Selasa, 22 Desember 2020

  Euthanasia pada Ikan

(Sumber : https://defishery.wordpress.com/2011/03/12/oceanografi/)
Dalam memelihara ikan hias, ada kalanya kita dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit, khususnya pada saat ikan kesayangan tersebut menderita suatu penyakit atau mengalami luka-luka yang parah. Keputusan untuk menentukan  harus mencoba mengakhiri penderitaan ikan tersebut (Euthanasia) atau mencoba menyembuhkannya merupakan hal yang sangat sulit, apalagi bila selama ini sudah terjalin keakraban antara pemilik dan ikan kesayangannya. Jika tindakan euthannasia diperlukan berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan. Cara Euthanasia yang Dianjurkan:

Perlu diingat bahwa ikan mempunyai rasa sakit dan stress, oleh karena itu, euthanasia perlu dilakukan secara manusiawi. Beberapa cara yang biasa dilakukan adalah:
Konkusi :
Pada cara ini tubuh ikan dibungkus dengan kain tetapi kepalanya dibiarkan terbuka. Kemudian kepala ikan tersebut dipukulkan pada benda keras, sekeras mungkin. Bisa juga dilakukan dengan cara memukul kepala ikan tersebut dengan benda keras. Pastikan bahwa otak ikan tersebut telah rusak, kalau tidak, terdapat kemungkinkan ikan akan sadar kembali. Untuk memastikannya anda bisa gunakan gunting atau pisau untuk merusakkan otaknya.
Dekapitasi:
Untuk ikan-ikan berukuran kecil, kepala ikan dapat dipisahkan dengan cepat menggunakan pisau atau gunting yang sangat tajam. Selanjutnya otak ikan tersebut segera dihancurkan. Ikan masih dapat tersadar selama beberapa saat setelah kepalanya terpisah, oleh karena itu, tindakan penghancuran otak ini diperlukan. Pembiusan overdosis: Cara ini termasuk sesuai untuk berbagai jenis ukuran ikan. Selain itu juga sesuai untuk melakukan Euthanasia bersama-sama pada ikan yang mengalami sakit secara masal. Caranya adalah dengan merendam ikan pada larutan obat bius ikan pada konsentrasi berlebih dan dalam waktu relatif lama.
Cara Euthanasia yang tidak dianjurkan:
Memasukan ikan kedalam septitank hidup-hidup dan menggelontornya dengan air. Mengeluarkan ikan dari dalam air, kemudian membiarkannya sampai mati. Memasukkan ikan pada air mendidih. Memasukkan ikan pada air dingin (es). Mendinginkan ikan secara perlahanlahan. Mematahkan leher ikan tanpa diikuti dengan pengrusakan otak Setelah melakukan Euthanasia, kuburlah ikan tersebut di tempat yang aman, agar tidak menimbulkan penularan yang tidak diperlukan. Jangan berikan ikan sakit tersebut sebagai pakan pada ikan lainya untuk menghindari penularan dan penyebaran penyakit pada ikan lainnya. Apabila akan diberikan sebagai pakan pada binatang lain, pastikan jenis penyakitnya tidak akan menulari binatang lain tersebut. Dari penjelasan tentang beberapa gejala serangan penyakit maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tanda-tanda penyakit pada beberapa jenis ikan pada umumnya hampir sama, misalnya untuk penyakit bintik putih pada ikan air tawar, payau maupun laut hampir sama. Gejala yang umum pada ikanikan yang terjangkit penyakit ini akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama. Ikan yang terjangkit ringan sering tubuhnya pada benda-benda lain di dalam wadah sebagai respon  terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat. Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). Pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas, sirip tampak robek-robek dan compangcamping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan mengalami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi peluang ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil. Penyakit yang menyerang ikan budidaya sebenarnya dapat dideteksi lebih dini oleh para pembudidaya jika memperhatikan gejala-gejala yang diperlihatkan oleh ikan budidaya. Setiap ikan yang terserang penyakit akan memberikan suatu gejala yang khas. Secara umum gejala ikan sakit yang dapat dilihat dengan mudah bagi para pembudidaya ikan, dapat dilihat dari dua kejadian yang terjadi pada ikan budidaya yaitu cara kematian ikan di kolam dan tingkah laku ikan yang dipelihara. Cara kematian ikan dikolabudidaya dapat dikelompokkan menjadi beberapa yaitu :
1. Kematian ikan di kolam budidaya terjadi secara tiba-tiba dengan ciri-cirinya adalah :

  •  Ikan yang berukuran besar mati lebih dulu
  •  Ikan yang belum mati ada dipermukaan kolam atau disaluran air masuk
  •  Air kolam berubah warna dan menyebarkan bau busuk
  •  Ikan-ikan yang mati terjadi pada dini hari
  •  Tanaman air pada mati.

Hal ini penyebabnya adalah :
kekurangan oksigen di kolam budidaya
2. Kematian ikan yang terjadi secara tiba-tiba dan kejadiannya tidak selalu pada pagi hari tetapi terjadi kapan saja dengan ciricirinya adalah :

  •  Ikan yang kecil mati terlebih dahulu
  •  Hewan air lainnya mati seperti kodok, siput
  •  Ikan berenang saling bertabrakan

Hal ini penyebabnya adalah :
keracunan
3. Kematian ikan yang terjadi secara berurutan pada waktu yang cukup lama. Penyebabnya adalah parasit
4. Kematian ikan yang terjadi dengan kecepatan kematian pada awal. Jumlah ikan yang mati sedikit, kemudian banyak dan jarak antara kematian

    berselang sedikit. Penyebabnya adalah : virus dan bakteri.
5. Kematian ikan yang terjadi secara berurutan dengan kecepatan kematian ikan sedikit, sampai mencapai puncak dengan jumlah kematian yang tetap. Penyebabnya adalah masalah makanan. Selain memperhatikan cara kematian dari ikan yang dipelihara di dalam wadah budidaya, penyakit yang menyerang pada ikan budidaya dapat dilakukan pemantauan dengan melihat tingkah laku ikan yang diduga terserang penyakit. Tingkah laku ikan yang terserang penyakit pada beberapa jenis penyakit biasanya spesifik.

Adapun tingkah laku ikan pada wadah budidaya yang terserang penyakit dapat diketahui antara lain adalah :
1. Ikan-ikan yang dipelihara selalu berada atau berkumpul di permukaan air atau di saluran pemasukkan air. Gejala serangan penyakit ini dapat

     diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Kekurangan oksigen di perairan
  •  Parasit ikan

2. Ikan berada di permukaan air dan gerakannya sedikit lebih cenderung ikan tersebut berdiam diri (seperti keadaan lemas). Gejala serangan

    penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Parasit di insang
  •  Kerusakan insang yang disebabkan oleh bakteri (virus)
  • Ikan kekurangan zat nutrisi (haemoglobin

3. Aktivitas makan ikan berkurang.
Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Perubahan kualitas atau mutu air
  •  Makanan tidak cocok
  •  Segala macam penyakit

4. Ikan berenang terbalik dengan posisi bagian perut berada di atas dan ikan melakukan gerakan mengguling-gulingkan badannya. Gejala serangan

    penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Parasit
  •  Virus

5. Ikan berada di dasar perairan dan tidak mau makan, serta siripnya tidak berkembang. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Parasit
  •  Kualitas air yang buruk

6. Ikan diam di dasar perairan dan menepi dipinggiran kolam. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

    Parasit dari jenis Ichthyophthirius multifiliis.
7. Ikan gelisah (terlampau aktif) dan menggesekkan badannya pada batu-batuan. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara

    lain adalah :

  •  Myxosoma
  •  Crustacea

8. Ikan bergetar, Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah parasit. Dengan melihat tingkah laku ikan yang dibudidayakan di wadah budidaya apapun, maka para pembudidaya ikan sudah dapatmenduga adanya gejala serangan penyakit pada ikan. Untuk melihat secara jelas dan pasti tentang jenis penyakit yang menyerang ikan peliharaan tersebut maka harus dilakukan pengamatan dan melihat secara langsung organ tubuh ikan yang terserang penyakit. Secara kasat mata dapat diketahui tentang jenis penyakit yang menyerang ikan budidaya dari bagian tubuh luar ikan dan bagian dalam tubuh ikan. Pada bagian tubuh ikan bagian luar antara lain memberikan tanda-tanda serangan penyakit adalah :
1. Warna tubuh ikan lebih gelap dari penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Kekurangan vitamin C
  •  Virus
  •  Parasit jenis Trypanosoma (whirling disease)

2. Warna tubuh ikan kemerahan. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Insang ikan menggumpal disebabkan oleh bakteri, jamur dan parasit
  •  Ikan kekurangan makanan

3. Adanya luka borok. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Trematoda
  •  Bakteri
  •  Lernea dan Argulus

3. Adanya pendarahan pada daerah tertentu. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Argulus
  •  Lernea
  •  Bakteri

5. Ikan tubuhnya bengkak. Gejala  penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Tumor
  •  Siste (telur dari parasit)

6. Perubahan bentuk tubuh ikan,seperti badannya bengkok, tidak mempunyai sirip. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Genetik (keturunan)
  • Kekurangan zat nutrisi (makanan)

7. Perubahan kulit ikan ada beberapa macam, Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :

  •  Terdapat bintik putih, penyebabnya adalah Ichthyophthirius multifiliis
  •  Terdapat selaput yang tidak beraturan, penyebabnya adalah jamur
  •  Ada lapisan lendir berwarna abu-abu, penyebabnya adalah Trichodina, Costia, Chilodonella.
  •  Ada bercak lendir dan darah, penyebabnya adalah Monogenea.

Selain itu untuk lebih memastikan praduga tentang jenis penyakit yang telah menyerang ikan budidaya sebaiknya dilakukan kembali pemeriksaan ikan sampel di laboratorium hama dan penyakit ikan atau ditempat pengambilan sampel secara langsung. Prosedur yang harus dilakukan sebelum
pemeriksaan parasit adalah ikan sampel terlebih dahulu dimatikan dengan cara menusukkan jarum pada bagian medulla oblangata. Kemudian panjang tubuh ikan dan berat tubuh ikan setiap sampel di catat. Pemeriksaan dapat dilakukan pada bagian internal maupun eksternal meliputi permukaan tubuh, sirip, insang, lambung dan usus. Ada beberapa metode pemeriksaan yaitu metode pemeriksaan ektoparasit, metode pemeriksaan endoparasit, metode penanganan spesimen dan identifikasi parasit. pemeriksaan Ektoparasit
1. Seluruh permukaan tubuh diamati secara kasat mata atau dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 50 kali, setelah itu lendir dikerik

    dengan menggunakan pisau bedah dan dibuat preparat ulas pada gelas obyek yang telah ditetesi air dan diamati di bawah mikroskop.
2. Seluruh sirip ikan dipotong dari tubuh dengan menggunakan gunting,ditempatkan pada gelas obyek yang telah ditetesi oleh air agar tidak kering

    lalu diamati di bawah mikroskop.
3. Kedua belah insang diambil semua, dipisahkan antara filamen dengan tapisnya lalu ditumbuk secara perlahan dan ditetesi oleh air agar tidak

    kering lalu diamati di bawah mikroskop.

Metode Pemeriksaan Endoparasit
1. Perut ikan dibuka dengan menggunting perut bagian bawah ikan dari mulai anus hingga ke bawah sirip dada. Buka penutup rongga perut pada bagian atas mulai dari anus sampai sirip dada dan digunting mengikuti tutup insang sehingga isi perut terlihat. Isi perut dipindahkan ke dalam gelas objek atau cawan petri yang ditetesi dengan NaCl 0,6% lalu diamati dibawah mikroskop.
2. Pisahkan antara usus dan lambung, buka lambung dengan menggunakan gunting secara memanjang lalu diamati dibawah mikroskop atau bisa dengan mengerik secara perlahan bagian dalam lambung lalu oleskan pada gelas objek yang telah ditetesi oleh NaCl 0,6% lalu diamati dibawah mikroskop.
3. Usus yang sudah dipisahkan digunting memanjang lalu diletakkan pada gelas objek, dibuat sayatan setipis mungkin baru dilihat dibawah mikroskop. Jika dari pengamatan secara kasat mata atau visual dapat diduga jenis penyakit yang menyerang ikan budidaya dan untuk memastikan secara ilmiah dapat dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan membuat preparat. Misalkan dari penampakan bagian luar tubuh ikan yang dibudidayakan diprediksi jenis penyakitnya maka prosedur yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Protozoa
Protozoa diperoleh dengan mengerik lendir atau mukus yang kemudian dioleskan pada gelas objek yang telah ditetesi oleh air. Terdapat dua cara untuk dapat membuat preparat protozoa, yaitu :

  •  Teknik Impregnaris Perak Nitrat
  •  Sediakan ulasan mukus yang sudah kering udara lalu genangi dengan larutan perak nitrat 0,2% selama 5 – 10 menit, rendam preparat dalam air di bawah sinar matahari selama 15 – 30 menit kemudian dikeringkan.
  • Teknik pewarnaan Giemsa
Sediakan ulasan mukus yang sudah dikeringkan udara lalu fiksasi dengan menggunakan metanol selama 15 menit, genangi preparat dengan Giemsa selama 15 – 30 menit kemudian bilas dengan air dan keringkan.
Myxosporea
Parasit ini merupakan endoparasit yang berada pada urat daging. Parasit ini ditemukan dalam bentuk kista atau spora. Kista dapat dipecahkan sehingga spora dapat keluar. Suspensi spora ditipiskan dan difiksasi dengan methanol 3 – 5 menit dan diwarnai dengan Giemsa selama 20 menit. Setelah itu preparat dicuci dengan air bersih, dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop.Monogenea Organ yang mengandung parasit ini direndam dalam larutan formalin selama 30 menit untuk melepaskan parasit. Parasit monogenea yang terlepas disusun dalam gelas objek dan ditetesi dengan amonium pikrat gliserin. Spesies parasit ini diidentifikasi menurut organ penempelannya. Digenea Digenea atau metaserkaria di dapat dari usus atau daging ikan. Parasit ini mudah mengkerut sehingga harus dipres dengan gelas penutup dan difiksasi dengan formalin 3% selama 5 menit dan disimpan dalam larutan alkohol 70%. Cestoda Cestoda yang biasanya menenpel pada usus dilepaskan dengan hatihati agar scoleks tidak terputus. Cestoda yang telah terlepas diletakkan dalam gelas objek dan dipres. Kemudian preparat inidifiksasi dengan alkohol 70% atau formalin 3% selama 5 – 30 menit. Acathocephala Cacing yang terdapat pada usus ikan ini diambil dengan hati-hati agar proboscisnya tidak terputus. Parasit ini kemudian dicuci dengan NaCl 0,85% lalu dicuci dengan air bersih. Perbedaan tekanan akan membuat cacing menjadi kaku dan proboscis terjulur. Cacing dibiarkan dalam air kran kurang lebih selama 1 jam kemudian ditutup dan difiksasi dengan larutan fiksatif pada salah satu ujung gelas penutup. Larutan fiksatif yang digunakan adalah Bouin beralkohol dan dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan formalin. Cacing disimpan dalam formalin 3%. Nematoda Parasit ini biasanya menginfeksi usus, hati, kulit, daging dan perut. Nematoda dapat ditemukan dalam bentuk kista maupun tidak. Cacing yang melekat diambil dengan menggunakan pinset sedangkankista dipecah sehingga cacing keluar kemudian difiksasi dengan alkohol atau formalin 3% agar tetap rileks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...