Bikin Pakan Sendiri, Peternak Lele Lebih
Untung
Sumber :
PDF By Sipencari Munafik updates@academia-mail.com |
Para pembudidaya lele
yang tergabung dalam Kelompok Mina Siwani Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri,
Wonogiri menggelar panen raya lele, kemarin. Pada panen kali ini, mereka mampu
meraup keuntungan yang lebih besar. Pasalnya, mereka tidak menggunakan pakan
pabrik, melainkan membuat pakan sendiri.
Anggota kelompok Mina
Siwani, Sarno memaparkan, pakan buatan sendiri mampu menekan biaya pemeliharaan
hingga 50%. Pakan ikan dibuat dari berbagai bahan alternatif. Antara lain
berupa tepung ikan rucah (ikan sisa), bekatul, roti afkir, daun pepaya, hingga
daun kelor.
Pembuatan 20 kilogram
pakan hanya menelan biaya Rp 57.500. Dengan demikian, biaya pembuatan pakan
hanya sekitar Rp 2.300 per kilogram. Biaya tersebut jauh lebih hemat
dibandingkan dengan membeli pakan pabrik yang harganya berkisar Rp 8.666 per
kilogram.
Ketua paguyuban
pembudidaya ikan Mina Selomanis Kecamatan Selogiri, Siswanto menuturkan,
sebanyak 1.750 benih ikan lele dibudidayakan selama tiga bulan lebih. Saat
panen, mampu menghasilkan 167,5 kilogram ikan. Pakan buatan sendiri mampu
memberi keuntungan hingga Rp 700.000 per seribu benih ikan lele. Adapun pakan
pabrikan hanya memberi keuntungan Rp 300.000 per seribu benih ikan lele.
Meski demikian, mereka
belum bisa membuat pakan yang mampu mengapung. “Kami sedang mencari resep bagai
mana caranya agar pakan bisa mengapung di air. Pakan yang kami buat ada yang
mengapung, tetapi masih ada juga yang tenggelam,” katanya. Camat Selogiri,
Bambang Haryanto mengatakan, upaya mereka untuk membuat pakan sendiri sungguh
luar biasa. “Semangat yang luar biasa. Roti afkir bisa jadi pakan ikan,”
ujarnya.
Kepala Dinas
Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakperla) Wonogiri, Rully Pramono Retno
menambahkan, pembudidaya hendaknya juga memperhitungkan biaya tenaga kerja dan
biaya bahan bakar jika ingin mengembangkan usaha lebih besar. Pihaknya
menyarankan agar pembudidaya getol mencari informasi agar dapat membuat pakan
yang mampu mengapung.
“Pada 28 Oktober
nanti, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan
akan hadir ke Nguntoronadi. Silahkan bertanya bagai mana cara membuat pakan
agar terapung,” tuturnya. (Sumber
: Suara Merdeka
Eko Mulyadi Makmurkan Warganya Dengan
Ternak Lele
Published on October
31, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele0
Saat orang lain
berduyun-duyun mengejar mimpi di Ibukota, Eko Mulyadi justru sibuk membangun
desa tercintanya di Desa Karang Patiang, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo,
Jawa Timur.
Kini, Pria muda
tersebut telah memberdayakan masyarakat sekitar menjadi peternak lele, kambing
dan perajin keset.
Sambil bercerita, Eko
menggambarkan kondisi perekonomian warga di desanya dengan mayoritas bermata pencaharian
sebagai petani. Sayangnya, keadaan lahan yang kering kerap mempersulit warga
setempat untuk bercocok tanam karena harus mengandalkan musim hujan.
“Kalau musim kemarau
tidak ada aktifitas alias menganggur sehingga ini yang menyebabkan kemiskinan.
Kebanyakan mereka berasal dari keluarga miskin dengan beberapa anggota
keluarga,” ungkap dia kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Kamis
(31/10/2013).
Jiwa mulia sepertinya
sudah tertanam dalam diri Kepala Desa Karang Patiang ini. Pasalnya, dia
memfokuskan program pemberdayaan beternak lele kepada warganya yang mengalami
keterbelakangan mental.
Saat ini, Eko
menyebut, basis penduduk di desanya mencapai 5.800 jiwa terdiri dari 1.845
kepala keluarga (KK), yakni kalangan sangat miskin sebanyak 290 KK, sebanyak
560 KK merupakan warga miskin dan 48 KK mengalami keterbelakangan mental atau
98 jiwa.
“Mulanya, kami
kirim-kirim proposal mengenai program beternak lele lalu bertemu dengan Bank
Indonesia (BI) cabang Kediri yang akhirnya membantu kami membuat kolam-kolam
lele pada tahun 2004. Mengajari masyarakat cara beternak lele yang menghasilkan
uang,” tambah lulusan SMK Negeri 1 Ponorogo itu.
Kala itu, dia
memaparkan, BI memberikan bantuan untuk membuat satu kolam lele besar berukuran
6×24 meter, lalu kembali mendirikan 12 kolam kecil bagi masyarakat seluas 1×2
meter.
“Sekarang sudah ada 57
kolam kecil dan 87 kolam besar. Investasi yang dibutuhkan untuk membuat kolam
beserta bibit dan pakan lele mencapai Rp 1,5 juta dan diberikan secara gratis.
Mereka tidak perlu mengeluarkan apa-apa lagi, yang penting kemauan untuk
belajar,” sambung Eko.
Hasilnya, mahasiswa
semester akhir jurusan Manajemen Bisnis di Universitas Muhammadiyah Ponorogo
ini mengatakan, satu kolam lele kecil tersebut bisa menampung hingga 1.000 ekor
lele.
“Setiap 90 hari
sekali, lele biasanya panen. Dan dalam setahun bisa sampai empat kali memanen
hasil ternak ikan lele. Namun omzet dari beternak lele sebesar Rp 100 ribu-Rp
250 ribu per bulan dalam satu kali panen dan diambil bersama Papua,” paparnya.
Sambil menunggu hasil
panen, kata Eko warga setempat bisa menyambinya dengan usaha beternak kambing
dengan hasil baru terlihat selama satu tahun. Sedangkan untuk menambal
penghasilan sehari-hari, warga bisa memproduksi keset berbahan baku kain bekas.
“Ambisi saya ke depan
adalah bisa meng-cover seluruh warga baik yang sangat miskin, miskin dan
keterbelakangan mental supaya bisa memiliki kemampuan dan keahlian dalam
beternak lele,” ujar Suami dari Yuliana itu. (Sumber
: Liputan 6)
Pakan Lele Murah Meriah Dari Kotoran Puyuh
Peternak ikan
lele kini bisa menekan biaya pakan ternak mereka hingga sekira 50%. Bila
biasanya mereka butuh Rp9.000 untuk membeli 1 kilogram (kg) pakan ikan lele,
kini cukup dengan Rp5.000, mereka bisa memberi pakan tinggi protein bagi lele
yang dibiakkan.
Ketua Tim
Pusat Pengembangan Kewirausahaan (PPKwu) UNS Ir. Suyono menjelaskan, harga
pakan ikan yang mahal mengakibatkan usaha budidaya ikan banyak mengalami
kerugian. Padahal, di sisi lain, pemerintah sedang menggalakkan program
masyarakat gemar makan ikan.
“Itulah
yang memunculkan wacana perlu upaya menemukan pakan lele yang murah dan ramah
untuk masyarakat,” ujar Suyono.
Bersama
timnya, Suyono pun merekayasa kotoran burung puyuh untuk dijadikan alternatif
pakan ikan lele. Awalnya, peternak burung puyuh ini merasa tertantang untuk
memanfaatkan kotoran burung puyuh yang tersedia melimpah untuk dijadikan pakan
lele. Selain murah, kata Suyono, kotoran burung puyuh dipilih karena kandungan
proteinnya yang tinggi dibandingkan kotoran ayam.
“Kandungan
protein kotoran burung puyuh adalah 21 persen, sedangkan kandungan protein
dalam kotoran ayam petelur 11-14 persen,” jelasnya.
Suryono
mencampur kotoran burung puyuh dengan bulu ayam dan sisa ikan asin. Bulu ayam
berfungsi membuat pakan lele dapat mengambang di air. Sisa ikan asin digunakan
untuk menambah nafsu makan ikan lele.
Pembuatan
pakan lele dengan pemanfaatan limbah organik tersebut, menurut Suryono
menggunakan perbandingan 1:1:1. Satu kg kotoran kering burung puyuh dicampur 1
kg bulu ayam yang telah dipresto dan 1 kg ikan asin.
“Setelah
dikeringkan, kemudian digiling menjadi tepung dan dicampur. Baru kemudian
diproses menjadi pelet,” urai Dosen Fakultas Pertanian UNS itu.
Suryono
mengimbuh, bila dijual, pakan lele dari limbah organik dihargai Rp5.000 per kg.
Harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan pakan ikan pada umumnya yang
dibanderol Rp8.000-Rp9.000 per kg.
“Tetapi pakan ikan lele hasil ujicoba ini belum dipasarkan.
Tetapi hanya sebatas dimanfaatkan oleh UNS sebagai pendampingan peternak ikan
lele,” tuturnya. (Sumber : Okezone)
Berita Perikanan Terkait
Kisah Sukses Peternak Lele Masaran Sragen
Published on September
23, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Kisah Sukses1
Memilih usaha ternyata
tidak harus dari sesuatu yang wah. Banyak peluang besar bisa Anda peroleh
justru dari sesuatu yang nampak sepele. Semisal beternak ikan lele.Ikan
berkumis ini memang masih dipandang sebelah mata oleh pebisnis.
Padahal, rejeki yang
ia janjikan cukup besar. Gerai supermerket besar hingga warung tenda di pinggir
jalan butuh pasokan lele dalam jumlah banyak secara rutin.
Mungkin kita tak
pernah menggubris warung tenda yang menjajakan menu pecel lele yang berderet di
sepenjang jalan. Padahal, kontinuitas kebutuhan lele di warung tenda umumnya
lebih pasti bila dibanding dengan kebutuhan lele di supermarket. Warung-warung
seperti itu banyak tersebar di setiap kota.
Memulai bisnis lele
tidah harus selalu diawali dengan hitungan yang jelimet serta bikin pusing.
Anda bisa memualinya dengan sekedar bejlan-jalan santai, nongkrong sambil iseng
mencicipi menu ikan lele. Dari kegiatan itu Anda bisa memetakan pasar ikan
lele. Jumlah kebutuhan ikan lelepun bisa Anda peroleh secara pasti.
Di Jakarta pedagang
pecel lele bisa menghabiskan 7-8 kg ikan lele, Tiap kilo harganya Rp 12.000.
Jika dihitung-hitung, pedagang tenda membutuhkan pasokan ikan lele yang tidak
sedikit. Paling tidak ia harus mendapat pasokan 210 – 240 kg lele segar secara
rutin.
Keterangan di atas
bisa memberi gambaran kasar bagi Anda bahwa peluang berbisnis lele berprospek
cerah. Seperti itulah usaha yang kini ditekuni Bapak Sawiji Warga Dukuh Tempel,
Desa Krikilan Kecamatan Masaran ini, Usaha yang dirintisnya telah mampu memasok
kebbutuhan ikan lele di kota jakarta, yang pembibitanya di lakukan di kampung
halamannya ini.
Usaha pembesaran
memang butuh modal lebih besar bila dibandingkan dengan pembibitan. Namun,
untung yang bisa diraup lebih menjanjikan. Masa panen ikan lele memang relatif
lebih cepat bila dibandingkan dengan jenis ikan konsumsi yang lain. Kalau
gurami baru bisa dipanen sekitar 8 bulan. Sedangkan lele sudah bisa dipanen
sekitar 50 hari.
Kondisi pasar ikan
lele mamang cenderung lebih tidak stabil bila dibanding dengan kondisi pasar
ikan jenis lain. Kadang-kadang harganya naik sangat tinggi, Tapi kadang-kadang
pula merosot, Pokoknya jangan jual lele pada bulan-bulan yang tidak ada huruf R
nya (Mei, Juni, Juli, dan Agustus).
Sebab, Pada kisaran
bulan itu banyak petani lele yang mengobral lelenya dengan harga murah.
Alasannya, mereka sangat butuh biaya untuk keperluan sekolah anak-anak mereka.
Harga jual ikan lele akan mencapai puncak termahal pada bulan Januari. Sebab,
pada waktu itu pasokan ikan lele cenderung berkurang.
Hal itu disebabkan
karena pada bulan itu pembibitan lele banyak yang gagal. Banyak telur yang
gagal menetas lantaran pengaruh musim hujan. Air hujan bisa menurunkan derajan
keasaman (pH) air kolam.
Jika memiliki jumlah
kolam lebih dari satu, Maka periode panen bisa dirancang bergantian. Berkat
cara seperti ini, periode panen bisa menjadi lebih cepat dari 50 hari. Budidaya
lele tidak direpotkan dengan masalah air. Daya tahan ikan lele sangat baik,
Asal air selalu penuh dan cukup pangan, itu sudah beres.
Supaya bisa untung,
ikan yang dipelihara minimal haru berjumlah 10.000 ekor. Jumlah ikan sebanyak
itu butuh pakan sebanyak 35 karung. Setok pakan sebanyak itu dipakai dalam satu
kali periode usaha. Setiap karung berisi pakan seberat 30 kg. Harga pakan
perkarung adalah Rp 160.000.
Masalah pakan bisa
diatasi dengan oplosan pakan yang berasal dari jerohan ayam. Harganya Cuma Rp
1500/ kg. kwintal jerohan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan lele
selama 1 – 1,5 hari. Satu kolam butuh 2 karung pelet setiap hari. Pemberian
pakan dilakukan 2 kali dalam sehari.
Jadi, satu karung
pelet digunakan untuk sekali pemberian pakan. Berkat menu tambahan, ukuran ikan
bisa semakin besar. Kalau biasanya ikan sekilo ada 7 ekor, setelah diberi pakan
tambahan berat ikan sekilo cuma 6 ekor. Keuntungan lain yaitu bisa lebih irit
biaya Rp 510.000 setiap bulan.
Harga jual ikan lele
di tingkat petani saat ini adalah Rp 11.000 / kg. Persentase kematian ikan lele
biasanya mencapai 10%. Kondisi seperti itu umumnya terjadi sehabis ikan lele
dilepas ke dalam kolam. Terutama ketika cuaca sedang panas. Setiap kolam bisa
menghasilkan lele seberat 7 – 8 kuintal.
Kedalaman kolam lele
minimal 1 m. Air yang terlalu dangkal menyebabkan ukuran lele menjadi terlalu
pendek. Sebab ikan menjadi kurang gerak. Jumlah bibit yang ditaburkan 50.000
ekor dalam setiap kolam. Bibit lele itu masih seukuran rokok. Satu bulan
setelah dilepas, iakan lantas disortasi.
Ikan yang sudah
sebesar batu baterai dipindah kolam yang lain. Tujuannya supaya ukuran ikan
seragam. Sebab jika tidak disortir, ikan yang ukurannya lebih kecil akan
dimangsa oleh lele yang berbada lebih gede. Biasanya setelah disortir ikan
tinggal 12.000 ekor. Atau sekitar 3 kwintal. (Sumber
: Sragen News)
unung Kidul Kurang Pasokan Ikan Lele
Published on September
9, 2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Peluang Usaha1
Produksi lele di
Gunungkidul belum bisa mencukupi pasar sehingga pedagang ikan di beberapa pasar
terpaksa mencari pasokan dari luar daerah.
Seperti yang terjadi
di Pasar Ponjong. Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul mencatat kebutuhan
ikan lele 1,5 ton per pekan sedangkan pasokan dari pembudi daya lele baru
sekitar 25% dari kebutuhan per pekan, yakni 1,125 ton.
Kondisi tersebut
membuat dinas terus berupaya menggenjot produksi pembudidaya ikan lele. Kepala
DKP Gunungkidul, Agus Priyatno, mengungkapkan sudah banyak bantuan yang
diberikan untuk meningkatkan usaha pembudidaya lele.
Namun, bantuan sebatas
stimulan, seperti bantuan terpal untuk lahan budi daya, benih dan pakan.
“Kami memberi bantuan
lebih hati-hati sebab ketika pedagang mandiri juga ikut memproduksi, nanti
ketika panen bersamaan harga lele jatuh,” ujarnya, Minggu (8/9/2013).
Saat ini harga lele di
tingkat peternak mencapai Rp16.000 per kilogram.
Pembudi daya lele di
Kecamatan Ponjong, Riftanto, mengakui adanya banyak permintaan lele namun dia
belum mampu memenuhi meski sudah memiliki 40 kolam pembenihan lele berukuran
3×4 cm dan 17 kolam pembesaran dengan ukuran 10×15 cm.
Budi dayanya hanya
mampu memproduksi lele sebanyak 2,5 kuintal per pekan. “Sekarang saya sedang
menambah 35 kolam lagi yang berukuran 4×14 cm untuk pembesaran,” katanya.(Sumber
: Harian jogja)
Budidaya Ikan Kolam Terpal Diminati di
Kalbar
Published on August
23, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele0
Salah
satu usaha di sektor perikanan darat yang menjadi primadona dan digemari oleh
masyarakat adalah budidaya ikan
kolam terpal. Kolam ini memiliki potensi besar, jenis usaha ini juga
sangat mudah dilakukan oleh masyarakat karena tidak harus ditempatkan dilokasi
yang besar. Di lahan sempit, kolam terpal pun bisa dibuat.
Jaidu misalnya. Ketua
Unit Perbenihan Rakyat (UPR) Babanto tidak merasa heran kalau saat ini upaya
pengembangan kolam terpal yang ada di daerah Landak sudah cukup diminati oleh
masyarakat. Beberapa Desa yang juga sudah menjadi binaan kelompok ini.”Usaha
ini sudah cukup di minati oleh masyarakat termasuk ibu-ibu juga sudah
mengembangkan usaha ini dan sampai saat ini sudah mulai berhasil,” tuturnya.
Terkait dengan
perkembangan pengembangan usaha tersebut, pihaknya dari UPR Babanto, secara
terus menerus akan memberikan dukungan dan penyuluhan kepada masyarakat
khususnya yang sudah bergabung dengan kelompok tersebut.Kedepan, lanjutnya,
pengembangan usaha ini tidak hanya berkembang di beberapa Desa saja melainkan
juga bisa di kembangkan di daerah lain di Kabupaten Landak.
“Awalnya bukan sebagai
usaha pokok melainkan mungkin ada yang hobby tetapi kita yakin setelah usaha
tersebut berhasil dan di rasakan oleh yang bersangkutan maka usaha ini akan
bisa beralih menjadi usaha pokok artinya hasil tersebut sudah dapat di rasakan
oleh masyarakat,”tuturnya.Seraya juga menambahkan bahwa dengan adanya
pengembangan usaha ini kedepan dapat akan menambah penghasilan keluarga.
Apalagi yang lebih
banyak berperan dan menjadi anggota ini adalah ibu-ibu sehingga akan lebih
fokus mengingat keseharian kegiatan ibu-ibu lebih banyak di rumah sehingga
pemeliharaan ikan akan lebih optimal. Jenis ikan yang bisa dibudidayakan di
sini pun cukup beragam. Mulai dari lele, mas, nila hingga jenis lainnya. (Sumber
: Postianak Post)
Sepi Melaut Kini Jadi Pengusaha Ikan Lele
Salah satu kecamatan di kabupaten di Banyuwangi yang menjadi sentra budidaya lele adalah Muncar. Daerah ini yang setiap tahunnya berhasil meningkatkan budidaya ikan Lele.
Muncar adalah salah
satu kecamatan yang terkenal dengan sebutan kota ikan di Banyuwangi ini
sebagian besar mata pencariannya adalah nelayan. Berkat hasil tangkapan yang
melimpah, penduduk didaeah tersebut hidupnya cukup makmur. Namun, di tahun 2007
hasil tangkapan ikan mulai sepi. Sehingga, membuat masyarakat kota Muncar harus
mencari kegiatan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Salah satu nelayan
yang memilih mencari penghasilan lain adalah H. Mislan, warga Desa Kedungrejo,
Kecamatan Mucar . Pria berumur 56 tahun itu bersusah payah membangun usaha
budidaya ikan lele. Walaupun pada mulanya dirinya tak mempunyai keahlian di
bidang budidaya ikan Lele. Namun, berkat keyakinannya serta ketekunannya
akhirnya budidaya ikan Lele bisa bisa dikembangkannya “
Alhamdulillah dengan
usaha ini saya bisa akhirnya bisa menyekolahkan anak saya ke perguruan tinggi .
Dan saat ini Kementrian Kelautan dan Perikanan RI akan memberikan bantuan modal
secara hibah untuk memajukan usaha saya serta masyarakat sekitar sini” katanya.
H. Mislan menceritakan
awal mulanya dirinya membuk usaha budidaya ikan Lele ini bermodalkan uanga
Rp.50 juta hasil dari pinjaman. Dengan uang itu dibuatlah tiga kolam ikan lele
di belakang rumahnya dengan ukuran 3 X 4 meter perpetak. Dari tiga petak itu di
taburi benih lele sebanyak 15.600 bibit lele. Dengan optimis H Mislan
memelihara benih ikan lele tersebut dan akhirnya bisa berkembang
“Ulet dan telaten
kunci keberhasilan, awalnya. Saya ini tidak mengerti budidaya ikan lele ini,
namun saya belajar dari buku, alhamdulillah sejak saya berusaha saya tidak
pernah rugi,”ungkapnya.
Keberhasilan H.
Mislani ini membuat masyarakat Kedungrejo yang tidak mempunyai pekerjaan
akhirnya meminta bapak tiga anak ini untuk menularkan keberhasilannya. Sebanyak
12 orang yang ingin merubah hidupnya akhirnya membuka kelompok kerja tani
dengan nama Karya Mina.
“Alhamdulillah
sekarang ada 20 orang yang membuka usaha dibidang usaha ini, dan behasil semua,
yang rata-rata mempunyai pendapatan perbulannya diatas 6 juta perbulan,”beber
H. Mislan.
Hasil
nyata H. Mislan dan rekan-rekannya ini akhirnya bisa menjadi ikon desa mereka
untuk pengembangan ikan Lele
Dirjen Kelautan dan Perikanan yakni Sekretaris Direktorat Jendral Perikanan
Budidaya (Sesditjenkanbud) Ir. Moh Abduh Nurhidayat yang melihat keberhasilan
budidaya ikan Lele yang dikembangkan kelompok tani karya Mina ini akhirnya
memberikan bantuan yang nantinya bisa digunakan untuk pengembangan lebih besar
lagi
“Ternyata tidak semua
nelayan tidak bisa usaha, nyatanya H. Mislan ini, dari nelayan berubah menjadi
pembudidaya ikan lele, agar lebih maju dan meningkatkan hasil produksinya,”kata
Moh. Abduh.
Moh Abduh Nurhidayat
menambahkan, peralihan dari nelayan tangkap menjadi pembudidaya lele karena
hasilnya yang lebih pasti dan terukur.
“Hal ini dapat
dijadikan contoh sebagai alternatif peningkatan kesejahteraan masyarakat
pesisir melalui kegiatan usaha perikanan budidaya, Budidaya lele, khususnya di
Kecamatan Muncar yang sebelumnya hanya sekedar coba-coba telah berubah menjadi
salah satu sumber penghasilan bagi para nelayan di ma
Ikan Lele Pun Dibuat Es Krim
Published on July 21,
2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Kisah Sukses1
Siswa SMK N I Temon
(SMK Kelautan) mencoba berkreasi dengan menciptakan es krim yang terbuat dari
bahan dasar ikan lele. Produk buatan siswa kelas XII jurusan Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan (TPHPI) SMK Kelautan ni diharapkan mampu
meningkatkan kegemaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan.
Menurut Sri Wahyuni
siswa kelas XII TPHP, lele ini banyak dijumpai di Kulonprogo, namun hanya
selalu diolah untuk lauk. Karena itu ia bersama-sama temannya berkreasi membuat
es krim lele tersebut dan ini sudah diikutkan dalam Clinic Science Dinas
Pendidikan DIY dan direncanakan September akan ikut pameran di DIY.
“Untuk mengolah lele
menjadi es krim memang dibutuhkan ketelatenan, karena lele akan melewati
beberapa tahapan agar mendapatkan tepung yang halus,” katanya, Sabtu
(20/07/2013).
Diungkapkan Sri
Wahyuni, langkah awal pembuatan inti es krim lele yang paling banyak memakan
waktu adalah mendapatkan tepung lelenya karena melalui proses yang lumayan lama
dan telate. Ikan lele kemudian disiangi dan dicuci bersih lalu dikukus hingga
matang.
“Usai dikukus daging
ikan dipisahkan dari kulit dan tulangnya, hasilnya dispiner hingga 3 x agar
air/minyak dari lele hilang dari dagingnya. Setelah itu daging lele dioven
untuk mempermudah penghalusan, lalu diblender. Hasilnya diayak sehingga
didapatkan tepungnya. Ini yang dikatakan harus telaten tadi, karena melalui beberapa
kali proses untuk mendapatkan tepung lele yang halus,” paparnya.
Setelah diperoleh
tepung, langkah selanjutnya mempersiapkan bahan-bahan es krim, diantaranya
memanaskan santan susu. Untuk adonan I dimulai dengan mencampur tepung ikan,
perasa, susu dan santan yang telah dipanaskan. Saat gelembung mulai timbul maka
pemanasan dihentikan.
Untuk adonan II adalah
mencampur tepung ikan, perasa, santan dan dipanaskan. Telur, vanili, gula
diblender dengan adonan I. Semua bahan dipanaskan sampai mengental.
“Kemudian tuangkan ke
dalam wadah es krim dan masukkan ke dalam kulkas,”kata Sri Wahyuni sambil
menambahkan biasanya untuk 1 kg lele didapatkan sekitar 80 gram tepung lele. (Sumber
: KR Jogja)
Pakan Lele Dari Ampas Tahu
Published on June 19,
2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele1
Dalam usaha Budidaya
lele kita juga bisa membuat ramuan pakan organik yang berbahan dasar “Ampas
Tahu” dengan tujuan agar lele dapat berkembang seperti di habitat aslinya yaitu
memakan makanan yang berasal dari bahan organik dan ikan lele akan tumbuh
dengan baik.
Selain itu hal
tersebut juga untuk menekan atau mengurangi biaya pengeluaran serta mengurangi
menumpuknya limbah dari Ampas Tahu tersebut.
Cara Pembuatan Pakan Lele
dari Ampas Tahu
Sebelumnya persiapkan
bahan-bahan pembuatan pakan lele dari Ampas Tahu sebagai berikut:
1.
Ampas
Tahu 5 Kg
2.
Dedak
Halus 5 Kg
3.
Tepung
Ikan 1 Kg
4.
Tetes
Tebu/Molases 1 liter
5.
Probiotik(EM4-Perikanan)
: 200 ml
6.
Ragi
Tempe 2 sdm
Setelah seluruh bahan
dicampur dan diaduk rata kemudian dimasukkan ke dalam drum/ember/kantong
plastik yang diberi lobang udara dengan menggunakan selang untuk mengalirkan
gas/udara yang ujungnya ditutup plastikatau bekas gelas air mineral tetapi
jangan terlalu tertutup rapat(sebagian terbuka untuk keluar masuknya oksigen).
Kemudian simpan dan
dibiarkan selama +/- 5 hari agar terjadi proses fermentasi secara alami.
Setelah di Fermentasi
5 hari Pakan Lele Organik sudah bisa dimanfaatkan dengan ketentuan sebagai berikut
:
1.
Bisa
diberikan langsung ke Lele dengan cara dikepalkan sehingga lele bisa
mengkonsumsi secara langsung
2.
Disarankan
diberikan ke Lele yang umurnya diatas 1 bulan dari penebaran ukuran benih
5-7/7-9, sebelumnya bisa diberikan dari hasil fermentasi dan pakan alami pupuk
kandang
3.
Pemberiannya
jangan bersamaan dengan pemberian pellet ikan
4.
Prosentase
pemberian 5% dari Biomas Ikan (1,5 – 2 kali jumlah pemberian pakan Pellet).
5.
Frekwensi
pemberian pakan lele organik dari ampas tahu ini bisa 2 – 3 kali sehari diberikan
pada pagi/siang hari
6.
Pembudidaya Lele Indramayu Tak Terpengaruh
Cuaca
7.
Published
on June 18, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele0
8.
9.
10. Pasokan ikan lele
hasil panen petani tambak di Kecamatan Kandanghaur seperti tak tergoyah cuaca.
Saat hujan maupun panas usaha budidaya air tawar mereka tetap memberikan
keuntungan para petaninya.
11. Pemantauan Senin
(17/6) petani tambak memanen hasil tanaman lele mereka. Harga jual ikan lele
size 9 ekor per Kg bertahan Rp13 ribu. Jangkauan pemasaran ikan lele dari
Indramayu itu menjangkau kota kota besar seperti Jaakrta dan sekitarnya dan
Bandung dan sekitarnya.
12. Pemasaran hasil panen
ikan lele pun tidak sulit. “Kapan saja kita bisa mengundang tengkulak lele yang
siap membeli hasil panen dalam jumlah berapapun,” kata Ewo, 42 seorang petani
tambak lele.
13. Setiap kolam lele
memberi keuntungan petani tambak antara Rp3 juta hingga Rp5 juta dengan masa
panen selama 4 bulan. Selain kemudahan pemaaran, petani tambak lele pun tidak
kesulitan mencari bibit maupun pakan.
14. “Bibit kita beli
seharga Rp120 per ekor seukuran rokok mild. Setelah 4 bulan dipelihara berat
ikan lel mencapai rata rata 1,1 ons,” katanya.
15. Pakan lele selain
menggunakan pakan produk pabrik juga bisa menggunakan pakan buatan seperti ikan
ikan kecil, nasi bekas, dedak serta daun kangkung dan lumut.
16. Di Kecamatan
Kandanghaur saat ini terdapat ratusan petani tambak lele yang setiap saat tanpa
terputus memasok kebutuhan lele ke Jakarta, Bandung dan lokal Indramayu. (Sumber
: Poskota)
17.
Pembudidaya Ciparay Coba Sistem Baru
Pendederan Lele
18.
Published
on June 11, 2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele0
19.
20.
21. Para pembudidaya ikan
di Ciparay Kabupaten Bandung melakukan uji coba sistem baru pendederan benih
ikan lele dengan menggunakan jaring.
22. “Kami berharap sistem
ini bisa meningkatkan nilai tambah untuk budidaya lele,” kata Ojat, salah
seorang petani ikan di Ciparay Bandung, Senin.
23. Pemeliharaan benih
ikan lele dilakukan di kolam dengan menggunakan jaring atau yang dikenal petani
dengan sebutan waring.
24. Benih ikan lele yang
baru berusia dua hingga tiga hari dibesarkan di dalam jaring yang di simpan di
tengah-tengah kolam yang juga dipakai untuk memelihara ikan biasa.
25. “Pakannya yang beda,
biasanya menggunakan cacing, namun dengan sistem baru ini diberi pakan ikan
yang halus,” kata Ojat.
26. Dibandingkan dengan
cara konvensional, kata dia, pemeliharaan lele dengan sistem baru ini lebih
efektif dan tingkat keberhasilannya lebih maksimal.
27. “Angka kematiannya
lebih rendah, kami baru dua bulan ini mengembangkan dan hasilnya cukup
terlihat,” katanya.
28. Ikan lele kemudian
dipelihara selama dua pekan, kemudian pada usia itu yang disebut ‘bagar’
kemudian dilelang kepada petani ikan pendederan atau pembesaran.
29. Selama ini pembenihan
dan budidaya ikan mas di kawasan Bandung selatan baru sebatas selingan dari
pembudidayaan ikan mas Majalaya.
30. “Pasar benih lele
cukup potensial dan selama ini tidak terpenuhi. Mudah-mudahan sistem baru ini
memberikan hasil,” kata Ojat yang juga anggota salah satu kalompok petani ikan
di kawasan itu.
31. Harga benih lele usia
dua hingga tiga pekan saat ini Rp30.000 per kilogram. Sedangkan untuk benih
usia sepekan biasanya dijual dengan cara liter masing-masing Rp40 ribu per
liter.(Sumber : Antara Jabar)
Cara Membuat Pakan Lele Organik Dari
Kotoran Sapi
Published on June 10,
2013, by budidayaikan - Posted in Berita, Budidaya Lele6
Budidaya ikan lele
organik mempunyai beberapa kelebihan dari lele non organik. Terutama dari segi
penghematan biaya pakan, rasa, dan manfaatnya untuk kesehatan.
Budidaya ikan lele
sudah ada dimana-mana karena memang banyak sekali peminatnya, namun tidak sedikit
yang gulung tikar sebab kian melambungnya harga pakan lele. Harga pakan lele
yang mahal tak sebanding dengan hasil panen dan jerih payahnya.
Akan tetapi bagi
peternak lele organik, mahalnya harga pakan tidak jadi soal. Sebab pembudidaya
lele organik tidak menggunakan pakan pelet buatan pabrik, tapi membuat pakan
buatan sendiri dari kotoran sapi.
Budidaya
lele dengan pakan
organik dari kotoran sapi banyak sekali
manfaatnya. Diantaranya adalah :
1.
Kandang
sapi menjadi lebih bersih.
2.
Hemat
biaya perawatan.
3.
Air
kolam tidak berbau busuk.
4.
Tidak
perlu mengganti air kolam.
5.
Lele
organik mempunyai rasa yang lebih gurih.
6.
Memberi
pendapatan tersendiri bagi peternak sapi di sekitar.
7.
Bobot
ikan lele lebih berat dan harga jualnya lebih tinggi.
8.
Lebih
aman untuk kesehatan.
9.
Nilai
gizinya lebih tinggi dan kolesterolnya lebih rendah.
10.
Air
bekas budidaya lele organik sangat baik untuk memupuk tanaman.
Budidaya ikan lele
organik lebih hemat biaya produksi. Pasalnya penggunaan pakan organik dari
kotoran sapi sangat menghemat biaya pakan. Sebagai perbandingan, saat ini harga
pellet buatan pabrik sudah di atas Rp.8.000 per kilo. Sedangkan harga pakan
lele organik hanya Rp.2.000 per liter.
Untuk menghasilkan 1
ton ikan lele siap konsumsi, pakan yang dibutuhkan jika menggunakan pellet bisa
mencapai 1 ton. Sedangkan jika menggunakan pakan organik hanya membutuhkan
2.300 liter. Bobot ikan lele organik juga lebih berat dari non organik. Satu
kilo gram ikan lele non organik, umumnya isinya berjumlah 8 sampai 9 ekor.
Sedangkan lele organik jumlah perkilo gramnya hanya 7 sampai 8 ekor.
Cara Membuat Pakan
Lele Organik Dari Kotoran Sapi
1.
Kumpulkan
kotoran sapi yang telah di angin-anginkan selama kurang lebih 1 minggu
2.
Dalam
keadaan kering kotoran sapi tersebut di masukkan ke dalam kolam / bak
penampungan
3.
Campurkan
larutan fermentor/Probiotik EM4 dan tetes tebu/gula dengan perbandingan 1 liter
fermentor 2 liter tetes tebu/gula dan 10 liter air sampai merata.
4.
Dalam
waktu 7-10 hari akan tumbuh plankton-plakton yang akan menjadi pakan utama
lele.
5.
Cara
pemberian pakan untuk lele cukup diambil beberapa ember dari kolam yang berisi
plankton tadi kemudian di masukkan kedalam kolam lele dan dalam waktu kurang
lebih 3- 4 bulan lele bisa di panen.
(Sumber
: E-Petani Deptan)
Brownies Ikan Lele Karya KWT Kartini
Mandiri
Published on May 23,
2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Kisah Sukses0
Melihat Potensi lain
dari ikan lele maka kelompok Wanita Tani Kartini Mandiri di Kelurahan Tipar,
Kota Sukabumi, Jawa Barat, mengembangkan usaha pembuatan kue brownies dengan
bahan baku ikan lele.
“Pembuatan brownies
dari ikan lele ini ide awalnya karena melihat potensi lele di daerah kami,
sehingga diputuskan untuk mencari makanan unik dan timbul ide membuat brownies
dari ikan lele,” kata Ketua KWT Kartini Mandiri Ine Susanti kepada wartawan,
Rabu (22/5).
Saat ini, usaha
brownies lele sudah banyak diminati sebab selain lezat, kadungan proteinnya pun
tinggi karena lele merupakan ikan yang memiliki kadar protein cukup tinggi.
Harganya yang
ditawarkan cukup murah, mulai dari Rp2 ribu sampai Rp30 ribu tergantung
besarnya kue tersebut. Keuntungan dari penjualan kue ini akan dibagikan kembali
ke anggota KWT, karena tujuan dibuatnya usaha ini untuk membantu wanita agar
bisa mendapatkan penghasilannya di rumah.
“Kami masih terus
mengembangkan usaha ini, walaupun penjualannya masih dalam tingkat lokal dan
pemesannya baru dari daerah yang bertetangga dengan Kota Sukabumi tetapi sudah
mempunyai langganan tetap. Kami berharap usaha ini bisa terus berkembang dan
menembus pasar minimalnya nasional,” tambahnya. (Sumber
: Aktual)
Potensi Bisnis Pembenihan Lele
Published on May 21,
2013, by budidayaikan - Posted in Budidaya Lele, Peluang Usaha0
Senin malam (20/5)
sekitar pukul 21.00 WIB, dua orang pria terlihat duduk di bawah pohon duku
dalam suasana yang remang-remang, dan di hadapannya terdapat empat kolam terpal
berukuran 1,5 Mx2,5 M.
Mata kedua pria yang
kemudian diketahui bernama Aman (46) dan Ma`mun (43), terus tertuju pada satu
kolam yang berada di sebelah kiri.
Setelah didekati,
ternyata di dalam kolam yang berisi air dengan kedalaman sekitar 30 centimeter
tersebut terdapat kakaban, yakni ijuk pohon enam yang dijepit dengan belahan
bambu. Dalam kolam itu terdapat dua ekor lele dombu (sepasang).
“Kami
sedang memijahkan (menelurkan)
lele,” kata Aman singkat, ketika ditanya kegiatan yang sedang
dilakukannya.
Dua jam kemudian,
tampak dua ekor lele tersebut saling berkejaran. Pejantan terus mengejar betinanya.
“Itu betinanya akan
bertelur,” kata Ma`mun sambil menunjuk ke arah lele betina sedang berlari dan
terus dikejar oleh pejantan.
“Kalau mau bertelur
lele betina akan menuju ke ijuk, dan di ijuk itulah akan bertelur. Nanti
telur-telurnya menempel di ijuk,” kata Aman menyambung pembicaraan rekannya.
Suasana hening, dan
semua mata tertuju pada sepasang ikan lele yang sedang berkejaran dalam kolam
terpal.
Tiba-tiba “gocoprok”
suara air yang “disapu” ekor lele betina, dan bersamaan dengan suara tersebut,
lele betina tersebut mengeluarkan telur-telur dari dalam perutnya. Lele betina
itu terus mengeluarkan telur selama sekitar setengah jam.
Ribuan telur berbentuk
bulat dengan ukuran lebih kecil dari kacang ijo itupun menempel di kakaban.
Semua ijuk yang ada dalam kolam tersebut penuh ditempeli telur ikan lele.
Sekitar pukul 03.00
WIB dini hari, Aman mengambil kedua ekor ikan lele dari kolam terpal, dan
kembali dimasukan dalam kolam penyimpanan dengan cara dipisahkan.
“Penyimpanan indukan
dengan pejantan harus dipisahkan. Kalau tidak indukan yang ada dalam kolam
penyimpanan bisa bertelur,” katanya.
Menurut dia, indukan
yang sudah bertelur, akan kembali bisa dipijahkan atau ditelurkan pada
tiga-empat bulan mendatang.
Mengenai telur ikan
lele yang ada dalam kola terpal, menurut dia, paling lambat 12 jam akan menetas
seluruhnya.
“Setelah dua minggu,
disortir. Lele yang agak besar dipisahkan ke kolam yang telah kami sediakan.
Jika tidak maka akan memakan yang kecil, karena sifat ikan tersebut
kanibalisme,” ujarnya.
Aman menjelaskan,
setelah dua hari menetas, benih ikan lele akan diberi pakan cacing sutera, yang
banyak diperjualbelikan dengan harga Rp15 ribu per liter. Pemberian cacing
sutera dilakukan hingga benih berumur 14 hari.
“Setelah itu pakannya
kita ganti dengan produksi pabrikan, dan pada usia 20 hari biasanya benih
mencapai ukuran dua-empat centimeter dan sudah bisa dijual,” katanya.
Penjualan benih ikan
lele, kata dia, tergantung permintaan pembeli. Ada yang diliter, tapi ada juga
yang dihitung atau per ekor.
“Untuk literan
harganya Rp50 ribu per liter, sedangkan hitungan Rp50 per ekor. Sebenarnya
kalau diperhitungkan sama saja,” katanya.
Ma`mun menambahkan,
cukup banyak petani pembenih lele di Kelurahan Pagadungan, dan semunya menjual
lele dalam kondisi masih kecil, atau tidak akan disiapkan untuk pembesaran,
karena biayanya cukup mahal.
Menurut dia, dari satu
ekor betina ukuran sebesar pergelangan tangan orang dewasa, bisa menghasilkan
benih lele berkisar 20 ribu-30 ribu ekor.
“Kalau kami jual pada umur
20 hari bisa menghasilkan sekitar Rp700 ribu-Rp900 ribu, sedangkan modal yang
dikeluarkan untuk membeli pakan sekitar Rp200 ribu-Rp300 ribu, jadi masih ada
untung Rp500 ribu-Rp700 ribu,” katanya.
Permintaan tinggi
Permintaan benih ikan
lele cukup tinggi, tidak hanya dari petani pembudidaya lokal namun dari juga
dari Kabupaten Lebak, Serang dan Kota Cilegon.
“Permintaan banyak,
kadang mereka menanyakan sudah memijahkan atau belum, kalau kita katakan sudah,
maka 20 hari setelah pemijahan mereka akan datang dan membeli seluruh benih
lele,” katanya.
Biasanya, kata dia,
pembeli membeli seluruh ikan lele satu indukan, berapapun jumlahnya,
pertimbangannya karena ukurannya relatif sama, jadi ketika dibesarkan pun akan
sama, jadi bisa dipanen bersamaan.
Sekretaris Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, Banten, Bedjo membenarkan
tingginya permintaan benih ikan lele di daerah tersebut.
“Di Pandeglang cukup
banya pembudidaya ikan lele dan selama ini mereka mendatangkan benih dari
Sukabumi, karena produksi lokal relatif kurang,” katanya.
Terkait besarnya
perminntaan benih, Dinas Kelautan dan Perikanan Pandeglang sedang menjajaki
usaha pembenihan ikan, yakni untuk jenis ikan mas sinyonya, lele dumbo, lele
sangkuriang dan nila.
Pembenihan itu, kata
dia, bekerja sama dengan Balai Besar Benih Sukabumi, Provinsi Jawa Barat yang
telah berpengalaman karena telah lama melaksanakan usaha tersebut.
Balai Besar Benih
Sukabumi, kata dia, memiliki indukan ikan air tawar berkualitas yang telah
bersertifikat.
“Kami meminjam indukan
dari Balai Besar Benih Sukabumi supaya benih yang dihasilkan berkualitas
sehingga tidak merugikan bagi pembeli,” katanya.
Mengenai sistem kerja
sama, kata dia, yakni DKP Pandeglang akan meminjam indukan dari balai benih
tersebut untuk dipijahkan atau ditelurkan, setelah bertelur dikembalikan.
Selain itu, kata dia,
DKP Pandeglang siap menyuplai benih ke Sukabumi dan sekitarnya, kalau pasokan
dari Balai Besar Benih Sukabumi tidak mencukupi.
Terkait penjualan
benih dari Balai Benih Ikan (BBI), menurut dia, akan lebih difokuskan pada
pengadaan benih yang anggaranya dari bantuan, baik dari dana alokasi khusus
(DAK) maupun pemerintah kabupaten dan provinsi.
“Dengan membeli benih
dari BBI maka ada retribusi untuk pemasukan PAD, dan ini sesuai dengan Perda
No.12 tahun 2012 yang didalamnya menyebutkan benih ikan kena retribusi,”
katanya.
Selama ini, kata dia,
pengadaan benih dari bantuan pemerintah membeli dari pihak ketiga sehingga
tidak ada retribusi atau pemasukan bagi daerah.
Selain itu, Dinas Keluatan
dan Perikanan Pandeglang juga akan membangun pasar benih Cipeucang yang
merupakan pusat penjualan benih ikan air tawar.
“Tahun ini kami
merencanakan membangun pasar benih, mudah-mudahan bisa direalisasikan,”
katanya.
Pasar benih itu, kata
dia, akan dibangun di lokasi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Balai Benih Ikan (BBI)
Cepeucang, Kecamatan Cimanuk.
Menurut dia, sarana
dan prasana untuk pasar benih tersebut sudah tersedia, seperti kolam
penampungan benih, jadi tinggal melakukan penataannya saja sehingga lokasi
tersebut layak untuk kegiatan penjualan.
“Penataan yang
dilakukan pun tidak terlalu rumit, yakni tinggal membuka pagar saja, sudah
layak menjadi tempat penjualan benih,” katanya.
Pembangunan pasar
benih itu, kata dia, guna memperlancar penjualan benih yang juga telah
diprogramkan oleh DKP Kabupaten Pandeglang.
Ia mengaku optimistis
pasar benih tersebut akan berjalan, mengingat tingginya permintaan benih ikan,
terutama lele dan ikan mas, dari masyarakat. (Sumber
: Antaranews)