Rabu, 07 Februari 2018

PEMBENIHAN GURAME
(sumber :  http://nindiyanastiti.blogspot.co.id/2014/11/teknik-pembenihan-ikan-gurami.html)

Pembenihan ikan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan benih dengan ukuran tertentu. Selanjutnya benih yang dihasilkan dapat dipelihara lebih lanjut pada kegiatan pendederan atau pembesaran. Satuan produksi pembenihan ikan adalah jumlah (butir telur atau ekor), sedangkan ukuran benih gurami dinyatakan dalam panjang (cm) (Mahyuddin, 2009). Tujuan pembenihan ikan pada dasarnya untuk memproduksi / menghasilkan benih yang berkualitas unggul / baik. Benih yang unggul ditandai dengan pertumbuhan yang lebih cepat. Benih unggul juga bukan dari satu keturunan yang sama (dari induk yang sama).
3.1.      Wadah Budidaya
            Wadah budidaya gurami bisa dalam kolam semen maupun kolam tanah. Tanah yang baik adalah tanah yang tidak berporos. Karena jika berporos akan cepat menyerap air (merembes). Kalau bisa cenderung memakai tanah liat atau lempung, tidak berbatu-batu, cukup mengandung humus sehingga dapat menumbuhkan pakan alami. Tanah yang subur banyak ditemukan dan tumbuh berbagai pakan alami di dasar tanah tersebut. Lokasi budidaya juga harus jauh dari jalan raya (kebisingan), karena akan menyebabkan induk gurami mengalami stress, akibatnya bisa jadi induk tidak akan melakukan proses pemijahan.
3.2.      Kegiatan Pembenihan
            Kegiatan pembenihan gurami meliputi pemilihan induk, pemeliharaan induk, teknik pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva hingga benih siap didederkan lebih lanjut yaitu ukuran biji oyong atau gabah (umur 30-40 hari).
a.         Pemilihan induk
            Berikut ini ciri-ciri induk unggul dan berkualitas ikan gurami :
-          Induk dipilih diantara suatu peranakan yang pertumbuhannya paling cepat, dan tidak berada dalam keturunan yang sama.
-          Kondisi tubuh sehat dan bentuk badan normal
-          Gerakan ikan normal dan lincah
-          Susunan sisik rapid an teratur; licin dan mengkilat; serta tidak ada luka
-          Umur produktif 4-10 tahun untuk induk betina dan 3-7 tahun untuk induk jantan.
-          Berat badan induk lebih dari 2 kg/ekor. Berat badan induk jantan diusahakan lebih besar dibandingkan induk betina.
-          Khusus induk jantan dipilih yang berdagu besar dan tebal. Hal ini karena yang demikian akan pandai dalam membuat sarang dan akan memudahkan perannya dalam pemindahan telur ke dalam sarang. (Mahyuddin, 2009)
b.         Pemeliharaan induk
            Induk maupun calon induk yang akan dipijahkan dipelihara dalam kolam pemeliharaan induk, dengan tujuan mempercepat proses pematangan gonad serta menjaga kesehatan induk. Kolam induk jantan dan betina hendaknya dipisahkan, karena jika disatukan maka khawatir akan terjadi pemijahan yang tidak terkontrol. Kolam pemeliharaan induk dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok, tetapi dasar kolam diusahakan tetap tanah, karena bau tanah dapat membantu mempercepat pematangan gonad induk gurami. Induk gurami diberi makan dua macam pakan yaitu dari tumbuhan (daun talas, kangkung, kacang hijau, ketela pohon, dan daun pepaya) dan pakan buatan (pelet dengan protein minimal 25%). Pakan tumbuhan diberikan 5-10 % dari total bobot ikan perhari. Pakan pelet hanya sebagai pelengkap, karena pakan tumbuhan harus dalam prosentase yang lebih banyak agar telur yang dihasilkan akan mudah terurai dan tidak diselubungi lemak. Dengan pengelolaan yang baik maka setiap 3 bulan sekali induk gurami dapat dipijahkan kembali.
c.         Pemilihan induk siap pijah
            Untuk mempercepat pematangan gonad induk dapat dilakukan beberapa cara :
-                      Aliran air. Kolam pemijahan harus dilengkapi saluran air masuk dan pengeluaran, agar aliran air yang masuk kolam dapat merangsang ikan untuk matang gonad dan memijah.
-                      Tanah. Bau tanah dapat merangsang / memicu pematangan gonad.
-                      Pakan daun sente / talas
-                      Manipulasi suhu
-          Manipulasi cahaya
            Ciri ikan gurami betina dan jantan yang siap dipijahkan adalah :
-          Induk betina : perut tampak buncit dan membesar ke arah belakang, perut terasa lembek/lunak, pada alat kelamin/disekitar anus terlihat berwarna putih kemerahan dan agak menonjol, warna tubuh relative terang, dan pergerakan induk lebih lamban.
-          Induk jantan : bentuk perut meruncing ke arah anus, aktivitas induk mengumpulkan bahan sarang (ijuk, sabut kelapa atau rumput kering), selalu beriringan dengan induk betina, tingkah lincah dan agresif, alat kelamin tampak memerah dan warna  tubuh cenderung merah dan hitam terang, jika ditekan bagian perut kea rah alat kelamin akan mengeluarkan sperma berwarna putih jernih.
d.         Persiapan pemijahan
            Kolam pemijahan sebaiknya dengan dasar tanah agar bau tanahnya dapat merangsang induk gurami untuk segera memijah. Tahapan persiapan kolam pemijahan adalah sebagai berikut :
-          Kolam dikeringkan selama 3-7 hari, tujuannya untuk merangsang birahi induk agar segera kawin, membunuh hama penyakit, serta membuang gas-gas yang membahayakan ikan (ammonia)
-          Setelah itu dilakukan pengapuran dengan dosis 100 gr/m2. Pemberian kapur bertujuan menaikkan pH dan membunuh bibit penyakit.
-          Pengisian air kolam sedalam 80 cm dengan air bersih dan jernih. Setelah 3-4 hari maka induk dapat dimasukkan ke kolam  pemijahan.
            Di alam, induk gurami jantan membuat sarang yang terbuat dari rumput-rumput kering yang disusun di pojokan kolam. Agar proses pemijahan berlangsung cepat, pembudidaya perlu menyediakan tempat kerangka sarang (sosog) dan bahan yang diperlukan untuk membuat sarang (ijuk/serabut kelapa). Diameter mulut sosog antara 25-30 cm dan dalamnya 30-40 cm. Pemasangan sosog dilakukan di pematang dengan cara bagian tangkainya ditancapkan de pematang kolam. Jarak pemasangan sosog satu dengan lainnya sekitar 2-4 m.
e.         Teknik pemijahan
            Dasar kolam sebaiknya berupa tanah. Kolam pemijahan jangan terlalu luas karena akan menyebabkan gerakan induk kurang produktif. Umumnya berbentuk persegi panjang ukuran 20-200 m2, tetapi yang umum diterapkan yaitu 20-25 m2 dengan sistem paket/pasangan yaitu dalam satu kolam diisi 1 ekor jantan dan 3 ekor betina (1:3 atau 5 meter/induk). Kedalaman kolam sekitar 75-100 cm.
            Proses pemijahan ikan gurami membutuhkan waktu relatif lama, dan sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad induk dan rangsangan dari luar. Biasanya berlangsung setelah 15-30 hari induk dilepas ke kolam pemijahan. Induk jantan akan membuat sarang yang dapat berlangsung 1-2 minggu tergantung kondisi induk dan lingkungannya. Setelah  itu induk jantan akan menghampiri dan menggiring induk betina untuk melakukan pemijahan dan biasanya terjadi didepan mulut sarang. Fertilisasinya terjadi secara eksternal yaitu bertemunya telur dan sperma di luar tubuh. Induk betina akan menyemprotkan telur-telurnya melalui lubang sarang, kemudian induk jantan membuahi dengan menyemprotkan spermanya pada telur. Telur yang tercecer diluar sarang akan dimasukkan induk jantan ke dalam lubang sarang dengan mulutnya.
            Waktu pemijahan biasanya terjadi pada sore hari, yaitu antara pukul 14.00 – 17.00. Setelah pemijahan selesai, induk jantan akan menutup lubang sarang dengan ijuk/sabut kelapa/rumput kering yang menandakan dalam sarang sudah ada telur. Telur di sarang dapat diambil 1 hari setelah pemijahan. Induk betina dalam menjaga telur dan sarangnya sesekali mengipaskan sirip terutama ekornya ke arah sarang. Tujuannya untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air guna membantu menetaskan telur-telur dalam sarang.
            Penanda telur sudah keluar yaitu adanya bau amis yang dapat dicium di sekitar sarang serta adanya lapisan minyak di sekitar sarang. Namun jika tanda tersebut tidak tampak maka dilakukan pemeriksaan telur di sarang dengan cara meraba menggunakan tangan.
            Ada beberapa tahap pemijahan dari ikan gurami, yaitu :
-                      Pemijahan alami
kelemahan : tidak diketahui pasti waktu terjadinya pemijahan.
keunggulan : fekunditas lebih tinggi, karena telur dan sperma yang keluar benar-benar sudah matang sehingga tingkat keberhasilan tinggi.
-                      Pemijahan semi buatan
yaitu dengan menyeleksi induk jantan dan betina yang sudah matang, kemudian dilakukan penyuntikan dengan hormon (contohnya :  hormon ovaprim) untuk memacu pematangan akhir pada gonad dan ovulasi terjadi lebih cepat.
Pada betina disuntik dengan dosis 2x lipat dari jantan. Kemudian dicampur antara jantan dan betina yang sudah disuntik untuk selanjutnya dipijahkan secara alami.
-                      Pemijahan buatan
yaitu murni ada campur tangan dari manusia. Dengan disuntik hormon lalu dilakukan stripping pengurutan / penekanan dari bawah sirip dada sampai lubang genital) hingga keluar telur dan spermanya. Menggunakan hormon Ovaprim, hipofisa.
kelemahan : tingkat keberhasilan rendah karena kemungkinan ada  telur atau sperma yang belum matang gonad.
keuntungan : waktu keluarnya telur dapat ditentukan oleh manusia karena adanya penyetrippingan yang dilakukan.
f.          Penetasan telur
            Pemisahan telur dari sarang dilakukan dengan tahapan :
-                     Sarang dimasukkan dalam wadah / baskom
-                     Lalu dikeringkan perlahan-lahan dan dibersihkan dari sarang. Minyak harus dibuang karena akan memengaruhi ketersediaan oksigen terlarut dan air tercemar sehingga proses penetasan telur bisa terganggu. Daun ketela / kertas koran dapat digunakan untuk mengurangi/menyerap minyak.
-                     Telur dicuci sampai bersih, lalu dimasukkan dalam air bersih.
            Proses penetasan telur dilakukan dari telur menetas hingga menjadi larva kurang lebih 9-12 hari. Ciri telur yang baik (hidup) yaitu berwarna kuning bening, transparan dan mengkilap.  Ciri telur yang tidak baik (mati) yaitu berwarna kuning keputihan dan agak kusam sehingga harus segera dibuang.           Telur terlebih dahulu di aklimatisasi dalam mangkok plastik dan biarkan mengapung di air selama 5-10 menit.
            Wadah untuk menetaskan telur bisa memakai akuarium, bak ember, maupun paso. Bak ember dengan volume 20 liter, diameter 50-60 cm dan berwarna hitam, ketinggian air sekitar 15-20 cm. Air dalam wadah penetasan sebelum digunakan sebaiknya diberi larutan methylene blue untuk mencegah timbulnya jamur pada telur gurami. 1-2 hari sebelum telur dimasukkan, air dalam wadah penetasan diaerasi terlebih dahulu untuk menetralisir gas beracun. Padat penebaran telur dalam bak ember antara 1000-1250 butir per ember. Proses penetasan dari telur menjadi larva berlangsung selama 9-12 hari. Faktor utama yang memengaruhi penetasan yaitu suhu­. Jika suhunya rendah maka penetasannya lama. Hal ini disebabkan karena metabolisme dalam tubuh ikan semakin rendah. Setelah telur menetas maka dipindahkan ke bak pemeliharaan larva (lanjutan). Pemeliharaan larva dilakukan selama 30 hari. Pemberian pakan pada larva dilakukan bertahap, yaitu dimulai saat kuning telur habis. Pemberian pakan larva yang efektif yaitu hari ke 8-10 setelah telur menetas. Pada hari ke-8, kuning telur yang merupakan cadangan makanan larva mulai menipis dan mulai belajar mencari makan sendiri. (Mahyuddin, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...