Minggu, 24 Oktober 2021

 

PUFF, SOLUSI BUDIDAYA IKAN DAN SAYURAN DI PEKARANGAN TERBATAS

 




PUFF (Portable Urban Fish Farming) adalah sistem memelihara ikan dan sekaligus berkebun yang sangat praktis pada lahan pekarangan terbatas di lokasi dengan kepadatan penduduk tinggi.

Akuakultur (budidaya perikanan) merupakan salah satu subsektor yang diharapkan dapat berperan penting dalam mewujudkan misi kesejahteraan masyarakat. Perkembangan teknologi dan meningkatnya jumlah Kelompok Pembudidaya Ikan mendorong adanya inovasi dan optimalisasi teknik budidaya ikan untuk menghasilkan produksi ikan yang sebesar-besarnya dan meminimalkan biaya operasional.

Beberapa Pokdakan di Kalurahan Ngargosari mengembangkan budidaya ikan nila dan lele, namun saat ini teknik yang dikembangkan masih menggunakan metode konvensional dengan hasil produksi ikan yang belum maksimal. Selain itu, hingga saat ini sistem budidaya ikan belum diintegrasikan dengan budidaya tanaman. Selain itu, luasan kolam budidaya ikan di Ngargosari secara rata - rata hanya sedikit sehingga produksi dan produktivitas perikanan belum optimal.


Salah satu solusi untuk budidaya di lahan sempit adalah dengan melakukan apa yang dinamakan dengan Portable Urban Fish Farming (PUFF) dengan kelebihan - kelebihan antara lain :

Minim Polusi Bau

Untuk menjamin kebersihan air maka PUFF membuat sistem sirkulasi air. Di bagian bawah kolam diberi pipa dan slang untuk mengalirkan air keluar, yang kemudian ditampung dalam sebuah ember. Sisa air buangan ini kemudian digunakan untuk menyiram tanaman.

“Jadi, semua limbah itu kita manfaatkan untuk kebutuhan lain, yaitu untuk menyiram tanaman cabai. Kebetulan juga di lokasi ini kita bangun kebun cabai.”

Dengan adanya sistem sirkulasi air bisa meminimalkan dan bahkan bisa meniadakan polusi bau, yang selama ini menjadi tantangan bagi pembudidaya ikan lele. Setahun setelah adanya kolam ini, Jabal mengakui tak pernah mendapat komplain dari warga sekitar.

“Kalau pun ada bau, itu hanya sedikit dan tak cukup sejam, karena akan segera dibersihkan. Kami rutin membersihkan. Tempat pembuangannya pun kita tutup rapat. Kalau habis panen, kolam juga kita bersihkan betul hingga tidak ada kotoran yang tersisa. Kita alirkan air hingga benar-benar bersih sebeljum digunakan kembali.”

Budidaya ikan lele bukannya tanpa resiko dan tantangan. Tantangan terbesarnya adalah munculnya penyakit berupa sirip merah, ekor busuk dan kumis putih. Penyebabnya antara lain pada kondisi cuaca dan air yang kotor karena sirkulasi air terganggu.

Khusus untuk penyakit kumis putih, gejalanya bisa dilihat dari kumis ikan yang putih. Kalau sudah rontok menandakan kondisinya agak membaik. Pengobatannya selain menggunakan obat yang disebut Entroplox juga kadang memberikan garam.

Seluruh anggota kelompok aktif, dimana setiap anggota kelompok memiliki giliran mengontrol kolam dan memberi pakan. Sementara untuk pembagian keuntungan ke anggota kelompok biasanya dilihat dari kinerja mereka.

Jabal optimis budidaya ikannya ini akan berkembang pesat karena setiap hari permintaan pasar meningkat.

“Selama ini saya lihat budidaya ikan lele itu kendalanya di pemasaran. Iya jadi kalau saya pemasaran tidak ada masalah jadi ini prospeknya akan sangat bagus ke depan,” katanya.

Untuk hasil panen cabai, Jabal belum bisa merinci penghasilan mereka dari tanaman tersebut, karena masih menunggu panen pertama. Ratusan polybag berisi tanaman di tersebut terlihat sangat padat dan siap panen.

“Kebun cabai ini memang kita bikin belakangan, kita uji coba siram menggunakan limbah ikan, dan ternyata berhasil. Kalau dilihat kondisi sekarang panennya akan banyak.”

Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, Laboratorium Kimia Anorganik Departemen Kimia, FMIPA UGM berinisiatif menerapkan sistem Portable Urban Fish Farming (PUFF), dengan memanfaatkan proses sirkulasi air kolam dan filtrasi menggunakan zeolit dan karbon aktif, dikombinasikan dengan sistem akuaponik untuk memanfaatkan kandungan nitrogen dalam air kolam.

Pada program ini juga dilakukan pendampingan dalam budidaya ikan nila yang dikombinasikan yang dikombinasikan dengan budidaya sayuran untuk masyarakat Kalurahan Ngargosari khususnya yang tergabung dalam Pokdakan Ngudi Makmur. Program ini diharapkan turut membantu meningkatkan produksi ikan dan sayuran di lingkungan Kalurahan Ngargosari, mengembangkan teknologi budidaya ikan, sekaligus mendukung program pemerintah kalurahan dalam hal inovasi kegiatan masyarakat.

Hasil yang diperoleh dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat Kalurahan Ngargosari, juga  diharapkan dapat dirasakan oleh masyarakat di pedukuhan lain di Ngargosari, Kapanewon Samigaluh serta merupakan bagian dari proses transfer keilmuan segenap Civitas Akademika Departemen Kimia FMIPA UGM. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...