalnya, mereka tidak menggunakan pakan pabrik, melainkan membuat pakan sendiri.

Anggota kelompok Mina Siwani, Sarno memaparkan, pakan buatan sendiri mampu menekan biaya pemeliharaan hingga 50%. Pakan ikan dibuat dari berbagai bahan alternatif. Antara lain berupa tepung ikan rucah (ikan sisa), bekatul, roti afkir, daun pepaya, hingga daun kelor.

Pembuatan 20 kilogram pakan hanya menelan biaya Rp 57.500. Dengan demikian, biaya pembuatan pakan hanya sekitar Rp 2.300 per kilogram. Biaya tersebut jauh lebih hemat dibandingkan dengan membeli pakan pabrik yang harganya berkisar Rp 8.666 per kilogram.

Ketua paguyuban pembudidaya ikan Mina Selomanis Kecamatan Selogiri, Siswanto menuturkan, sebanyak 1.750 benih ikan lele dibudidayakan selama tiga bulan lebih. Saat panen, mampu menghasilkan 167,5 kilogram ikan. Pakan buatan sendiri mampu memberi keuntungan hingga Rp 700.000 per seribu benih ikan lele. Adapun pakan pabrikan hanya memberi keuntungan Rp 300.000 per seribu benih ikan lele.

Meski demikian, mereka belum bisa membuat pakan yang mampu mengapung. “Kami sedang mencari resep bagai mana caranya agar pakan bisa mengapung di air. Pakan yang kami buat ada yang mengapung, tetapi masih ada juga yang tenggelam,” katanya. Camat Selogiri, Bambang Haryanto mengatakan, upaya mereka untuk membuat pakan sendiri sungguh luar biasa. “Semangat yang luar biasa. Roti afkir bisa jadi pakan ikan,” ujarnya.

Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakperla) Wonogiri, Rully Pramono Retno menambahkan, pembudidaya hendaknya juga memperhitungkan biaya tenaga kerja dan biaya bahan bakar jika ingin mengembangkan usaha lebih besar. Pihaknya menyarankan agar pembudidaya getol mencari informasi agar dapat membuat pakan yang mampu mengapung.

“Pada 28 Oktober nanti, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan akan hadir ke Nguntoronadi. Silahkan bertanya bagai mana cara membuat pakan agar terapung,” tuturnya. (Sumber : Suara Merdeka

Eko Mulyadi Makmurkan Warganya Dengan Ternak Lele

Published on October 31, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele0

 

Saat orang lain berduyun-duyun mengejar mimpi di Ibukota, Eko Mulyadi justru sibuk membangun desa tercintanya di Desa Karang Patiang, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Kini, Pria muda tersebut telah memberdayakan masyarakat sekitar menjadi peternak lele, kambing dan perajin keset.

Sambil bercerita, Eko menggambarkan kondisi perekonomian warga di desanya dengan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Sayangnya, keadaan lahan yang kering kerap mempersulit warga setempat untuk bercocok tanam karena harus mengandalkan musim hujan.

“Kalau musim kemarau tidak ada aktifitas alias menganggur sehingga ini yang menyebabkan kemiskinan. Kebanyakan mereka berasal dari keluarga miskin dengan beberapa anggota keluarga,” ungkap dia kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Kamis (31/10/2013).

Jiwa mulia sepertinya sudah tertanam dalam diri Kepala Desa Karang Patiang ini. Pasalnya, dia memfokuskan program pemberdayaan beternak lele kepada warganya yang mengalami keterbelakangan mental.

Saat ini, Eko menyebut, basis penduduk di desanya mencapai 5.800 jiwa terdiri dari 1.845 kepala keluarga (KK), yakni kalangan sangat miskin sebanyak 290 KK, sebanyak 560 KK merupakan warga miskin dan 48 KK mengalami keterbelakangan mental atau 98 jiwa.

“Mulanya, kami kirim-kirim proposal mengenai program beternak lele lalu bertemu dengan Bank Indonesia (BI) cabang Kediri yang akhirnya membantu kami membuat kolam-kolam lele pada tahun 2004. Mengajari masyarakat cara beternak lele yang menghasilkan uang,” tambah lulusan SMK Negeri 1 Ponorogo itu.

Kala itu, dia memaparkan, BI memberikan bantuan untuk membuat satu kolam lele besar berukuran 6×24 meter, lalu kembali mendirikan 12 kolam kecil bagi masyarakat seluas 1×2 meter.

“Sekarang sudah ada 57 kolam kecil dan 87 kolam besar. Investasi yang dibutuhkan untuk membuat kolam beserta bibit dan pakan lele mencapai Rp 1,5 juta dan diberikan secara gratis. Mereka tidak perlu mengeluarkan apa-apa lagi, yang penting kemauan untuk belajar,” sambung Eko.

Hasilnya, mahasiswa semester akhir jurusan Manajemen Bisnis di Universitas Muhammadiyah Ponorogo ini mengatakan, satu kolam lele kecil tersebut bisa menampung hingga 1.000 ekor lele.

“Setiap 90 hari sekali, lele biasanya panen. Dan dalam setahun bisa sampai empat kali memanen hasil ternak ikan lele. Namun omzet dari beternak lele sebesar Rp 100 ribu-Rp 250 ribu per bulan dalam satu kali panen dan diambil bersama Papua,” paparnya.

Sambil menunggu hasil panen, kata Eko warga setempat bisa menyambinya dengan usaha beternak kambing dengan hasil baru terlihat selama satu tahun. Sedangkan untuk menambal penghasilan sehari-hari, warga bisa memproduksi keset berbahan baku kain bekas.

“Ambisi saya ke depan adalah bisa meng-cover seluruh warga baik yang sangat miskin, miskin dan keterbelakangan mental supaya bisa memiliki kemampuan dan keahlian dalam beternak lele,” ujar Suami dari Yuliana itu. (Sumber : Liputan 6)

Pakan Lele Murah Meriah Dari Kotoran Puyuh

 

Peternak ikan lele kini bisa menekan biaya pakan ternak mereka hingga sekira 50%. Bila biasanya mereka butuh Rp9.000 untuk membeli 1 kilogram (kg) pakan ikan lele, kini cukup dengan Rp5.000, mereka bisa memberi pakan tinggi protein bagi lele yang dibiakkan.

Ketua Tim Pusat Pengembangan Kewirausahaan (PPKwu) UNS Ir. Suyono menjelaskan, harga pakan ikan yang mahal mengakibatkan usaha budidaya ikan banyak mengalami kerugian. Padahal, di sisi lain, pemerintah sedang menggalakkan program masyarakat gemar makan ikan.

“Itulah yang memunculkan wacana perlu upaya menemukan pakan lele yang murah dan ramah untuk masyarakat,” ujar Suyono.

Bersama timnya, Suyono pun merekayasa kotoran burung puyuh untuk dijadikan alternatif pakan ikan lele. Awalnya, peternak burung puyuh ini merasa tertantang untuk memanfaatkan kotoran burung puyuh yang tersedia melimpah untuk dijadikan pakan lele. Selain murah, kata Suyono, kotoran burung puyuh dipilih karena kandungan proteinnya yang tinggi dibandingkan kotoran ayam.

“Kandungan protein kotoran burung puyuh adalah 21 persen, sedangkan kandungan protein dalam kotoran ayam petelur 11-14 persen,” jelasnya.

Suryono mencampur kotoran burung puyuh dengan bulu ayam dan sisa ikan asin. Bulu ayam berfungsi membuat pakan lele dapat mengambang di air. Sisa ikan asin digunakan untuk menambah nafsu makan ikan lele.

Pembuatan pakan lele dengan pemanfaatan limbah organik tersebut, menurut Suryono menggunakan perbandingan 1:1:1. Satu kg kotoran kering burung puyuh dicampur 1 kg bulu ayam yang telah dipresto dan 1 kg ikan asin.

“Setelah dikeringkan, kemudian digiling menjadi tepung dan dicampur. Baru kemudian diproses menjadi pelet,” urai Dosen Fakultas Pertanian UNS itu.

Suryono mengimbuh, bila dijual, pakan lele dari limbah organik dihargai Rp5.000 per kg. Harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan pakan ikan pada umumnya yang dibanderol Rp8.000-Rp9.000 per kg.

“Tetapi pakan ikan lele hasil ujicoba ini belum dipasarkan. Tetapi hanya sebatas dimanfaatkan oleh UNS sebagai pendampingan peternak ikan lele,” tuturnya. (Sumber : Okezone)

Berita Perikanan Terkait

Kisah Sukses Peternak Lele Masaran Sragen

Published on September 23, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Kisah Sukses1

 

Memilih usaha ternyata tidak harus dari sesuatu yang wah. Banyak peluang besar bisa Anda peroleh justru dari sesuatu yang nampak sepele. Semisal beternak ikan lele.Ikan berkumis ini memang masih dipandang sebelah mata oleh pebisnis.

Padahal, rejeki yang ia janjikan cukup besar. Gerai supermerket besar hingga warung tenda di pinggir jalan butuh pasokan lele dalam jumlah banyak secara rutin.

Mungkin kita tak pernah menggubris warung tenda yang menjajakan menu pecel lele yang berderet di sepenjang jalan. Padahal, kontinuitas kebutuhan lele di warung tenda umumnya lebih pasti bila dibanding dengan kebutuhan lele di supermarket. Warung-warung seperti itu banyak tersebar di setiap kota.

Memulai bisnis lele tidah harus selalu diawali dengan hitungan yang jelimet serta bikin pusing. Anda bisa memualinya dengan sekedar bejlan-jalan santai, nongkrong sambil iseng mencicipi menu ikan lele. Dari kegiatan itu Anda bisa memetakan pasar ikan lele. Jumlah kebutuhan ikan lelepun bisa Anda peroleh secara pasti.

Di Jakarta pedagang pecel lele bisa menghabiskan 7-8 kg ikan lele, Tiap kilo harganya Rp 12.000. Jika dihitung-hitung, pedagang tenda membutuhkan pasokan ikan lele yang tidak sedikit. Paling tidak ia harus mendapat pasokan 210 – 240 kg lele segar secara rutin.

Keterangan di atas bisa memberi gambaran kasar bagi Anda bahwa peluang berbisnis lele berprospek cerah. Seperti itulah usaha yang kini ditekuni Bapak Sawiji Warga Dukuh Tempel, Desa Krikilan Kecamatan Masaran ini, Usaha yang dirintisnya telah mampu memasok kebbutuhan ikan lele di kota jakarta, yang pembibitanya di lakukan di kampung halamannya ini.

Usaha pembesaran memang butuh modal lebih besar bila dibandingkan dengan pembibitan. Namun, untung yang bisa diraup lebih menjanjikan. Masa panen ikan lele memang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan jenis ikan konsumsi yang lain. Kalau gurami baru bisa dipanen sekitar 8 bulan. Sedangkan lele sudah bisa dipanen sekitar 50 hari.

Kondisi pasar ikan lele mamang cenderung lebih tidak stabil bila dibanding dengan kondisi pasar ikan jenis lain. Kadang-kadang harganya naik sangat tinggi, Tapi kadang-kadang pula merosot, Pokoknya jangan jual lele pada bulan-bulan yang tidak ada huruf R nya (Mei, Juni, Juli, dan Agustus).

Sebab, Pada kisaran bulan itu banyak petani lele yang mengobral lelenya dengan harga murah. Alasannya, mereka sangat butuh biaya untuk keperluan sekolah anak-anak mereka. Harga jual ikan lele akan mencapai puncak termahal pada bulan Januari. Sebab, pada waktu itu pasokan ikan lele cenderung berkurang.

Hal itu disebabkan karena pada bulan itu pembibitan lele banyak yang gagal. Banyak telur yang gagal menetas lantaran pengaruh musim hujan. Air hujan bisa menurunkan derajan keasaman (pH) air kolam.

Jika memiliki jumlah kolam lebih dari satu, Maka periode panen bisa dirancang bergantian. Berkat cara seperti ini, periode panen bisa menjadi lebih cepat dari 50 hari. Budidaya lele tidak direpotkan dengan masalah air. Daya tahan ikan lele sangat baik, Asal air selalu penuh dan cukup pangan, itu sudah beres.

Supaya bisa untung, ikan yang dipelihara minimal haru berjumlah 10.000 ekor. Jumlah ikan sebanyak itu butuh pakan sebanyak 35 karung. Setok pakan sebanyak itu dipakai dalam satu kali periode usaha. Setiap karung berisi pakan seberat 30 kg. Harga pakan perkarung adalah Rp 160.000.

Masalah pakan bisa diatasi dengan oplosan pakan yang berasal dari jerohan ayam. Harganya Cuma Rp 1500/ kg. kwintal jerohan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan lele selama 1 – 1,5 hari. Satu kolam butuh 2 karung pelet setiap hari. Pemberian pakan dilakukan 2 kali dalam sehari.

Jadi, satu karung pelet digunakan untuk sekali pemberian pakan. Berkat menu tambahan, ukuran ikan bisa semakin besar. Kalau biasanya ikan sekilo ada 7 ekor, setelah diberi pakan tambahan berat ikan sekilo cuma 6 ekor. Keuntungan lain yaitu bisa lebih irit biaya Rp 510.000 setiap bulan.

Harga jual ikan lele di tingkat petani saat ini adalah Rp 11.000 / kg. Persentase kematian ikan lele biasanya mencapai 10%. Kondisi seperti itu umumnya terjadi sehabis ikan lele dilepas ke dalam kolam. Terutama ketika cuaca sedang panas. Setiap kolam bisa menghasilkan lele seberat 7 – 8 kuintal.

Kedalaman kolam lele minimal 1 m. Air yang terlalu dangkal menyebabkan ukuran lele menjadi terlalu pendek. Sebab ikan menjadi kurang gerak. Jumlah bibit yang ditaburkan 50.000 ekor dalam setiap kolam. Bibit lele itu masih seukuran rokok. Satu bulan setelah dilepas, iakan lantas disortasi.

Ikan yang sudah sebesar batu baterai dipindah kolam yang lain. Tujuannya supaya ukuran ikan seragam. Sebab jika tidak disortir, ikan yang ukurannya lebih kecil akan dimangsa oleh lele yang berbada lebih gede. Biasanya setelah disortir ikan tinggal 12.000 ekor. Atau sekitar 3 kwintal. (Sumber : Sragen News)

unung Kidul Kurang Pasokan Ikan Lele

Published on September 9, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Peluang Usaha1

 

Produksi lele di Gunungkidul belum bisa mencukupi pasar sehingga pedagang ikan di beberapa pasar terpaksa mencari pasokan dari luar daerah.

Seperti yang terjadi di Pasar Ponjong. Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul mencatat kebutuhan ikan lele 1,5 ton per pekan sedangkan pasokan dari pembudi daya lele baru sekitar 25% dari kebutuhan per pekan, yakni 1,125 ton.

Kondisi tersebut membuat dinas terus berupaya menggenjot produksi pembudidaya ikan lele. Kepala DKP Gunungkidul, Agus Priyatno, mengungkapkan sudah banyak bantuan yang diberikan untuk meningkatkan usaha pembudidaya lele.

Namun, bantuan sebatas stimulan, seperti bantuan terpal untuk lahan budi daya, benih dan pakan.

“Kami memberi bantuan lebih hati-hati sebab ketika pedagang mandiri juga ikut memproduksi, nanti ketika panen bersamaan harga lele jatuh,” ujarnya, Minggu (8/9/2013).

Saat ini harga lele di tingkat peternak mencapai Rp16.000 per kilogram.

Pembudi daya lele di Kecamatan Ponjong, Riftanto, mengakui adanya banyak permintaan lele namun dia belum mampu memenuhi meski sudah memiliki 40 kolam pembenihan lele berukuran 3×4 cm dan 17 kolam pembesaran dengan ukuran 10×15 cm.

Budi dayanya hanya mampu memproduksi lele sebanyak 2,5 kuintal per pekan. “Sekarang saya sedang menambah 35 kolam lagi yang berukuran 4×14 cm untuk pembesaran,” katanya.(Sumber : Harian jogja)

Budidaya Ikan Kolam Terpal Diminati di Kalbar

Published on August 23, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele0

 

Salah satu usaha di sektor perikanan darat yang menjadi primadona dan digemari oleh masyarakat adalah budidaya ikan kolam terpal. Kolam ini memiliki potensi besar, jenis usaha ini juga sangat mudah dilakukan oleh masyarakat karena tidak harus ditempatkan dilokasi yang besar. Di lahan sempit, kolam terpal pun bisa dibuat.

Jaidu misalnya. Ketua Unit Perbenihan Rakyat (UPR) Babanto tidak merasa heran kalau saat ini upaya pengembangan kolam terpal yang ada di daerah Landak sudah cukup diminati oleh masyarakat. Beberapa Desa yang juga sudah menjadi binaan kelompok ini.”Usaha ini sudah cukup di minati oleh masyarakat termasuk ibu-ibu juga sudah mengembangkan usaha ini dan sampai saat ini sudah mulai berhasil,” tuturnya.

Terkait dengan perkembangan pengembangan usaha tersebut, pihaknya dari UPR Babanto, secara terus menerus akan memberikan dukungan dan penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang sudah bergabung dengan kelompok tersebut.Kedepan, lanjutnya, pengembangan usaha ini tidak hanya berkembang di beberapa Desa saja melainkan juga bisa di kembangkan di daerah lain di Kabupaten Landak.

“Awalnya bukan sebagai usaha pokok melainkan mungkin ada yang hobby tetapi kita yakin setelah usaha tersebut berhasil dan di rasakan oleh yang bersangkutan maka usaha ini akan bisa beralih menjadi usaha pokok artinya hasil tersebut sudah dapat di rasakan oleh masyarakat,”tuturnya.Seraya juga menambahkan bahwa dengan adanya pengembangan usaha ini kedepan dapat akan menambah penghasilan keluarga.

Apalagi yang lebih banyak berperan dan menjadi anggota ini adalah ibu-ibu sehingga akan lebih fokus mengingat keseharian kegiatan ibu-ibu lebih banyak di rumah sehingga pemeliharaan ikan akan lebih optimal. Jenis ikan yang bisa dibudidayakan di sini pun cukup beragam. Mulai dari lele, mas, nila hingga jenis lainnya. (Sumber : Postianak Post)

Sepi Melaut Kini Jadi Pengusaha Ikan Lele

Salah satu kecamatan di kabupaten di Banyuwangi yang menjadi sentra budidaya lele adalah Muncar. Daerah ini yang setiap tahunnya berhasil meningkatkan budidaya ikan Lele.

Muncar adalah salah satu kecamatan yang terkenal dengan sebutan kota ikan di Banyuwangi ini sebagian besar mata pencariannya adalah nelayan. Berkat hasil tangkapan yang melimpah, penduduk didaeah tersebut hidupnya cukup makmur. Namun, di tahun 2007 hasil tangkapan ikan mulai sepi. Sehingga, membuat masyarakat kota Muncar harus mencari kegiatan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Salah satu nelayan yang memilih mencari penghasilan lain adalah H. Mislan, warga Desa Kedungrejo, Kecamatan Mucar . Pria berumur 56 tahun itu bersusah payah membangun usaha budidaya ikan lele. Walaupun pada mulanya dirinya tak mempunyai keahlian di bidang budidaya ikan Lele. Namun, berkat keyakinannya serta ketekunannya akhirnya budidaya ikan Lele bisa bisa dikembangkannya “

Alhamdulillah dengan usaha ini saya bisa akhirnya bisa menyekolahkan anak saya ke perguruan tinggi . Dan saat ini Kementrian Kelautan dan Perikanan RI akan memberikan bantuan modal secara hibah untuk memajukan usaha saya serta masyarakat sekitar sini” katanya.

H. Mislan menceritakan awal mulanya dirinya membuk usaha budidaya ikan Lele ini bermodalkan uanga Rp.50 juta hasil dari pinjaman. Dengan uang itu dibuatlah tiga kolam ikan lele di belakang rumahnya dengan ukuran 3 X 4 meter perpetak. Dari tiga petak itu di taburi benih lele sebanyak 15.600 bibit lele. Dengan optimis H Mislan memelihara benih ikan lele tersebut dan akhirnya bisa berkembang

“Ulet dan telaten kunci keberhasilan, awalnya. Saya ini tidak mengerti budidaya ikan lele ini, namun saya belajar dari buku, alhamdulillah sejak saya berusaha saya tidak pernah rugi,”ungkapnya.

Keberhasilan H. Mislani ini membuat masyarakat Kedungrejo yang tidak mempunyai pekerjaan akhirnya meminta bapak tiga anak ini untuk menularkan keberhasilannya. Sebanyak 12 orang yang ingin merubah hidupnya akhirnya membuka kelompok kerja tani dengan nama Karya Mina.

“Alhamdulillah sekarang ada 20 orang yang membuka usaha dibidang usaha ini, dan behasil semua, yang rata-rata mempunyai pendapatan perbulannya diatas 6 juta perbulan,”beber H. Mislan.

Hasil nyata H. Mislan dan rekan-rekannya ini akhirnya bisa menjadi ikon desa mereka untuk pengembangan ikan Lele
Dirjen Kelautan dan Perikanan yakni Sekretaris Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (Sesditjenkanbud) Ir. Moh Abduh Nurhidayat yang melihat keberhasilan budidaya ikan Lele yang dikembangkan kelompok tani karya Mina ini akhirnya memberikan bantuan yang nantinya bisa digunakan untuk pengembangan lebih besar lagi

“Ternyata tidak semua nelayan tidak bisa usaha, nyatanya H. Mislan ini, dari nelayan berubah menjadi pembudidaya ikan lele, agar lebih maju dan meningkatkan hasil produksinya,”kata Moh. Abduh.

Moh Abduh Nurhidayat menambahkan, peralihan dari nelayan tangkap menjadi pembudidaya lele karena hasilnya yang lebih pasti dan terukur.

“Hal ini dapat dijadikan contoh sebagai alternatif peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui kegiatan usaha perikanan budidaya, Budidaya lele, khususnya di Kecamatan Muncar yang sebelumnya hanya sekedar coba-coba telah berubah menjadi salah satu sumber penghasilan bagi para nelayan di ma

Ikan Lele Pun Dibuat Es Krim

Published on July 21, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Kisah Sukses1

 

Siswa SMK N I Temon (SMK Kelautan) mencoba berkreasi dengan menciptakan es krim yang terbuat dari bahan dasar ikan lele. Produk buatan siswa kelas XII jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHPI) SMK Kelautan ni diharapkan mampu meningkatkan kegemaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan.

Menurut Sri Wahyuni siswa kelas XII TPHP, lele ini banyak dijumpai di Kulonprogo, namun hanya selalu diolah untuk lauk. Karena itu ia bersama-sama temannya berkreasi membuat es krim lele tersebut dan ini sudah diikutkan dalam Clinic Science Dinas Pendidikan DIY dan direncanakan September akan ikut pameran di DIY.

“Untuk mengolah lele menjadi es krim memang dibutuhkan ketelatenan, karena lele akan melewati beberapa tahapan agar mendapatkan tepung yang halus,” katanya, Sabtu (20/07/2013).

Diungkapkan Sri Wahyuni, langkah awal pembuatan inti es krim lele yang paling banyak memakan waktu adalah mendapatkan tepung lelenya karena melalui proses yang lumayan lama dan telate. Ikan lele kemudian disiangi dan dicuci bersih lalu dikukus hingga matang.

“Usai dikukus daging ikan dipisahkan dari kulit dan tulangnya, hasilnya dispiner hingga 3 x agar air/minyak dari lele hilang dari dagingnya. Setelah itu daging lele dioven untuk mempermudah penghalusan, lalu diblender. Hasilnya diayak sehingga didapatkan tepungnya. Ini yang dikatakan harus telaten tadi, karena melalui beberapa kali proses untuk mendapatkan tepung lele yang halus,” paparnya.

Setelah diperoleh tepung, langkah selanjutnya mempersiapkan bahan-bahan es krim, diantaranya memanaskan santan susu. Untuk adonan I dimulai dengan mencampur tepung ikan, perasa, susu dan santan yang telah dipanaskan. Saat gelembung mulai timbul maka pemanasan dihentikan.

Untuk adonan II adalah mencampur tepung ikan, perasa, santan dan dipanaskan. Telur, vanili, gula diblender dengan adonan I. Semua bahan dipanaskan sampai mengental.

“Kemudian tuangkan ke dalam wadah es krim dan masukkan ke dalam kulkas,”kata Sri Wahyuni sambil menambahkan biasanya untuk 1 kg lele didapatkan sekitar 80 gram tepung lele. (Sumber :  KR Jogja)

Pakan Lele Dari Ampas Tahu

Published on June 19, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele1

 

Dalam usaha Budidaya lele kita juga bisa membuat ramuan pakan organik yang berbahan dasar “Ampas Tahu” dengan tujuan agar lele dapat berkembang seperti di habitat aslinya yaitu memakan makanan yang berasal dari bahan organik dan ikan lele akan tumbuh  dengan baik.

Selain itu hal tersebut juga untuk menekan atau mengurangi biaya pengeluaran serta mengurangi menumpuknya limbah dari Ampas Tahu tersebut.

Cara Pembuatan Pakan Lele dari Ampas Tahu

Sebelumnya persiapkan bahan-bahan pembuatan pakan lele dari Ampas Tahu sebagai berikut:

1.     Ampas Tahu 5 Kg

2.     Dedak Halus 5 Kg

3.     Tepung Ikan 1 Kg

4.     Tetes Tebu/Molases 1 liter

5.     Probiotik(EM4-Perikanan) : 200 ml

6.     Ragi Tempe 2 sdm

Setelah seluruh bahan dicampur dan diaduk rata kemudian dimasukkan ke dalam drum/ember/kantong plastik yang diberi lobang udara dengan menggunakan selang untuk mengalirkan gas/udara yang ujungnya ditutup plastikatau bekas gelas air mineral tetapi jangan terlalu tertutup rapat(sebagian terbuka untuk keluar masuknya oksigen).

Kemudian simpan dan dibiarkan selama +/- 5 hari agar terjadi proses fermentasi secara alami.

Setelah di Fermentasi 5 hari Pakan Lele Organik sudah bisa dimanfaatkan dengan ketentuan sebagai berikut :

1.     Bisa diberikan langsung ke Lele dengan cara dikepalkan sehingga lele bisa mengkonsumsi secara langsung

2.     Disarankan diberikan ke Lele yang umurnya diatas 1 bulan dari penebaran ukuran benih 5-7/7-9, sebelumnya bisa diberikan dari hasil fermentasi dan pakan alami pupuk kandang

3.     Pemberiannya jangan bersamaan dengan pemberian pellet ikan

4.     Prosentase pemberian 5% dari Biomas Ikan (1,5 – 2 kali jumlah pemberian pakan Pellet).

5.     Frekwensi pemberian pakan lele organik dari ampas tahu ini bisa 2 – 3 kali sehari diberikan pada pagi/siang hari

6.                  Pembudidaya Lele Indramayu Tak Terpengaruh Cuaca

7.      Published on June 18, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele0

8.     

9.       

10. Pasokan ikan lele hasil panen petani tambak di Kecamatan Kandanghaur seperti tak tergoyah cuaca. Saat hujan maupun panas usaha budidaya air tawar mereka tetap memberikan keuntungan para petaninya.

11. Pemantauan Senin (17/6) petani tambak memanen hasil tanaman lele mereka. Harga jual ikan lele size 9 ekor per Kg bertahan Rp13 ribu. Jangkauan pemasaran ikan lele dari Indramayu itu menjangkau kota kota besar seperti Jaakrta dan sekitarnya dan Bandung dan sekitarnya.

12. Pemasaran hasil panen ikan lele pun tidak sulit. “Kapan saja kita bisa mengundang tengkulak lele yang siap membeli hasil panen dalam jumlah berapapun,” kata Ewo, 42 seorang petani tambak lele.

13. Setiap kolam lele memberi keuntungan petani tambak antara Rp3 juta hingga Rp5 juta dengan masa panen selama 4 bulan. Selain kemudahan pemaaran, petani tambak lele pun tidak kesulitan mencari bibit maupun pakan.

14. “Bibit kita beli seharga Rp120 per ekor seukuran rokok mild. Setelah 4 bulan dipelihara berat ikan lel mencapai rata rata 1,1 ons,” katanya.

15. Pakan lele selain menggunakan pakan produk pabrik juga bisa menggunakan pakan buatan seperti ikan ikan kecil, nasi bekas, dedak serta daun kangkung dan lumut.

16. Di Kecamatan Kandanghaur saat ini terdapat ratusan petani tambak lele yang setiap saat tanpa terputus memasok kebutuhan lele ke Jakarta, Bandung dan lokal Indramayu. (Sumber : Poskota)

17.         Pembudidaya Ciparay Coba Sistem Baru Pendederan Lele

18.   Published on June 11, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele0

19.  

20.    

21. Para pembudidaya ikan di Ciparay Kabupaten Bandung melakukan uji coba sistem baru pendederan benih ikan lele dengan menggunakan jaring.

22. “Kami berharap sistem ini bisa meningkatkan nilai tambah untuk budidaya lele,” kata Ojat, salah seorang petani ikan di Ciparay Bandung, Senin.

23. Pemeliharaan benih ikan lele dilakukan di kolam dengan menggunakan jaring atau yang dikenal petani dengan sebutan waring.

24. Benih ikan lele yang baru berusia dua hingga tiga hari dibesarkan di dalam jaring yang di simpan di tengah-tengah kolam yang juga dipakai untuk memelihara ikan biasa.

25. “Pakannya yang beda, biasanya menggunakan cacing, namun dengan sistem baru ini diberi pakan ikan yang halus,” kata Ojat.

26. Dibandingkan dengan cara konvensional, kata dia, pemeliharaan lele dengan sistem baru ini lebih efektif dan tingkat keberhasilannya lebih maksimal.

27. “Angka kematiannya lebih rendah, kami baru dua bulan ini mengembangkan dan hasilnya cukup terlihat,” katanya.

28. Ikan lele kemudian dipelihara selama dua pekan, kemudian pada usia itu yang disebut ‘bagar’ kemudian dilelang kepada petani ikan pendederan atau pembesaran.

29. Selama ini pembenihan dan budidaya ikan mas di kawasan Bandung selatan baru sebatas selingan dari pembudidayaan ikan mas Majalaya.

30. “Pasar benih lele cukup potensial dan selama ini tidak terpenuhi. Mudah-mudahan sistem baru ini memberikan hasil,” kata Ojat yang juga anggota salah satu kalompok petani ikan di kawasan itu.

31. Harga benih lele usia dua hingga tiga pekan saat ini Rp30.000 per kilogram. Sedangkan untuk benih usia sepekan biasanya dijual dengan cara liter masing-masing Rp40 ribu per liter.(Sumber : Antara Jabar)

Cara Membuat Pakan Lele Organik Dari Kotoran Sapi

Published on June 10, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele6

 

Budidaya ikan lele organik mempunyai beberapa kelebihan dari lele non organik. Terutama dari segi penghematan biaya pakan, rasa, dan manfaatnya untuk kesehatan.

Budidaya ikan lele sudah ada dimana-mana karena memang banyak sekali peminatnya, namun tidak sedikit yang gulung tikar sebab kian melambungnya harga pakan lele. Harga pakan lele yang mahal tak sebanding dengan hasil panen dan jerih payahnya.

Akan tetapi bagi peternak lele organik, mahalnya harga pakan tidak jadi soal. Sebab pembudidaya lele organik tidak menggunakan pakan pelet buatan pabrik, tapi membuat pakan buatan sendiri dari kotoran sapi.

Budidaya lele dengan pakan organik dari kotoran sapi banyak sekali manfaatnya. Diantaranya adalah :

1.     Kandang sapi menjadi lebih bersih.

2.     Hemat biaya perawatan.

3.     Air kolam tidak berbau busuk.

4.     Tidak perlu mengganti air kolam.

5.     Lele organik mempunyai rasa yang lebih gurih.

6.     Memberi pendapatan tersendiri bagi peternak sapi di sekitar.

7.     Bobot ikan lele lebih berat dan harga jualnya lebih tinggi.

8.     Lebih aman untuk kesehatan.

9.     Nilai gizinya lebih tinggi dan kolesterolnya lebih rendah.

10. Air bekas budidaya lele organik sangat baik untuk memupuk tanaman.

Budidaya ikan lele organik lebih hemat biaya produksi. Pasalnya penggunaan pakan organik dari kotoran sapi sangat menghemat biaya pakan. Sebagai perbandingan, saat ini harga pellet buatan pabrik sudah di atas Rp.8.000 per kilo. Sedangkan harga pakan lele organik hanya Rp.2.000 per liter.

Untuk menghasilkan 1 ton ikan lele siap konsumsi, pakan yang dibutuhkan jika menggunakan pellet bisa mencapai 1 ton. Sedangkan jika menggunakan pakan organik hanya membutuhkan 2.300 liter. Bobot ikan lele organik juga lebih berat dari non organik. Satu kilo gram ikan lele non organik, umumnya isinya berjumlah 8 sampai 9 ekor. Sedangkan lele organik jumlah perkilo gramnya hanya 7 sampai 8 ekor.

Cara Membuat Pakan Lele Organik Dari Kotoran Sapi

1.     Kumpulkan kotoran sapi yang telah di angin-anginkan selama kurang lebih 1 minggu

2.     Dalam keadaan kering kotoran sapi tersebut di masukkan ke dalam kolam / bak penampungan

3.     Campurkan larutan fermentor/Probiotik EM4 dan tetes tebu/gula dengan perbandingan 1 liter fermentor 2 liter tetes tebu/gula dan 10 liter air sampai merata.

4.     Dalam waktu 7-10 hari akan tumbuh plankton-plakton yang akan menjadi pakan utama lele.

5.     Cara pemberian pakan untuk lele cukup diambil beberapa ember dari kolam yang berisi plankton tadi kemudian di masukkan kedalam kolam lele dan dalam waktu kurang lebih 3- 4 bulan lele bisa di panen.

(Sumber : E-Petani Deptan)

Brownies Ikan Lele Karya KWT Kartini Mandiri

Published on May 23, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Kisah Sukses0

 

Melihat Potensi lain dari ikan lele maka kelompok Wanita Tani Kartini Mandiri di Kelurahan Tipar, Kota Sukabumi, Jawa Barat, mengembangkan usaha pembuatan kue brownies dengan bahan baku ikan lele.

“Pembuatan brownies dari ikan lele ini ide awalnya karena melihat potensi lele di daerah kami, sehingga diputuskan untuk mencari makanan unik dan timbul ide membuat brownies dari ikan lele,” kata Ketua KWT Kartini Mandiri Ine Susanti kepada wartawan, Rabu (22/5).

Saat ini, usaha brownies lele sudah banyak diminati sebab selain lezat, kadungan proteinnya pun tinggi karena lele merupakan ikan yang memiliki kadar protein cukup tinggi.

Harganya yang ditawarkan cukup murah, mulai dari Rp2 ribu sampai Rp30 ribu tergantung besarnya kue tersebut. Keuntungan dari penjualan kue ini akan dibagikan kembali ke anggota KWT, karena tujuan dibuatnya usaha ini untuk membantu wanita agar bisa mendapatkan penghasilannya di rumah.

“Kami masih terus mengembangkan usaha ini, walaupun penjualannya masih dalam tingkat lokal dan pemesannya baru dari daerah yang bertetangga dengan Kota Sukabumi tetapi sudah mempunyai langganan tetap. Kami berharap usaha ini bisa terus berkembang dan menembus pasar minimalnya nasional,” tambahnya. (Sumber : Aktual)

Potensi Bisnis Pembenihan Lele

Published on May 21, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Peluang Usaha0

 

Senin malam (20/5) sekitar pukul 21.00 WIB, dua orang pria terlihat duduk di bawah pohon duku dalam suasana yang remang-remang, dan di hadapannya terdapat empat kolam terpal berukuran 1,5 Mx2,5 M.

Mata kedua pria yang kemudian diketahui bernama Aman (46) dan Ma`mun (43), terus tertuju pada satu kolam yang berada di sebelah kiri.

Setelah didekati, ternyata di dalam kolam yang berisi air dengan kedalaman sekitar 30 centimeter tersebut terdapat kakaban, yakni ijuk pohon enam yang dijepit dengan belahan bambu. Dalam kolam itu terdapat dua ekor lele dombu (sepasang).

“Kami sedang memijahkan (menelurkan) lele,” kata Aman singkat, ketika ditanya kegiatan yang sedang dilakukannya.

Dua jam kemudian, tampak dua ekor lele tersebut saling berkejaran. Pejantan terus mengejar betinanya.

“Itu betinanya akan bertelur,” kata Ma`mun sambil menunjuk ke arah lele betina sedang berlari dan terus dikejar oleh pejantan.

“Kalau mau bertelur lele betina akan menuju ke ijuk, dan di ijuk itulah akan bertelur. Nanti telur-telurnya menempel di ijuk,” kata Aman menyambung pembicaraan rekannya.

Suasana hening, dan semua mata tertuju pada sepasang ikan lele yang sedang berkejaran dalam kolam terpal.

Tiba-tiba “gocoprok” suara air yang “disapu” ekor lele betina, dan bersamaan dengan suara tersebut, lele betina tersebut mengeluarkan telur-telur dari dalam perutnya. Lele betina itu terus mengeluarkan telur selama sekitar setengah jam.

Ribuan telur berbentuk bulat dengan ukuran lebih kecil dari kacang ijo itupun menempel di kakaban. Semua ijuk yang ada dalam kolam tersebut penuh ditempeli telur ikan lele.

Sekitar pukul 03.00 WIB dini hari, Aman mengambil kedua ekor ikan lele dari kolam terpal, dan kembali dimasukan dalam kolam penyimpanan dengan cara dipisahkan.

“Penyimpanan indukan dengan pejantan harus dipisahkan. Kalau tidak indukan yang ada dalam kolam penyimpanan bisa bertelur,” katanya.

Menurut dia, indukan yang sudah bertelur, akan kembali bisa dipijahkan atau ditelurkan pada tiga-empat bulan mendatang.

Mengenai telur ikan lele yang ada dalam kola terpal, menurut dia, paling lambat 12 jam akan menetas seluruhnya.

“Setelah dua minggu, disortir. Lele yang agak besar dipisahkan ke kolam yang telah kami sediakan. Jika tidak maka akan memakan yang kecil, karena sifat ikan tersebut kanibalisme,” ujarnya.

Aman menjelaskan, setelah dua hari menetas, benih ikan lele akan diberi pakan cacing sutera, yang banyak diperjualbelikan dengan harga Rp15 ribu per liter. Pemberian cacing sutera dilakukan hingga benih berumur 14 hari.

“Setelah itu pakannya kita ganti dengan produksi pabrikan, dan pada usia 20 hari biasanya benih mencapai ukuran dua-empat centimeter dan sudah bisa dijual,” katanya.

Penjualan benih ikan lele, kata dia, tergantung permintaan pembeli. Ada yang diliter, tapi ada juga yang dihitung atau per ekor.

“Untuk literan harganya Rp50 ribu per liter, sedangkan hitungan Rp50 per ekor. Sebenarnya kalau diperhitungkan sama saja,” katanya.

Ma`mun menambahkan, cukup banyak petani pembenih lele di Kelurahan Pagadungan, dan semunya menjual lele dalam kondisi masih kecil, atau tidak akan disiapkan untuk pembesaran, karena biayanya cukup mahal.

Menurut dia, dari satu ekor betina ukuran sebesar pergelangan tangan orang dewasa, bisa menghasilkan benih lele berkisar 20 ribu-30 ribu ekor.

“Kalau kami jual pada umur 20 hari bisa menghasilkan sekitar Rp700 ribu-Rp900 ribu, sedangkan modal yang dikeluarkan untuk membeli pakan sekitar Rp200 ribu-Rp300 ribu, jadi masih ada untung Rp500 ribu-Rp700 ribu,” katanya.

Permintaan tinggi

Permintaan benih ikan lele cukup tinggi, tidak hanya dari petani pembudidaya lokal namun dari juga dari Kabupaten Lebak, Serang dan Kota Cilegon.

“Permintaan banyak, kadang mereka menanyakan sudah memijahkan atau belum, kalau kita katakan sudah, maka 20 hari setelah pemijahan mereka akan datang dan membeli seluruh benih lele,” katanya.

Biasanya, kata dia, pembeli membeli seluruh ikan lele satu indukan, berapapun jumlahnya, pertimbangannya karena ukurannya relatif sama, jadi ketika dibesarkan pun akan sama, jadi bisa dipanen bersamaan.

Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, Banten, Bedjo membenarkan tingginya permintaan benih ikan lele di daerah tersebut.

“Di Pandeglang cukup banya pembudidaya ikan lele dan selama ini mereka mendatangkan benih dari Sukabumi, karena produksi lokal relatif kurang,” katanya.

Terkait besarnya perminntaan benih, Dinas Kelautan dan Perikanan Pandeglang sedang menjajaki usaha pembenihan ikan, yakni untuk jenis ikan mas sinyonya, lele dumbo, lele sangkuriang dan nila.

Pembenihan itu, kata dia, bekerja sama dengan Balai Besar Benih Sukabumi, Provinsi Jawa Barat yang telah berpengalaman karena telah lama melaksanakan usaha tersebut.

Balai Besar Benih Sukabumi, kata dia, memiliki indukan ikan air tawar berkualitas yang telah bersertifikat.

“Kami meminjam indukan dari Balai Besar Benih Sukabumi supaya benih yang dihasilkan berkualitas sehingga tidak merugikan bagi pembeli,” katanya.

Mengenai sistem kerja sama, kata dia, yakni DKP Pandeglang akan meminjam indukan dari balai benih tersebut untuk dipijahkan atau ditelurkan, setelah bertelur dikembalikan.

Selain itu, kata dia, DKP Pandeglang siap menyuplai benih ke Sukabumi dan sekitarnya, kalau pasokan dari Balai Besar Benih Sukabumi tidak mencukupi.

Terkait penjualan benih dari Balai Benih Ikan (BBI), menurut dia, akan lebih difokuskan pada pengadaan benih yang anggaranya dari bantuan, baik dari dana alokasi khusus (DAK) maupun pemerintah kabupaten dan provinsi.

“Dengan membeli benih dari BBI maka ada retribusi untuk pemasukan PAD, dan ini sesuai dengan Perda No.12 tahun 2012 yang didalamnya menyebutkan benih ikan kena retribusi,” katanya.

Selama ini, kata dia, pengadaan benih dari bantuan pemerintah membeli dari pihak ketiga sehingga tidak ada retribusi atau pemasukan bagi daerah.

Selain itu, Dinas Keluatan dan Perikanan Pandeglang juga akan membangun pasar benih Cipeucang yang merupakan pusat penjualan benih ikan air tawar.

“Tahun ini kami merencanakan membangun pasar benih, mudah-mudahan bisa direalisasikan,” katanya.

Pasar benih itu, kata dia, akan dibangun di lokasi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Balai Benih Ikan (BBI) Cepeucang, Kecamatan Cimanuk.

Menurut dia, sarana dan prasana untuk pasar benih tersebut sudah tersedia, seperti kolam penampungan benih, jadi tinggal melakukan penataannya saja sehingga lokasi tersebut layak untuk kegiatan penjualan.

“Penataan yang dilakukan pun tidak terlalu rumit, yakni tinggal membuka pagar saja, sudah layak menjadi tempat penjualan benih,” katanya.

Pembangunan pasar benih itu, kata dia, guna memperlancar penjualan benih yang juga telah diprogramkan oleh DKP Kabupaten Pandeglang.

Ia mengaku optimistis pasar benih tersebut akan berjalan, mengingat tingginya permintaan benih ikan, terutama lele dan ikan mas, dari masyarakat. (Sumber : Antaranews)

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...