Senin, 21 Mei 2018

11 Jenis Penyakit Ikan Gurame dan Pengendaliannya

penyakit ikan gurame
Ada berbagai jenis penyakit ikan gurame menjadi tantangan tersendiri bagi para petani budidaya ikan gurame. Hal ini karena bisa mengancam keberhasilan budidaya yang bisa berdampak pada nihilnya hasil yang diperoleh. Berikut kami ulas beberapa jenis penyakit ikan gurame dan cara pengendaliannya.


Ada dua kelompok besar yang dapat menyebabkan ikan terserang sakit. Pertama penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut dengan penyakit parasiter. Kedua, penyakit yang bukan disebabkan oleh jasad hidup, tetapi lebih disebabkan oleh faktor fisika dan kimia perairan yang disebut penyakit non-parasiter.
Penyakit parasiter banyak disebabkan oleh jasad renik, berupa bakteri, jamur, virus, protozoa, nematoda dan udang renik. Sementara itu, penyakit non-parasiter disebabkan oleh buruknya kualitas pakan atau tercemarnya air oleh zat kimia tertentu.

Penyakit Parasiter

1. Bintik putih

Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang memiliki bulu getar, yaitu Ichthyophthirius multifillis. Parasit ini biasanya berada di bawah lapisan epidermis kulit. Gejala yang ditimbulkan adalah warna tubuh gurami menjadi pucat akibat dari adanya bintik putih di seluruh badan ikan. Gurami terlihat sering menggosok-gosokkan badannnya ke bagian dasar atau dinding kolam atau terlihat megap-megap dan sering berkumpul di tempat pemasukan air karena kekurangan oksigen.
Penyakit ini dapat menular melalui penggunaan peralatan yang tidak bersih. Penularan juga dapat terjadi akibat suhu air yang rendah (kurang dai 22 C), kurang makan, atau tertular penyakit dari ikan liar.

Cara Pengendaliannya

Pengendaliannya dapat dilakukan dengan merendam gurame dalam larutan formalin 25 ml/m3 air. Selain itu, pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara menaikkan temperatur air kolam hingga mencapai 28 C.
Kembali ke Daftar Isi

2. Myxosporeasis

Penyakit myxosporeasis disebabkan oleh parasit Henneguya sp. dan Thellohanelus sp. yang menyerang insang. Gurami yang diserang penyakit ini biasanya sudah berumur satu bulan ke atas. Gejalanya muncul pembengkakan di bagian insang dan badan gurami.
Penyakit ini muncul akibat kualitas air yang buruk, kandungan oksigen terlarut rendah, dan kepadatan gurami yang terlalu tinggi. Penyakit ini dapat menular melalui air. Pencegahannya dapat dilakukan dengan mengendapkan air sebelum diisikan kolam. Sementara itu, penanggulangannya dilakukan dengan mengeringkan kolam karena belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan penyakit ini.

3. Cacing insang dan cacing kulit

Penyakit cacing insang dan cacing kulit disebabkan oleh parsit Dactylogyriasis yang menyerang benih gurami, terutama di bagian badan dan insang. Gejalanya gurami tampak lemah, nafsu makan berkurang, dan sering berkumpul di permukaan air karena kekurangan oksigen.
Timbulnya penyakit ini didukung oleh kualitas air yang buruk, kekurangan pakan, padat tebar terlalu tinggi, dan suhu udara rendah. Penyakit ini dapat menular melalui media air. Mengatasinya dapat dilakukan dengan cara merendam benih gurami di dalam larutan garam dapur 300 g/m3 air selama 24 jam. Selain itu, benih juga dapat direndam di dalam larutan formalin 40 ml/m3 air selam 24 jam.
Kembali ke Daftar Isi

4. Kutu ikan

Penyakit kutu ikan disebabkan oleh Argulus sp. yang menyerang dengan cara menggigit seluruh bagian badan gurame. Di sekitar bekas gigitan akan terjadi perdarahan, yang jika dibiarkan akan semakin menghebat. Munculnya penyakit ini dipengaruhi oleh kualitas air yang buruk. Penularan terjadi melalui air dan kontak langsung antara gurami yang sehat dan gurame yang sakit. Penyakit ini dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam dapur 1,25% selama 15 menit.

5. Bercak merah

Penyakit bercak merah disebabkan oleh bakteri Aeromonas punctata dan Aeromonas hydrophylla. Badan gurami yang terserang penyakit ini akan berwarna gelap dan kulitnya menjadi kasar (akibat kekurangan lendir). Selain itu, gurami sering muncul ke permukaan air akibat kekurangan oksigen.
Mengatasi penyakit ini dapat dilakukan dengan cara merendam gurami di dalam larutan Oxytetracyclin 205 ppm. Perendaman dilakukan tiga kali berturut-turut, masing-masing selama 24 jam. Mengobati bekas luka dapat dilakukan dengan mengoleskan obat merah yang diencerkan. Satu mililiter obat merah dilarutkan ke dalam 10 ml air, lalu dioleskan ke bagian badan gurami yang luka.
Namun, sekarang telah ditemukan vaksin khusus yang dikenal dengan nama vaksin Hydovet untuk mencegah serangan bakteri Aeromonas hydrophylla. Caranya dengan menyuntikkan vaksin Hydrovet 0,8 ml/kg bobot tubuh ke induk betina. Vaksinasi maternal pada induk ikan gurami ini ternyata dapat meningkatkan ketahanan benih terhadap serangan bakteri A. hydrophilla. Hal ini diketahui dari terbentuknya antibodi pada induk dan benih gurami melalui titer antibodi. Vaksinasi maternal dapat menekan angka kematian ikan gurami hingga 10%. Teknik vaksinasi ini dapat dilakukan dengan mudah. Vaksin yang digunakan juga telah tersedia di pasaran degan harga relatif murah jika dibandingkan dengan kenaikan produksi.
Kembali ke Daftar Isi

6. Columnaris

Penyakit columnaris disebabkan oleh parasit Flexybacter columnaris yang menyerang bagian sirip dan insang. Penyakit ini menyerang gurami dengan berbagai umur. Gejala klinis yang muncul adalah ikan menjadi lemas, nafsu makan berkurang, sirip rontok, dan insang terkelupas.
Penyakit ini dapat menulai melalui media air atau kontak langsung antara ikan sehat dengan ikan yang sakit. Pencegahan dapat dilakukan dengan melaksanakan sanitasi yang baik, mendesinfeksi peralatan, dan mengurangi kandungan bahan organik terlarut di dalam kolam. Gurami yang telah terserang penyakit ini, dapat diobati dengan cara direndam di dalam larutan Baytril 8-10 ppm selama 24 jam.

7. Trichodina

Penyakit trichodina disebabkan oleh parasit Trichodina sp. yang menyerang bagian kulit dan sirip ikan. Serangan penyakit ini menyerang bagian kulit dan sirip ikan. Serangan penyakit ini menyebabkan luka di sekujur bagian yang diserang. Penyakit ini dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam dapur 500-1.000 mg/l air selama 24 jam atau di dalam larutan formalin 25 mg/l air selama 24 jam.
Kembali ke Daftar Isi

8. TBC

Penyakit TBC sudah menjadi momok bagi para peternak gurami. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian hingga 30-70%. Bahkan, jika lingkungan kurang mendukung, seperti air kotor dan suhu dingin, tingkat kematiannya dapat melebihi angka tadi. Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya secara kuantitas, tetapi harga jualnya pun turun karena tampilan ikan jelek. Penyakit TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium sp., terutama Mycobacterium fortuitum.
Parasit Mycobacterium fortuitum akan menyerang gurami, terutama yang sedang stres. Stres pada gurami dapat disebabkan oleh kualitas air yang jelek. Kualitas air kolam yang menurun dapat disebabkan adanya tumpukan limbah rumah tangga di dasar kolam. Keadaan ini menyebabkan bahan organik terlarut meningkat dan pH air menurun. Pada keasaman yang tinggi, oksigen terlarut menjadi sedikit dan bakteri yang berkembang menjadi lebih patonegik sehingga ikan gurami mudah stres.
Perbedaan suhu yang ekstrim antara malam dan siang (10-15 C) juga dapat mengakibatkan ikan lemah dan stres. Karena itu, serangan penyakit ini biasanya akan mengganas pada peralihan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Jika suhu air di bawah 26 C, bakteri dengan mudah menembus sistem pertahanan ikan.
Gejala gurami terserang penyakit TBC di antaranya nafsu makan berkurang. Akibatnya, sistem peredaran darah akan terganggu. Selain itu, adanya serangan bakteri atau patogen akan merangsang produksi lendir yang berlebih. Lendir ini berfungsi sebagai benteng pertahanan. Semakin gencar serangan bakteri, lendir yang dikeluarkan pun semakin banyak. Akibat produksi lendir yang berlebihan, lama-kelamaan kulit gurami mengering dan terkelupas.
Gejala lain gurami terserang TBC adlaah kulitnya menjadi lebih gelap dan timbul bercak merah hingga perdarahan di sekujur badan. Bercak merah biasanya ditemukan pertama kali di pangkal ekor atau di daerah sekitar anus. Jika bakteri lama berada di dalam badan gurami, akan muncul benjolan-benjolan kecil dan bagian perut ikan membengkak (dropsy). Bahkan, mata gurami akan menonjol seperti hendak jatuh. Benjolan atau pembengkakan ini disebabkan adanya pertumbuhan granuloma atau tubercle. Jika benjolan tersebut dibedah akan tampak granuloma berupa bintil-bintil kecil berwarna kemerahan. Granuloma ini merupakan hasil metabolisme bakteri Mecobateriosis fortuitum. Granuloma juga dapat menyebar ke organ lain, seperti ginjal, hati, dan limfa.
Penyakit TBC bersifat zoonosis, yaitu selain menginfeksi ikan, juga dapat menyerang manusia. Karyawan yang sering menangani ikan sakit dapat tertular penyakit ini jika tidak segera mencuci tangan. Jika terinfeksi biasanya akan timbul bintik-bintik atau koreng pada kulit kita. Dengan kemampuan virulensi yang tinggi, infeksi ini dapat menyebar dengan cepat.
TBC pada gurami termasuk penyakit yang sulit diobati. Jika seekor gurami terserang bakteri mematikan ini, seisi kolam dapat tertular. Penularan dapat terjadi melalui air, kontak tubuh, atau peralatan yang digunakan. Namun, jika sudah terjadi serangan dapat diatasi dengan menggunakan antibiotik Rifampisin dosis 10-20 mg/kg bobot tubuh atau Etambutol-HCl dosis 15-20 mg/kg bobot tubuh. Pengobatan ini memerlukan waktu sekitar enam bulan, bahkan lebih.
Melihat proses pengobatan yang memakan waktu lama dan obat yang digunakan juga banyak, otomatis biaya yang dikeluarkan juga bertambah. Karena itu, satu-satunya jalan yang efektif agar gurami tidak terserang penyakit TBC adalah pencegahan secara intensif. Pencegahan dapat dilakukan melalui perawatan kolam yang benar, menjaga kualitas air tetap baik, dan memberikan pakan yang benar.
Perawatan kolam yang dilakukan dengan cara membersihkan kolam setelah proses pemanenan. Lumpur dan kotoran yang mengendap di dasar kolam dibuang. Lapisan tanah di dasar kolam dibalik, lalu ditabur kapur pertanian sebanyak 100-150 g/m2. Jika tanah dasar kolam beraksi asam, dosis kapur yang ditambahkan dapat mencapai 200 g/m2. Selain sebagai desinfektan, kapur juga berguna untuk menurunkan keasaman air. Setelah diberi kapur, kolam dikeringkan selama satu minggu.
Sebelum dimasukkan ke dalam kolam, benih gurami sebaiknya diaklimatisasi agar terhindar dari stres. Caranya dengan menambahkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam kantong pengangkutan. Setelah itu, kantong pengangkutan yang sudah terbuka itu diapungkan di atas permukaan air kolam dan ikan dibiarkan keluar dengan sendirinya.
Agar tidak mudah terserang penyakit (meningkatkan daya tahan tubuh), gurami sebaiknya diberi imunostimulan. Misalnya, vitamin C dosis 150-500 mg/kg bobot tubuh yang diberikan selama 7-10 hari ketika benih gurami seukuran korek api. Selain vitamin C, benih gurami juga dapat diberi lipopolisakarida dosis 10 mg/liter. Untuk menekan pertumbuhan bakteri, pakan ikan gurami dapat ditambah dengan probiotik, seperti Super NB atau Aquasin dosis 1ppm seminggu sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...