Rabu, 07 Februari 2018

Pacu Bobot Gurame Ala Juwari

(sumber : https://rochimarmandoblog.wordpress.com/2016/12/02/pacu-bobot-gurame-ala-juwari/ )

 ak diragukan lagi bila budidaya ikan gurame membutuhkan waktu yang relatif lama. Setidaknya, untuk menghasilkan gurame konsumsi dengan ukuran 500 g per ekor atau sekilo isi 2 ekor membutuhkan waktu satu tahun. Tak heran, meskipun harga per kilogramnya cukup prospektif sebagai tambang uang, tak banyak yang menekuninya.

Ditemui di lokasi kolamnya di Desa Junjung, Tulungagung, Juwari (49 tahun) mengungkapkan bahwa tahun 2001, ia menggeluti usaha pembibitan gurame dan lele. Baru pada tahun 20016 dirinya memutuskan untuk menekuni pembesaran gurame.
Di awal, pria yang pernah mengikuti transmigrasi di Aceh ini memulai usaha pembesaran gurame dengan dua petak kolam, masing-masing berukuran 8 m x 8 m dan 10 m x 16 m. Ia menebari kedua kolam dengan total jumlah benih sebanyak 2.600 ekor.
Bukan tanpa aral. Selain menghadapi masalah soal kualitas air, Juwari sempat menemukan gangguan kesehatan pada guramenya yang bersumber dari pakan. “Badan gurame jadi pecah, seperti mbledos begitu, Mas,” kenang Juwari.
Sempat berganti merk pakan, tetapi masalah lain datang. Dari pakan yang ditawarkan pabrikan, hasil rendemennya kurang memuaskan.”Apalagi ditambah masalah kualitas air, yang seharusnya mulai panen pada umur 12 bulan, tapi panen saat itu bisa 13—14 bulan,” ungkap Sumari (54 tahun), kakak Juwari.
Mantab di usaha pembesaran gurame
Juwari memang tidak sendiri. Bersama dengan saudara lainnya, lima bersaudara ini terjun semua di usaha pembesaran gurame. Total jenderal, jumlah kolam yang dimiliki keluarga sebanyak 50 petak. Sementara Juwari sendiri, berawal dari dua petak, kini kolamnya sendiri ada 16 petak.
“Masing-masing petak diisi benih gurame seukuran silet sebanyak 2.500 ekor,” terang Sumari. Dari situ terlihat bahwa kebutuhan total benih gurame Juwari sebanyak 40.000 ekor. Sementara total kebutuhan bibit milik keluarga sebanyak 125.000 ekor.
Masih menurut Sumari, setiap 1.000 ekor gurame membutuhkan pakan pelet pabrik sebanyak 25 sak volume 30 kg. Artinya, dalam satu kali siklus budidaya membutuhkan pakan sebanyak 3.125 sak atau 93,75 ton pakan.
Dari Desa Junjung sendiri, keluarga Juwari bukan satu-satunya pembudidaya ikan gurame. Maklum, desa ini dianggap sebagai sentra gurame di Tulungagung. Sebagaimana pengakuan Agus (35 tahun), salah satu bakul gurame, ia mampu mengirim 1—2 rit gurame atau rata-rata 1,5 ton sehari. Gurame itu Agus distribusikan ke berbagai pasar luar Tulungagung seperti Jakarta, Surabaya, Malang, Semarang, dan Yogyakarta. Sementara itu, menurut pengakuan Agus, total gurame yang dikirim ke luar Tulungagung sebanyak 20 rit per hari alias 15 tom per hari.
Atur pola makan hasilkan rendemen tambahan
Selama ini, Juwari memberi pakan guramenya dengan pakan dari salah satu merk pabrikan berprotein 24—26%. Menurut pengakuannya, penggunaan pakan dengan kadar protein sejumlah itu mampu menghasilkan rendemen sebesar 65%. Artinya, satu kilogram pakan menghasilkan 650 gram daging gurame.
“Paling bagus, jika cuaca sedang bagus dan ikan sehat, rendemennya bisa mencapai 70%. Kisarannya pada 65—70%,” terang Juwari.
Pemilihan pakan yang tepat memang berawal dari nafsu makan ikan yang bagus. Dengan asupan nutrisi yang cukup,ikan menjadi lebih sehat dan gesit. Selain itu, gurame terhindar dari gangguan kesehatan seperti pecah atau retaknya badan akibat nutrisi yang tidak  seimbang,
“Nutrisi dalam pakan tidak sesuai dengan kebutuhan ikan gurame, terang Krido Retmonojati, Asisten Kepala Divisi Marketing Pakan Ikan Wonokoyo. Seperti diketahui, gurame memiliki kecenderungan pemakan tumbuh-tumbuhan atau herbivora. Meskipun begitu, rata-rata ikan budidaya telah dibiasakan untuk menjadi pemakan segala atau omnivora.  Namun tetap saja, karakteristiknya sebagai herbivora tetap ada. Terbukti, gurame suka sekali jika diberi pakan tambahan berupa dedaunan seperti daun sente atau talas atau pun daun singkong.
Meskipun begitu, berdasarkan pengalaman Juwari, ia bisa memacu pertumbuhan guramenya sehingga menghasilkan rendemen sebesar 75%. Rahasianya?
Tak mau pelit, Juwari membeberkan triknya. “Sekitar 2 bulan sebelum panen, pakan yang diberikan pada gurame mengandung protein 31—33%, terang Juwari.
Pakan berkadar protein setinggi ini biasa ditemukan pada pakan ikan lele. Juwari mengaku ikannya tumbuh lebih pesat dan aman dari kondisi badan pecah seperti penggunaan pakan gurame merk sebelumnya. Diduga, gurame dengan umur sekira delapan bulan sudah mampu beradaptasi dengan pakan berprotein tinggi dan mengonversi protein tersebut dalam bentuk daging. Inilah yang membuat rendemen gurame jadi bertambah.
Di samping bisa memacu rendemen menjelang panen, pakan lele yang diberikan pada gurame dua bulan sebelum panen jelas hemat biaya produksi. Maklum, harga pakan berprotein tinggi tentu lebih mahal. “Selisihnya mencapai 30.000 per sak,” ujar Krido.
“Yang paling penting kondisi gurame aman dan sehat, Mas. Tidak lagi terkena badan pecah,” ujar Andre (33 tahun). Menurut pria yang pernah merantau menjadi TKI di Malaysia ini, budidaya ikan gurame lebih “nyaman” secara finansial. “Kalau lele, butuh modal lebih besar, Mas,” ungkapnya pada Info Akuakultur.
Ternyata, dengan menerapkan model pemberian pakan ala Juwari, bobot gurame bisa dipacu lebih cepat. Rendemen bertambah dan pastinya menghasilkan panen yang  bisa membuat wajah para pembudidaya sumringah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...