Budidaya Daphnia, Pemasok Protein Pakan Larva
Dalam dunia perbenihan ikan, kutu air menjadi salah primadona pakan larva bernilai protein sangat tinggi, yaitu hampir 70%. Banyak jenis kutu air yang biasa digunakan sebagai pakan benih ikan yang relatif mudah ditemukan di alam dan dikembangbiakkan, salah satunya daphnia.
Daphnia menjadi pakan ikan yang baik untuk larva ikan. Maklum, selain ukurannya sesuai bukaan mulut larva, nilai proteinnya yang cukup tinggi mampu mempercepat laju pertumbuhan benih ikan.
Daphnia dapat dibudidayakan dengan mudah. Pengadaan benihnya bisa diperoleh dari alam sehingga bisa menekan biaya pengadaan pakan benih. Dengan bantuan kotoran ayam atau burung puyuh, jumlah kutu air ini akan berkali lipat hanya dalam hitungan hari.
Beda daphnia, beda Moina Pada perairan air tawar seperti sungai, waduk, atau kolam sawah, terdapat dua macam kutu air yang biasa digunakan sebagai pakan benih ikan, yaitu daphnia dan moina. Meskipun sekilas tampak sama, terdapat beberapa ciri fisik yang membedakan keduanya.
Daphnia mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih, serta ruas-ruas tubuh yang tidak terlihat. Pada bagian bawah kepalanya terdapat moncong berbentuk bulat dan pada tubuhnya terdapat lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut antennula, sedangkan alat kedua disebut antenna, yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak. Tiga alat lainnya merupakan alat tambahan pada bagian mulut.
Daphnia berkembang biak secara aseksual atau parthenogenesis dan secara seksual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi dengan menghasilkan individu muda betina. Daphnia akan mengerami telurnya kantong pengeraman hingga menetas dan mengeluarkan anaknya saat pergantian kulit.
Adapun ciri khas moina yaitu bentuk tubuhnya pipih ke samping. Dinding tubuh bagian punggungnya membentuk lipatan sehingga menutupi bagian tubuh berserta anggota-anggota tubuh di kedua sisinya sehingga tampak seperti cangkang kerang-kerangan. Cangkang di bagian belakang membentuk kantong yang berguna sebagai tempat penampungan dan perkembangan telur.
Menurut Djarijah dalam Nurzaman (2002), antara Moina sp dengan Daphnia sp mempunyai sedikit perbedaan pada ukurannya. Moina sp berukuran 500—1.000 mikron, sedangkan Daphnia sp 1.000—5.000 mikron. Selain itu, Moina sp mempunyai ekor yang lebih panjang. Sementara Lingga, dalam Nurzaman (2002), menjelaskan bahwa bentuk Moina sp pipih bening dan tembus pandang, sehingga terlihat bentuk anggota bagian dalamnya, termasuk telurnya.
Butuh kalsium dan oksigen
Daphnia hidup pada kisaran suhu 18—24 oC. Adapun pH yang diinginkan sedikit alkali, yaitu pH 6,7—9,2. Tak berbeda dengan makluk hidup akuatik lainnya, kandungan amoniak dan pH tinggi bisa mengakibatkan kematian daphnia.
Daphnia pun membutuhkan suplai oksigen untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Jika oksigen dalam perairan kurang mencukupi, daphnia akan membentuk hemoglobin. Pada kondisi tersebut, daphnia akan tampak berwarna merah. Kurangnya suplai oksigen dapat mengakibatkan kematian pada Daphnia.
Dalam hal makan, daphnia merupakan filter feeder, yang mendapatkan pakan dengan cara menyaring organisme yang lebih kecil atau bersel tunggal seperti alga dan jenis protozoa lainnya. Selain itu, daphnia membutuhkan vitamin dan mineral yang harus ada dalam air, contohnya adalah kalsium. Unsur ini sangat dibutuhkan untuk pembentukan cangkang. Oleh karena itu, saat budidaya perlu menambahkan potongan batu kapur atau batu apung dalam wadah pembiakan. Selain bisa meningkatkan pH, bahan tersebut juga menyuplai kalsium untuk daphnia.
Bisa di bak atau kolam tanah
Kultur atau budidaya daphnia cukup mudah dan bisa dilakukan di bak atau pun kolam tanah. Jika memiliki lahan tanah yang luas, kolam tanah bisa dijadikan alternatif pengadaan wadah yang murah. Jika lahan tidak mencukupi, bak plastik, tembok, atau akuarium pun bisa digunakan dan disusun secara bertingkat.
Kultur daphnia di bak tembok
Pertama kali, siapkan bak tembok berukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 0,5 m. Kemudian keringkan selama 3 hari. Setelah kering, isi air setinggi 30—35 cm. Langkah selanjutnya, masukkan 2 ember kecil kotoran ayam atau puyuh yang sudah kering. Agar ampasnya tidak mengotori kolam, kotoran bisa dimasukkan karung, lalu diikat. Masukkan ke dalam air, lalu injak-injak agar sari kotoran keluar dan bercampur dengan air kolam.
Setelah persiapan air dan pemupukan selesai, tebarkan 0,5 liter induk daphnia. Induk daphnia bisa diperoleh di perairan yang banyak mengandung bahan organik, misalnya sawah dan selokan yang airnya tergenang. Biarkan induk berkembang sendiri di bak pemeliharaan hingga umur panen. Panen dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-12 sejak penebaran. Panen dilakukan dengan scoop net halus dan ditampung dalam ember atau baskom sebelum diberikan ke larva ikan.
Setiap bak dengan ukuran tersebut bisa menghasilkan daphnia senanyak 10 kg dan puncaknya menghasilkan 2 kg dalam sehari. Agar terus berkembang, lakukan pemupukan ulang selama 1 minggu sekali. Panen berikutnya bisa dilakukan pada hari ke-5 atau, tergantung populasinya.
Kultur daphnia di kolam tanah
Kultur daphnia di kolam tanah bisa menghasilkan populasi yang lebih baik dibandingkan kultur yang dilakukan di bak. Maklum, ekosistemnya masih alami. Caranya budidayanya dilakukan dengan menyiapkan kolam tanah berukuran 100 meter persegi, lalu keringkan selama 4—5 hari. Setelah kering, isi air setinggi 40—60 cm. Kemudian tebarkan 2 karung kotoran ayam atau puyuh yang sudah kering, perlakukan sama dengan penjelasan kultur pada bak semen sebelumnya. Tebarkan 2 liter induk Daphnia dan biarkan berkembang sendiri hingga panen. Panen bisa dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-12 dari penebaran induk.
Seperti di bak, panen dilakukan dengan scoop net halus. Kolam 100 meter persegi dapat menghasilkan daphnia sebanyak 40 kg dan puncaknya bisa menghasilkan 5 kg sehari.
Diawetkan lebih lama
Jika melimpah, daphnia bisa diawetkan. Jumlah yang melimpah pada kolam menuntut dikuranginya padat tebar sehingga pertumbuhan dahnia bisa lebih baik. Pengawetan daphnia dilakukan dengan cara dibekukan. Pembekuan tidak mengurangi kandungan gizi daphnia dan tanpa penggunaan bahan kimia berbahaya. Cara pengawetannya dilakukan dengan memasukkan daphnia kedalam kantong plastik yang sudah disiapkan. Lipat plastik hingga tidak terjadi kebocoran, lalu masukkan ke dalam freezer. Daphnia siap diberikan sewaktu-waktu.
Sebelum diberikan pada larva ikan, daphnia beku direndam terlebih dulu dalam baskom berisi air agar es meleleh. Setelah itu, berikan daphnia pada ikan. Pengawetan bisa bertahan hingga 1 minggu. Jika terlalu lama, kandungan gizi pada daphnia dimungkinkan akan rusak. (Rch)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar