Euthanasia pada Ikan
(Sumber : https://defishery.wordpress.com/2011/03/12/oceanografi/)
Dalam memelihara ikan hias, ada kalanya kita dihadapkan pada suatu
pilihan yang sulit, khususnya pada saat ikan kesayangan tersebut
menderita suatu penyakit atau mengalami luka-luka yang parah. Keputusan
untuk menentukan harus mencoba mengakhiri penderitaan ikan tersebut
(Euthanasia) atau mencoba menyembuhkannya merupakan hal yang sangat
sulit, apalagi bila selama ini sudah terjalin keakraban antara pemilik
dan ikan kesayangannya. Jika tindakan euthannasia diperlukan berikut
adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan. Cara Euthanasia yang
Dianjurkan:
Perlu diingat bahwa ikan mempunyai rasa
sakit dan stress, oleh karena itu, euthanasia perlu dilakukan secara
manusiawi. Beberapa cara yang biasa dilakukan adalah:
Konkusi :
Pada cara ini tubuh ikan dibungkus dengan kain tetapi kepalanya
dibiarkan terbuka. Kemudian kepala ikan tersebut dipukulkan pada benda
keras, sekeras mungkin. Bisa juga dilakukan dengan cara memukul kepala
ikan tersebut dengan benda keras. Pastikan bahwa otak ikan tersebut
telah rusak, kalau tidak, terdapat kemungkinkan ikan akan sadar kembali.
Untuk memastikannya anda bisa gunakan gunting atau pisau untuk
merusakkan otaknya.
Dekapitasi:
Untuk ikan-ikan berukuran kecil, kepala ikan dapat dipisahkan dengan
cepat menggunakan pisau atau gunting yang sangat tajam. Selanjutnya otak
ikan tersebut segera dihancurkan. Ikan masih dapat tersadar selama
beberapa saat setelah kepalanya terpisah, oleh karena itu, tindakan
penghancuran otak ini diperlukan. Pembiusan overdosis: Cara ini termasuk
sesuai untuk berbagai jenis ukuran ikan. Selain itu juga sesuai untuk
melakukan Euthanasia bersama-sama pada ikan yang mengalami sakit secara
masal. Caranya adalah dengan merendam ikan pada larutan obat bius ikan
pada konsentrasi berlebih dan dalam waktu relatif lama.
Cara Euthanasia yang tidak dianjurkan:
Memasukan ikan kedalam septitank hidup-hidup dan menggelontornya dengan
air. Mengeluarkan ikan dari dalam air, kemudian membiarkannya sampai
mati. Memasukkan ikan pada air mendidih. Memasukkan ikan pada air dingin
(es). Mendinginkan ikan secara perlahanlahan. Mematahkan leher ikan
tanpa diikuti dengan pengrusakan otak Setelah melakukan Euthanasia,
kuburlah ikan tersebut di tempat yang aman, agar tidak menimbulkan
penularan yang tidak diperlukan. Jangan berikan ikan sakit tersebut
sebagai pakan pada ikan lainya untuk menghindari penularan dan
penyebaran penyakit pada ikan lainnya. Apabila akan diberikan sebagai
pakan pada binatang lain, pastikan jenis penyakitnya tidak akan menulari
binatang lain tersebut. Dari penjelasan tentang beberapa gejala
serangan penyakit maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tanda-tanda
penyakit pada beberapa jenis ikan pada umumnya hampir sama, misalnya
untuk penyakit bintik putih pada ikan air tawar, payau maupun laut
hampir sama. Gejala yang umum pada ikanikan yang terjangkit penyakit ini
akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip,
tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah
individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari
jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak
akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan,
tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut
dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu dapat
dijumpai bergerombol pada tempat yang sama. Ikan yang terjangkit ringan
sering tubuhnya pada benda-benda lain di dalam wadah sebagai respon
terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang
terjangkit berat dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya
sistem pengaturan osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat
infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami
kematian setelah beberapa hari terjangkit berat. Ikan yang terjangkit
berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan
fisiologis. Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari
dengan cepat dan siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai akibat
terjadinya iritasi pada sirip tersebut). Pada ikan yang terjangkit
sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan.
Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas, sirip tampak robek-robek
dan compangcamping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya kerusakan
pada kulit dan insang ini akan memicu ikan mengalami stres osmotik dan
stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup
insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan
dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini
terjadi peluang ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil.
Penyakit yang menyerang ikan budidaya sebenarnya dapat dideteksi lebih
dini oleh para pembudidaya jika memperhatikan gejala-gejala yang
diperlihatkan oleh ikan budidaya. Setiap ikan yang terserang penyakit
akan memberikan suatu gejala yang khas. Secara umum gejala ikan sakit
yang dapat dilihat dengan mudah bagi para pembudidaya ikan, dapat
dilihat dari dua kejadian yang terjadi pada ikan budidaya yaitu cara
kematian ikan di kolam dan tingkah laku ikan yang dipelihara. Cara
kematian ikan dikolabudidaya dapat dikelompokkan menjadi beberapa
yaitu :
1. Kematian ikan di kolam budidaya terjadi secara tiba-tiba dengan ciri-cirinya adalah :
- Ikan yang berukuran besar mati lebih dulu
- Ikan yang belum mati ada dipermukaan kolam atau disaluran air masuk
- Air kolam berubah warna dan menyebarkan bau busuk
- Ikan-ikan yang mati terjadi pada dini hari
- Tanaman air pada mati.
Hal ini penyebabnya adalah :
kekurangan oksigen di kolam budidaya
2. Kematian ikan yang terjadi secara tiba-tiba dan kejadiannya tidak
selalu pada pagi hari tetapi terjadi kapan saja dengan ciricirinya
adalah :
- Ikan yang kecil mati terlebih dahulu
- Hewan air lainnya mati seperti kodok, siput
- Ikan berenang saling bertabrakan
Hal ini penyebabnya adalah :
keracunan
3. Kematian ikan yang terjadi secara berurutan pada waktu yang cukup lama. Penyebabnya adalah parasit
4. Kematian ikan yang terjadi dengan kecepatan kematian pada awal.
Jumlah ikan yang mati sedikit, kemudian banyak dan jarak antara kematian
berselang sedikit. Penyebabnya adalah : virus dan bakteri.
5. Kematian ikan yang terjadi secara berurutan dengan kecepatan kematian
ikan sedikit, sampai mencapai puncak dengan jumlah kematian yang tetap.
Penyebabnya adalah masalah makanan. Selain memperhatikan cara kematian
dari ikan yang dipelihara di dalam wadah budidaya, penyakit yang
menyerang pada ikan budidaya dapat dilakukan pemantauan dengan melihat
tingkah laku ikan yang diduga terserang penyakit. Tingkah laku ikan yang
terserang penyakit pada beberapa jenis penyakit biasanya spesifik.
Adapun tingkah laku ikan pada wadah budidaya yang terserang penyakit dapat diketahui antara lain adalah :
1. Ikan-ikan yang dipelihara selalu berada atau berkumpul di permukaan
air atau di saluran pemasukkan air. Gejala serangan penyakit ini dapat
diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Kekurangan oksigen di perairan
- Parasit ikan
2. Ikan berada di permukaan air dan gerakannya sedikit lebih cenderung ikan tersebut berdiam diri (seperti keadaan lemas). Gejala serangan
penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Parasit di insang
- Kerusakan insang yang disebabkan oleh bakteri (virus)
- Ikan kekurangan zat nutrisi (haemoglobin
3. Aktivitas makan ikan berkurang.
Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Perubahan kualitas atau mutu air
- Makanan tidak cocok
- Segala macam penyakit
4. Ikan berenang terbalik dengan posisi bagian perut berada di atas dan ikan melakukan gerakan mengguling-gulingkan badannya. Gejala serangan
penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Parasit
- Virus
5. Ikan berada di dasar perairan dan tidak mau makan, serta siripnya tidak berkembang. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Parasit
- Kualitas air yang buruk
6. Ikan diam di dasar perairan dan menepi dipinggiran kolam. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
Parasit dari jenis Ichthyophthirius multifiliis.
7. Ikan gelisah (terlampau aktif) dan menggesekkan badannya pada
batu-batuan. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya
antara
lain adalah :
- Myxosoma
- Crustacea
8. Ikan bergetar, Gejala serangan
penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah parasit.
Dengan melihat tingkah laku ikan yang dibudidayakan di wadah budidaya
apapun, maka para pembudidaya ikan sudah dapatmenduga adanya gejala
serangan penyakit pada ikan. Untuk melihat secara jelas dan pasti
tentang jenis penyakit yang menyerang ikan peliharaan tersebut maka
harus dilakukan pengamatan dan melihat secara langsung organ tubuh ikan
yang terserang penyakit. Secara kasat mata dapat diketahui tentang jenis
penyakit yang menyerang ikan budidaya dari bagian tubuh luar ikan dan
bagian dalam tubuh ikan. Pada bagian tubuh ikan bagian luar antara lain
memberikan tanda-tanda serangan penyakit adalah :
1. Warna tubuh ikan lebih gelap dari penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Kekurangan vitamin C
- Virus
- Parasit jenis Trypanosoma (whirling disease)
2. Warna tubuh ikan kemerahan. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Insang ikan menggumpal disebabkan oleh bakteri, jamur dan parasit
- Ikan kekurangan makanan
3. Adanya luka borok. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Trematoda
- Bakteri
- Lernea dan Argulus
3. Adanya pendarahan pada daerah tertentu. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Argulus
- Lernea
- Bakteri
5. Ikan tubuhnya bengkak. Gejala penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Tumor
- Siste (telur dari parasit)
6. Perubahan bentuk tubuh ikan,seperti badannya bengkok, tidak mempunyai sirip. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Genetik (keturunan)
- Kekurangan zat nutrisi (makanan)
7. Perubahan kulit ikan ada beberapa macam, Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
- Terdapat bintik putih, penyebabnya adalah Ichthyophthirius multifiliis
- Terdapat selaput yang tidak beraturan, penyebabnya adalah jamur
- Ada lapisan lendir berwarna abu-abu, penyebabnya adalah Trichodina, Costia, Chilodonella.
- Ada bercak lendir dan darah, penyebabnya adalah Monogenea.
Selain itu untuk lebih memastikan praduga
tentang jenis penyakit yang telah menyerang ikan budidaya sebaiknya
dilakukan kembali pemeriksaan ikan sampel di laboratorium hama dan
penyakit ikan atau ditempat pengambilan sampel secara langsung. Prosedur
yang harus dilakukan sebelum
pemeriksaan parasit adalah ikan sampel terlebih dahulu dimatikan dengan
cara menusukkan jarum pada bagian medulla oblangata. Kemudian panjang
tubuh ikan dan berat tubuh ikan setiap sampel di catat. Pemeriksaan
dapat dilakukan pada bagian internal maupun eksternal meliputi permukaan
tubuh, sirip, insang, lambung dan usus. Ada beberapa metode pemeriksaan
yaitu metode pemeriksaan ektoparasit, metode pemeriksaan endoparasit,
metode penanganan spesimen dan identifikasi parasit. pemeriksaan
Ektoparasit
1. Seluruh permukaan tubuh diamati secara kasat mata atau dengan
menggunakan mikroskop dengan pembesaran 50 kali, setelah itu lendir
dikerik
dengan menggunakan pisau bedah dan
dibuat preparat ulas pada gelas obyek yang telah ditetesi air dan
diamati di bawah mikroskop.
2. Seluruh sirip ikan dipotong dari tubuh dengan menggunakan
gunting,ditempatkan pada gelas obyek yang telah ditetesi oleh air agar
tidak kering
lalu diamati di bawah mikroskop.
3. Kedua belah insang diambil semua, dipisahkan antara filamen dengan
tapisnya lalu ditumbuk secara perlahan dan ditetesi oleh air agar tidak
kering lalu diamati di bawah mikroskop.
Metode Pemeriksaan Endoparasit
1. Perut ikan dibuka dengan menggunting perut bagian bawah ikan dari
mulai anus hingga ke bawah sirip dada. Buka penutup rongga perut pada
bagian atas mulai dari anus sampai sirip dada dan digunting mengikuti
tutup insang sehingga isi perut terlihat. Isi perut dipindahkan ke dalam
gelas objek atau cawan petri yang ditetesi dengan NaCl 0,6% lalu
diamati dibawah mikroskop.
2. Pisahkan antara usus dan lambung, buka lambung dengan menggunakan
gunting secara memanjang lalu diamati dibawah mikroskop atau bisa dengan
mengerik secara perlahan bagian dalam lambung lalu oleskan pada gelas
objek yang telah ditetesi oleh NaCl 0,6% lalu diamati dibawah mikroskop.
3. Usus yang sudah dipisahkan digunting memanjang lalu diletakkan pada
gelas objek, dibuat sayatan setipis mungkin baru dilihat dibawah
mikroskop. Jika dari pengamatan secara kasat mata atau visual dapat
diduga jenis penyakit yang menyerang ikan budidaya dan untuk memastikan
secara ilmiah dapat dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan
membuat preparat. Misalkan dari penampakan bagian luar tubuh ikan yang
dibudidayakan diprediksi jenis penyakitnya maka prosedur yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut :
Protozoa
Protozoa diperoleh dengan mengerik lendir atau mukus yang kemudian
dioleskan pada gelas objek yang telah ditetesi oleh air. Terdapat dua
cara untuk dapat membuat preparat protozoa, yaitu :
- Teknik Impregnaris Perak Nitrat
- Sediakan ulasan mukus yang sudah kering udara lalu genangi dengan larutan perak nitrat 0,2% selama 5 – 10 menit, rendam preparat dalam air di bawah sinar matahari selama 15 – 30 menit kemudian dikeringkan.
- Teknik pewarnaan Giemsa
Myxosporea
Parasit ini merupakan endoparasit yang berada pada urat daging. Parasit ini ditemukan dalam bentuk kista atau spora. Kista dapat dipecahkan sehingga spora dapat keluar. Suspensi spora ditipiskan dan difiksasi dengan methanol 3 – 5 menit dan diwarnai dengan Giemsa selama 20 menit. Setelah itu preparat dicuci dengan air bersih, dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop.Monogenea Organ yang mengandung parasit ini direndam dalam larutan formalin selama 30 menit untuk melepaskan parasit. Parasit monogenea yang terlepas disusun dalam gelas objek dan ditetesi dengan amonium pikrat gliserin. Spesies parasit ini diidentifikasi menurut organ penempelannya. Digenea Digenea atau metaserkaria di dapat dari usus atau daging ikan. Parasit ini mudah mengkerut sehingga harus dipres dengan gelas penutup dan difiksasi dengan formalin 3% selama 5 menit dan disimpan dalam larutan alkohol 70%. Cestoda Cestoda yang biasanya menenpel pada usus dilepaskan dengan hatihati agar scoleks tidak terputus. Cestoda yang telah terlepas diletakkan dalam gelas objek dan dipres. Kemudian preparat inidifiksasi dengan alkohol 70% atau formalin 3% selama 5 – 30 menit. Acathocephala Cacing yang terdapat pada usus ikan ini diambil dengan hati-hati agar proboscisnya tidak terputus. Parasit ini kemudian dicuci dengan NaCl 0,85% lalu dicuci dengan air bersih. Perbedaan tekanan akan membuat cacing menjadi kaku dan proboscis terjulur. Cacing dibiarkan dalam air kran kurang lebih selama 1 jam kemudian ditutup dan difiksasi dengan larutan fiksatif pada salah satu ujung gelas penutup. Larutan fiksatif yang digunakan adalah Bouin beralkohol dan dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan formalin. Cacing disimpan dalam formalin 3%. Nematoda Parasit ini biasanya menginfeksi usus, hati, kulit, daging dan perut. Nematoda dapat ditemukan dalam bentuk kista maupun tidak. Cacing yang melekat diambil dengan menggunakan pinset sedangkankista dipecah sehingga cacing keluar kemudian difiksasi dengan alkohol atau formalin 3% agar tetap rileks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar