PENGOBATAN PENYAKIT IKAN
(sumber : https://defishery.wordpress.com/2011/03/12/oceanografi/)
Pengobatan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh para pembudidaya
ikan jika ikan yang dipelihara terserang penyakit. Sebelum melakukan
pengobatan terhadap ikan yang sakit, terlebih dahulu harus diketahui
jenis penyakit yang menyebabkan ikan sakit agar dapat diketahui jenis
obat yang akan digunakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Ada tiga
hal yang harus diperhatikan oleh para pembudidaya ikan yang akan
melakukan pengobatan terhadap beberapa jenis penyakit infeksi yaitu:
1. Jika penyakit ikan disebabkan oleh virus maka tidak ada obat yang
dapat memberantas virus tersebut. Yang bisa dilakukan adalah mengurangi
hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyakit.
2. Jika penyakit disebabkan oleh bakteri maka obat yang dapat digunakan adalah bahan kimia sintetik atau alami atau antibiotika.
3. Jika penyakit disebabkan oleh jamur dan parasit maka obat yang digunakan adalah bahan kimia.
Dalam melakukan pengobatan dengan menggunakan bahan kimiaharus diperhatikan beberapa hal yaitu :
1. Bahan kimia yang digunakan harus larut dalam air
2. Bahan tersebut tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap produksi
kolam. Bahan yang digunakan harus selektif yaitu bahan yang digunakan hanya mematikan sumber penyakit tidak mematikan ikan.
3. Bahan tersebut mudah terurai Pengobatan ikan sakit dapat dilakukan
beberapa metoda. Metoda yang dilakukan harus mempertimbangkan
antara lain; ukuran ikan, ukuran wadah, bahan kimia atau obat yang
diberikan dan sifat ikan. Beberapa metoda pengobatan adalah sebagai
berikut :
- Melalui suntikan dengan antibiotika Metoda penyuntikan dilakukan bila yang diberikan adalah sejenis obat seperti antibiotik atau vitamin. Penyuntikan dilakukan pada daerah punggung ikan yang mempunyai jaringan otot lebih tebal. Penyuntikan hanya dilakukan pada ikan yang
- berukuran besar terutama ukuran induk. Sedangkan yang kecil tidak dapat dilakukan.
- Melalui makanan Obat atau vitamin dapat diberikan melalui makanan. Akan tetapi bila makanan yang diberikan tidak segera dimakan ikan maka konsentrasi obat atau vitamin pada makanan akan menurun karena sebagian akan larut dalam air. Oleh karena itu metoda ini afektif diberikan pada ikan yang tidak kehilangan nafsu makannya.
- PerendamanMetoda perendaman dilakukan bila yang diberikan adalah bahan kimia untuk membunuh parasit maupun mikroorganisme dalam air atau untuk memutuskan siklus hidup parasit. Pengobatan ikan sakit dengan metoda perendaman adalah sebagai berikut:
- Pengolesan dengan bahan kimia atau obat, metoda ini dilakukan bila bahan kimia atau obat yang digunakan dapat membunuh ikan, bahan kimia atau obat dioleskan pada luka di tubuh ikan.
- Pencelupan; Ikan sakit dicelupkan pada larutan bahan kimia atau obat selama 15 – 30 detik, metoda ini pun dilakukan bila bahan kimia atau obat yang digunakan dapat meracuni ikan.
- Perendaman; dilakukan bila bahan kimia atau obat kurang sifat racunnya atau konsentrasi yang diberikan tidak akan membunuh ikan.
Pada perendaman jangka pendek (15 – 30 menit) dapat diberikan konsentrasi yang lebih tinggi daripada pada perendaman dengan waktu yang lebih lama (1 jam lebih sampai beberapa hari) Jenis bahan kimia dan obat yang digunakan dalam pengobatan dan pencegahan harus mempertimbangkan antara lain:
- Dalam dosis tertentu tidak membuat ikan stress maupun mati
- Efektif dapat membunuh parasit
- Sifat racun cepat menurun dalam waktu tertentu.
- Mudah mengalami degradasi dalam waktu singkat.
Jenis Bahan Kimia Dan Obat Yang digunakan antara lain adalah :
1. Kalium Permanganat (PK) Kalium permanganat (PK) dengan rumus kimia KMnO4 sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet. Sering dimanfaatkan untuk mengobati penyakit ikan akibat ektoparasit dan infeksi bakteri terutama pada ikan-ikan dalam kolam. Bila dilarutkan dalam air akan terjadi reaksi kimia sebagai berikut;
KMnO4 ⇒ K+ + MnO4–
MnO4- ⇒ MnO2+2On
- On – Oksigen elemental. (Oksidator) Sifat Kimia Oksidator kuat
- Sifat bahan aktif beracun adalah merusak dinding-dinding sel melalui proses oksidasi.
- Mangan oksida membentuk kompleks protein pada permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan sirip, juga membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit yang akhirnya menyebabkan kematian.
- Secara umum tingkat keracunan PK akan meningkat pada lingkungan perairan yang alkalin (basa).
- Tingkat keracunannya sedikit lebih tinggi dari tingkat pengobatannya.
- Dapat mengoksidasi bahan organik.
Manfaat
- Efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur (ektoparasit dan infeksi bakteri) dengan dosis 2 – 4 ppm pada perendaman.
- Bahan aktif beracun yang mampu membunuh berbagai parasit dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi.
Argulus, Lernea and Piscicola diketahui hanya akan respon apabila PK digunakan dalam perendaman (dengan dosis: 10- 25 ppm selama 90 menit). Begitu pula dengan Costia dan Chilodinella, dilaporkan resisten terhadap PK, kecuali dengan perendaman.
- Kalium permanganat sangat efektif dalam menghilangkan Flukes. Gyrodactylus dan Dactylus dapat hilang setelah 8 jam perlakuan dengan dosis 3 ppm pada suatu sistem tertutup, perlakuan diulang setiap 2-3 hari
- Sebagai disinfektan luka.
- Dapat mengurangi aeromonas (hingga 99%) dan bakteri gram negatif lainnya.
- Dapat membunuh Saprolegnia yang umum dijumpai sebagai infeksi sekunder pada Ulcer.
- Golongan ikan Catfish, perlakuann kalium permanganat dilakukan pada konsentrasi diatas 2 ppm.
Sebagai antitoxin terhadap aplikasi
bahan-bahan beracun. Sebagai contoh, Rotenone dan Antimycin. Konsentrasi
2-3 ppm selama 10- 20 jam dapat menetralisir residu Rotenone atau
Antimycin. DosisPK sebaiknya diberikan setara dengan dosis pestisida
yang diberikan, sebagai contoh apabila Rotenone diberikan sebanyak 2
ppm, maka untuk menetralisirnya PK pun diberikan sebanyak 2
ppm.
- Transportasi burayak dapat dengan perlakuan kalium permanganat dibawah 2 ppm.
Prosedur Perlakuan PK (untuk jamur,
parasit, dan bakteri) Filter biologi tidak boleh dilewatkan larutan PK,
karena dapat membunuh bakteri dalam filter biologi. Aliran air dan
aerasi bekerja optimal, karena pada saat molekul-molekul organik
teroksidasi, dan algae mati maka air akan cenderung keruh dan oksigen
terlarut menurun. Berikan dosis sebanyak 2-4 ppm. Dosis 2 ppm diberikan
pada ikanikan muda atau ikan-ikan yang tida bersisik.
Dosis 4 ppm diberikan pada ikanikan bersisik. Dosis tersebut tidak akan
merusak tanaman air, sehingga biasa digunakan untuk mensterilkan tanaman
air dari hama dan penyakit, terutama dari gangguan siput dan telurnya.
Satu sendok teh peres (jangan dipadatkan) kurang lebih setara dengan 6
gram. Hal ini dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan dosis yang
diinginkan apabila timbangan tidak tersedia. Perlakuan dilakukan 4 kali
berturut dalam waktu 4 hari, dengan pemberian PK dilakukan setiap pagi
hari. Apabila pada perlakuan ketiga atau keempat air bertahan berwarna
ungu selama lebih dari 8 jam (warna tidak berubah menjadi coklat), maka
hal ini dapat dijadikan pertanda untuk menghentikan perlakuan. Karena
hal ini menunjukkan bahwa PK sudah tidak bereaksi lagi, atau dengan kata
lain sudah tidak ada lagi bahan yang dioksidasi. Setelah perlakuan
dihentikan lakukan penggantian air sebanyak 40 % untuk segera membantu
pemulihan warna air.
2. Klorin Dan Kloramin
Klorin dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pembunuh kuman (disinfektan) di perusahan-perusahan air minum. Klorin (Cl2) merupakan gas berwarna kuning kehijauan dengan bau menyengat. Perlakuan klorinasi dikenal dengan kaporit. Sedangkan kloramin merupakan senyawa klorin-amonia (NH4Cl).
Cl2 + H2O→ H2ClO3 → Cl2 + H2O
NH4Cl + H2O→ NH4+ + ClO3–
Sifat Kimia
Klorin relatif tidak stabil di dalam air Kloramin lebih stabil
dibandingkan klorin Klorin maupun kloramin sangat beracun bagi ikan
Reaksi dengan air membentuk asam hipoklorit Asam hipoklorit tersebut
dapat merusak sel-sel protein dan sistem enzim ikan. Tingkat keracunan
klorin dan kloramin akan meningkat pada pH rendah dan temperatur tinggi,
karena pada pH rendah kadar asam hipoklorit akan meningkat. Efek racun
dari bahan tersebut dapat diperkecil bila residu klorin dalam air dijaga
tidak lebih dari 0.003 ppm Klorin pada konsentrasi 0.2 – 0.3 ppm dapat
membunuh ikan dengan cepat .
Tanda-tanda Keracunan
Ikan bergerak kesana kemari dengan cepat.
Ikan akan gemetar dan warna menjadi pucat, lesu dan lemah. Klorin dan
kloramin secara langsung akan merusak insang sehingga dapat menimbulkan
gejala hipoxia, meningkatkan kerja insang dan ikan tampak
tersengalsengal dipermukaan. Perlakuan Oleh karena klorin sangat
beracun bagi ikan maka perlu dihilangkan dengan cara sebagai berikut;
Air di deklorinasi sebelum digunakan, baik secara kimiawi maupun fisika.
Pengaruh klorin dihilangkan dengan pemberian aerasi secara intensif.
Mengendapkan air selama semalam. Dengan demikian maka gas klorin akan
terbebas ke udara. Menggunakan bahan deklorinator atau lebih dikenal
dengan nama anti klorin. Anti-klorin lebih dianjurkan untuk air yang
diolah dengan kloramin. Kloramin relatif lebih sulit diatasi hanya oleh
natrium tiosulfat saja dibandingkan dengan klorin, karena maskipun gas
klorinnya dapat diikat dengan baik, tetapi akan menghasilkan amonia.
Mengalirkan air hasil deklorinasi tersebut melewati zeolit. Segera
pindahkan ikan yang terkena keracunan klorin kedalam akuarium/wadah yang
tidak terkontaminasi. Dalam keadaan terpaksa tambahkan anti-klorin pada
akuarium. Tingkatkan intensitas aerasi untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya gangguan pernapasan pada ikanikan.
3. Biru Metilen (Methylene Blue)
Metil biru diketahui efektif untuk pengobatan Ichthyopthirius (white
spot) dan jamur. Selain itu, juga sering digunakan untuk mencegah
serangan jamur pada telur ikan. Metil biru biasanya tersedia sebagai
larutan jadi di toko-toko akuarium, dengan konsenrasi 1 – 2 persen.
Selain itu tersedia pula dalam bentuk serbuk.
Sifat Kimia
Metil biru merupakan pewarna thiazine.
Digunakan sebagai bakterisida dan fungsida pada akuarium. Dapat merusak
filtrasi biologi dan kemampuan warnanya untuk melekat pada kulit,
pakaian, dekorasi akuarium dan peralatan lainnya termasuk lem akuarium.
Dapat merusak pada tanaman air. Untuk mencegah serangan jamur pada telur
ikan. Dosis dan Cara Pemberian Untuk infeksi bakteri, jamur dan
protozoa dosis yang dianjurkan adalah 2 ml larutan Metil biru (Methylene
Blue) 1 % per 10 liter air akuarium. Perlakuan dilakukan dengan
perendaman jangka panjang pada karantina. Untuk mencegah serangan jamur
pada telur, dosis yang dianjurkan adalah 2 mg/liter. Cara pemberian
metil biru pada demi setetes. Pada setiap tetesan biarkan larutan metil
biru tersebut tersebar secara merata. Tetesan dihentikan apabila air
akuarium telah berwarna kebiruan atau biru jernih (tembus pandang).
Artinya isi di dalam akuarium tersebut masih dapat dilihat dengan jelas.
Perlakuan ini cukup dilakukan sekali kemudian dibiarkan hingga warna
terdegradasi secara alami. Setelah telur menetas, penggantian air
sebanyak 5 % setiap hari dapat dilakukan untuk mengurangi kadar metil
biru dalam air tersebut dan mengurangi akumulasi bahan organik dan
ammonium
4. Metronidazol
Metronidazol dan di-metrinidazol adalah obat antimikroba yang dibuat dan
dikembangkan untuk manusia melawan bakteri-bakteri anaerob dan
protozoa. Dalam dunia ikan hias, diketahui, obat ini biasa digunakan
untuk mengobati hexamitiasis. Dosis dan Cara Pemberian Dosis yang
disarankan adalah 10 ppm Obat ini biasanya berbentuk tablet dengan kadar
250 mg/tablet Perlakuan ini harus diulang selang sehari, hingga
sebanyak 3 ulangan Pergantian air sebanyak 25 % selama perlakuan,
Metronidazol diberikan secara oral, yaitu dicampurkan pada pakan dengan
obat, konsentrasi 1 % berat. Diberikan dengan cara mencelupkan pakan
pada larutan metronidazol. Di-Metronidazol Dosis = 5 ppm. Diberikan
seperti halnya cara pemberian metronidazol, tetapi ulangan dilakukan
dengan selang 3 hari (4 hari sekali). Pada kasus berat, pengobatan dapat
dilakukan dengan perendaman selama 48 jam dengan dosis 0.004%.
5. Malachite Green
Malachite Green merupakan pewarna triphenylmethane dari group rasamilin.
Bahan ini merupakan bahan yang kerap digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit dan parasit dari golongan protozoa, seperti: ichtyobodo,
flukes insang, trichodina, dan white spot, serta sebagai fungisida.
Penggunaan bahan ini hendaknya dilakukan pada sistem tertutup seperti
akuarium atau kolam ikan hias. Malachite green diketahui mempunya efek
sinergis apabila diberikan bersama-sama dengan formalin. Terdapat
indikasi bahwa kepopuleran penggunaan bahan ini agak menurun, karena
diketahui bisa menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan manusia apabila
terhirup. Malachite Green juga dapat menimbulkan akibat buruk pada
filter biologi dan pada tanaman air. Disamping itu, beberapa jenis ikan
diketahui tidak toleran terhadap bahan ini. Warna malachite green bisa
melekat pada apa saja, seperti tangan, baju, dan peralatan akuarium,
termasuk plastik. Hindari penggunaan malachite green dalam bentuk serbuk
(tepung). Disarankan untuk menggunakan malachite green bentuk larutan
jadi dengan konsentrasi 1% dan telah terbebas dari unsur seng. Dosis dan
Cara Pemberian Dosis 0.1 – 0.2 ml dari larutan 1% per 10 liter air,
sebagai perlakuan perendaman jangka panjang. Pemberian dosis dapat
dilakukan setiap 4-5 hari sekali. Sebelum pemberian dosis dilakukan,
disarankan untuk mengganti air sebanyak 25 % Dosis 1 – 2 ml dari larutan
1% per 10 liter, sebagai perlakuan jangka pendek (30 – 60 menit).
Perlakuan dapat di ulang setiap 2 hari sekali. Perlakuan dapat dilakukan
sebanyak 4-5 ulangan. Dosis campuran antara Malachite Green dan
Formalin untuk perlakuan pada ikan adalah 0.05 – 0.1 ppm MG dan 10
-25ppm Formalin. Untuk udang-udangan atau invertebrata laut adalah 0.1
-0.2 ppm MG dan 10 – 25 ppm Formalin.Malachite Green dapat pula
diberikan sebagai disinfektan pada telur dengan dosis 5 ppm selama 10
menit. Perlakuan hendaknya dilakukan pada tempat terpisah. Perhatian
Malachite Green dapat bersifat racun terhadap burayak ikan, terhadap
beberapa jenis tetra, dan beberapa jenis catfish seperti Pimelodidae
atau blue gill. Beberapa penyimpangan hasil perlakuan dengan MG dapat
terjadi apabila perlakuan dilakukan pada pH air diatas 9 atau apabila
temperatur air diatas 21 ° C.
Yakinkanlah MG yang digunakan adalah dari jenis yang bebas Seng. Tidak
ada salahnya dilakukan percobaan terlebih dahulu pada 1 atau 2 ikan
sebelum perlakuan MG dilakukan pada sejumlah banyak ikan.
6. Oxytetracyline
Oksitetrasiklin hidroklorida merupakan antibiotik yang kadang-kadang
digunakan dalam pengobatan penyakit akibat infeksi bakterial sistemik
pada ikan Dosis dan Cara Pemakaian Suntik; 10-20 mg oksitetrasiklin per
kg berat badan ikan. Ulangi penyuntikan apabila diperlukan. Oral;
diberikan melalui pakan. Dosis 60 – 75 mg per kg berat badan ikan per
hari. Berikan selama 7 – 14 hari. Perendaman; Jangka panjang (5 hari).
Dosis 20 -100 ppm. Ulangi apabila diperlukan.
7. Garam Inggris / Epsom Salts (MgSO4.7H20)
Garam inggris biasa digunakan untuk meningkatkan kadar mineral dalam
air, dan sering efektif dalam mengobati sembelit (tidak bisa buang
kotoran) pada ikan. Dosis dan Cara Pemberian Sebagai pencahar (pencuci
perut), larutkan 1 sendok teh peres (2,5 g) garam inggris dalam 18 liter
air (0,14 ppt). Terlebih dahulu larutkan garam inggris tersebut dalam
sedikit air akuarium pada wadah tertentu, selanjutnya masukan kedalam
akuarium yang telah berisi air dengan takaran yang sesuai. Peningkatan
sedikit temperatur air (dalam selang toleransi ikan yang bersangkutan)
dapat membantu meningkatkan laju metabolisme ikan tersebut sehingga
diharapkan akan dapat mempercepat pemulihan dari gejala sembelit.
8. Hidrogen Peroksida
Larutan jernih ini sepintas mirip air, dengan rumus kimia H2O2. Bahan
ini merupakan oksidator kuat, berbahaya bila dikonsumsi. Hidrogen
peroksida akan terurai menjadi dua produk yang aman yaitu, air dan
oksigen. 2H2O2 → 2H2O + O2 Bahan ini kerap digunakan dalam dunia
kesehatan sebagai disinfektan (pembunuh kuman) karena tidak meninggalkan
residu yang berbahaya. Bahan inipun digunakan pula sebagai antiseptik
pada akuarium. Hidrogen peroksida bisa pula digunakan sebagai penambah
oksigen dalam akuarium, untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen yang
terjadi. Sebuah produk peralatan akuarium menggunakan hidrogen perosida
untuk penambah oksigen tanpa tenaga listrik. Penggunaan Hidrogen
Peroksida Dalam Akuarium:Sebagai anti protozoa: Diberikan sebagai
perlakuan perendaman dalam jangkapendek. Dosis yang digunakan adalah 10
ml larutan dengan konsenrasi 3 % (teknis) dalam 1 liter air. Perendaman
dilakukan selama maksimum 5-10 menit. Perendaman harus dihentikan
apabila ikan menunjukkan gejala stress. Untuk memulihkan kondisi
kekurangan oksigen: Dosis yang digunakan 1-2 ml Hidrogen Peroksida 3%
dalam 10 liter air akuarium. Dosis harus dijaga agar jangan sampai
kelebihan. Kelebihan dosis akan membuat ikan menjadi stress dan bisa
membahayakan kehidupan ikan yang bersangkutan. Sebelum diberikan
dianjurkan untuk mengencerkan terlebih dahulu hidrogen perioksida
tersebut, setidaknya dengan 1: 10 (satu bagian bahan dengan 10 bagian
air). Setelah itu baru dimasukan kedalam akuarium. Pastikan pula bahwa
larutan ini dapat segera tercampur dengan baik setelah dimasukan kedalam
akuarium. Perlakuan ini hanya dianjurkan pada kondisi darurat saja,
yaitu bila kekurangan oksigen. Setelah itu dicari penyebab sebenarnya
agar dapat diatasi dengan lebih baik.
9. Formalin (HCHO dan CH3OH)
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 37- 40% dari
formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida,
dan pengawet. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam
pengobatan penyakit akibatektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir.
Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang
batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah
mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin sangat
beracun, meskipun masih dipakai secara luas dalam akurkulutur dan
lingkungan kolam tertentu, tetapi lebih banyak digunakan dalam
pengawetan specimen ikan untuk keperluan identifikasi. Ikan yang akan
diawetkan harusmelalui proses euthanasia yang hewani terlebih dahulu,
kecuali apabila ikan tersebut telah mati sebelumnya. Untuk pengawetan
biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%. Penggunaan Untuk
penggunaan jangka panjang (beberapa hari) atau jangka pendek (10 – 30
menit). Formalin dapat mengganggu filter biologi, oleh karena itu,
perlakuan sebaiknya dilakukan di akuarium khusus. Keuntungan dengan
perlakuan terpisah ini adalah apabila ikan mengalami stres pada saat
diperlakukan, ikan tersebut dapat segera dikembalikan pada akuarium
utama. Dosis dan Cara Pemberian Dosis penggunaan formalin bervariasi
tergantung pada spesies ikannya. Setiap spesies akan memiliki toleransi
berbeda terhadap formalin. Dengan demikian dosis yang dicantumkan pada
artikel ini bukan merupakan jaminan, tetapi merupakan kriteria
rata-rata. Yang perlu diperhatikan adalah: penggunaan formalin dalam
perlakuan jangka pendek harus diawasi dengan ketat. Dan perlakuan harus
segera dihentikan apabila ikan mulai menunjukkan gejala stres seperti
nafas tersengalsengal (megap-megap) atau meloncat (ingin keluar dari
akuarium) Untuk perlakuan jangka panjang, seperti untuk pengobatan
akibat infeksi ektoparasit penyebab kulit berlendir adalah 0.15 -0.25 ml
Formalin (37-40%) per 10 liter air. Setelah 2 – 3 hari, kembalikan ikan
pada wadah semula. Jangan dilakukan pada filter biologi, karena akan
membunuh bakteri yang ada pada filter Lakukan penggantian air sebanyak
30%. Untuk perlakuan jangka pendek, seperti untuk pengobatan akibat
infeksi ektoparasit besar penyebab fluke, dosisnya adalah 2 ml Formalin
(37-40%) per 10 liter air. Siapkan campuran terlebih dahulu sebelumikan
dimasukkan. Lakukan perendaman selama maksimal 30 menit, atau kurang
apabila ikan menunjukkan gejala stres.
Peringatan
Formalin sangat berbahaya apabila terkena kulit atau mata. Apabila hal
ini terjadi segeralah cuci dengan air yang banyak. Bahan ini juga dapat
menghasilkan uap beracun, oleh karena itu jangan biarkan botol formalin
terbuka di ruang tertutup. Simpan formalin dalam botol berwarna gelap
dan hindarkan dari cahaya, kalau tidak maka akan dapat terbentuk
paraformaldehid (berupa endapan putih) yang sangat beracun bagi ikan,
bahkan dalam konsentrasi yang sangat rendah. Selain itu, formalin dapat
bersifat eksplosif (meledak).
Sifat Fisika dan Kimia Formalin
Tampilan : cairan jernih (tidak berwarna)
Bau : berbau menusuk, keras
Kelarutan : sangat larut
Berat jenis : 1.08
pH : 2.8
Identifikasi Bahaya:
Sangat berbahaya! Dapat menyebabkan kanker. Resiko kanker tergantung
pada tingkat dan lama kontak. Uap berbahaya. Berbahaya apabila terhirup
atau terserap kulit. Menyebabkan iritasi terhadap kulit, mata dan
saluran pernafasan. Dapat berakibat fatal atau menyebabkan kebutaan
apabila tertelan. Mudah terbakar. Pertolongan Pertama: Terhisap:
Pindahkan korban pada udara bersih. Apabila tidak bernafas, nafas
buatan, apabila kesulitan bernafas beri oksigen, panggil dokter.
Tertelan: Apabila korban sadar usahakan untuk mengencerkan,
menonaktifkan dan menyerap bahan
dengan memberi susu, arang aktif, atau air. Setiap bahan organik akan
dapat menonaktifkan formalin. Jaga tubuh korban agar tetap hangat dan
rileks. Apabila muntah, jaga agar kepala lebih rendah dari pinggul.
Kontak Kulit: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15
menit, sambil melepas pakaian yang terkena. Cuci pakaian sebelum
digunakan kembali. Kontak Mata: Segera cuci dengan air yang banyak
selama paling tidak 15 menit Segera hubungi dokter. Dengan mengetahui
berbagai macam obat dan bahan kimia yang dapat digunakan dalam melakukan
pengobatan, maka akan sangat membantu para pembudidaya ikan untuk
mengobati ikan yang sakit. Sebagai contoh dalam aplikasinya, untuk ikan
yang sakit yang akan diobati dengan antibiotika antara lain
oxytetracycline. Maka cara pengobatannya dapat dilakukanmisalnya saja
dengan merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
Atau mau menggunakan bahan kimia dengan cara merendam ikan dalam larutan
nitrofuran 5 – 10 ppm selama 12 – 24 jam, merendam ikan dalam larutan
kalium permanganate (PK) 10 – 20 ppm selama 30 – 60 menit. Obat-obat
antibiotika seperti Kemicitin, Tetrasiklin, Streptomisin yang berupa
serbuk dapat dicampurkan ke dalam makanan ikan jika akan melakukan
pengobatan dengan sistem oral. Dosisnya harus diperhitungkan agar setiap
100 gram berat ikan, dapat memakan 1 mg antibiotika itu per hari. Lama
pemberian obat ini 2 – 3 minggu. Antibiotika juga dapat diberikan dengan
disuntikkan. Dosisnya, untuk larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 :
1,5 sebanyak 1 – 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut (intra
abdomincal cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram. Penyuntikan
perlu diulang setiap 2 – 3 hari sampai jangka waktu 2 minggu. Kalau cara
ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyembuhan dari hari ke
hari. Cara lain yang lebih praktis dalam pengobatan penyakit bakteri
adalah melalui makanan. Makanan ikan yang akan diberikan dicampur dulu
dengan chloromycetin 1 – 2 gram untuk setiap 1 kg pellet. Hal yang harus
diperhatikan adalah tetap menjaga kualitas air agar selalu sesuai
dengan kebutuhan hidup yang ideal bagi ikan. Perlu diketahui bahwa
apabila pemakaian antibiotika tidak sesuai dengan dosis yang telah
ditetapkan,
atau perhitungannya kurang cermat, maka lama kelamaan bakteri akan kebal
terhadap obat itu. Akibatnya, obat tersebut tidak mempan lagi untuk
memberantas jenis bakteri tertentu. Pada daerah yang mengalami wabah
penyakit, sering kali pencegahannya sulit dihindari. Untuk mengurangi
kerugian yang besar biasanya dilakukan pengobatan pada ikan. Oleh karena
ikan hidup di air, sehingga bahan kimia yang digunakan juga akan
terlarut dalam air. Hal ini dapat berakibat selain bertujuan untuk
mengobati ikan sakit, akan tetapi ikan pun dapat terbunuh bila tidak
dilakukan metoda, waktu, dosis obat yang tepat. Untuk mengantisipasi
kesalahan dalam melakukan pengobatan terhadap ikan yang sakit maka harus
dilakukan beberapa persiapan yaitu :
1. Ikan yang akan diobati sebaiknya harus dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam sebelum diberikan pengobatan.
2. Wadah yang digunakan untuk melakukan pengobatan ikan harus memakai
wadah yang terbuat dari bahan plastik, jangan menggunakan wadah
yang terbuat dari seng. Hal ini dapat membuat bahan kimia bereaksi dengan wadah yang terbuat dari seng.
3. Dalam melakukan pengobatan, jumlah obat yang akan diberikan kepada
ikan yang sakit harus tepat jenis, dosis dan benarbenar terukur.
4. Pengobatan sebaiknya dilakukan pada suhu perairan yang rendah misalnya pada pagi atau sore hari.
5. Sebaiknya dalam melakukan pengobatan dilakukan secara bertahap yaitu :
- Pengobatan pendahuluan
- Pengobatan pendahuluan merupakan pengobatan awal dimana ikan yang sakit diambil sebagian kecil dan diberi obat dengan jumlah yang sesuai dengan dosis.
- Pengobatan pokok, yang dilakukan setelah 12 – 24 jam dari pengobatan pendahuluan.
Cara pengobatan yang tidak berakibat fatal bagi ikan adalah sebagai berikut :
1. Pengolesan.
Cara ini biasanya digunakan untuk penyakit ikan yang kronis dengan dosis
obat yang tinggi. Bagian ikan yang sakit diolesi obat dengan
menggunakan kapas. Kemudian ikan segar dikembalikan ke air yang segar.
2. Perendaman pada bak.
Ikan yang terserang penyakit direndam dalam wadah/bak tertentu yang
berisi larutan obat selama 5 – 30 menit. Hal ini memberi kemungkinan
lamanya kerja obat untuk membunuh penyakit. Caranya sangat sesuai bila
parasit terdapat dalam lapisan kulit yang terlindung. Oleh karena ikan
terendam pada larutan yang berbahaya maka konsentrasi obat masih di
toleransi oleh ikan.
3. Perendaman pada kolam.
Umumnya cara ini memerlukan perendaman yang lebih lama dari pada bak (1
jam s/d beberapa hari) dengan bahan kimia. Tujuan dari perendaman yang
lama ini adalah memberi kesempatan pada obat untuk memutuskan rantai
kehidupan parasit dan konsentrasi obat biasanya sangat rendah sekali
sehingga tidak berbahaya bagi ikan. Untuk metoda ini sebaiknya
menggunakan bahan kimia yang mudah terurai menjadi netral. Bahan kimia
dan obat yang dapat digunakan untuk mengobati ikan pada berbagai
penyakit dapat dilihat pada Tabel 8.2.
Pengobatan white spot Obat hanya
dianjurkan untuk pencegah penyakit. Sebenarnya pemakaian antibiotik
kurang baik pengaruhnya terhadap ikan dan lingkungan. Oleh karena itu,
pemakaiannya tidak dianjurkan pada ikan yang dikonsumsi. Obat ini akan
tertinggal dalam jaringan daging atau lemak dan ini berbahaya bagi
kesehatan. Beberapa obat yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit
bintik putih adalah: Malachyte green. Obat ini diberikan sebanyak 1 gram
(berupa serbuk) untuk air kolam 10 m2, pengobatan diulang setiap 2
hari; dalam 10 hari, ikan yang sakit akan sembuh. Dalam pengobatan cara
ini, apalagi yang dilakukan cukup lama, kolam harus diaerasi dan ikan
diberi makanan yang cukup baik. Formalin. Ikan yang sakit direndam
setiap hari dalam larutan formalin 30% (dalam dosis 1 : 2000), lamanya
perendaman 1 jam. Garam dapur. Larutan garam dapur sebanyak 30 mg per
liter dengan waktu perendaman 1 menit dan dilakukan setiap hari, selama 3
– 5 hari berturut-turut. Cara ini juga dapat menyembuhkan penyakit
bintik putih. Methilene blue. Caranya, dibuat larutan methyl biru dengan
konsentrasi 1 % (satu gram metal biru dalam 100 cc air). Ikan yang
sakit kemudian dimasukkan dalam wadah yang berisi air bersih. Kemudian
didalamnya diberi larutan baku yang sudah dibuat tadi.Ikan dibiarkan di
dalam larutan
selama 24 jam. Agar ikan yang sakit benar-benar sembuh dan terbebas dari
parasit, pengobatan dilakukan berulang-ulang selama tiga kali dengan
selang waktu sehari. Pengobatan jamur Ikan yang terserang penyakit ini
tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas dan dapat
menyerang telur sehingga menghambat pernafasan yang dapat mengakibatkan
kematian. Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur dapat diobati dengan
tiga cara, yaitu direndam larutan kalium permanganate, larutan garam
dapur, dan larutan malachite green. Ikan direndam dalam larutan kalium
permanganate 1 gram per 100 liter, selama 60 – 90 menit. Ikan direndam
dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama 1 menit. Sedangkan
untuk mengobati penyakit ikan dengan malachite green, sebelumnya dibuat
larutan baku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk merendam
ikan, 1–2 ml larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air,
untuk dipakai merendam ikan selama 1 jam. Pengobatan diulang sampai
tiga hari berturut-turut. Selain itu juga dapat dilakukan dengan
perendaman selama 24 jam tetapi dosisnya dikurangi menjadi 0,15 – 0,70
ppm. Dapat juga menggunakan formalin 100 – 200 ppm selama 1 – 3 jam dan
perendaman dengan larutan garam dapur (NaCl) 20 ppm selama 1 jam.
Pengobatan bakteri Ikan yang terserang penyakit ini akan bergerak
lambat, bernafas megap-megap di permukaan air, warna insang pucat dan
warna tubuh berubah gelap. Juga terdapat bercak-bercak merah pada bagian
luar tubuhnya dan kerusakan pada insang dan kulit. Pengobatan penyakit
dari kelompok bakteri ini dapat dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya adalah :
1. Metode perendaman
dalam larutan PK 10 – 20 ppm selama 30 – 60 menit atau PK 3 – 5 ppm
selama 12 – 24 jam. Dengan larutan Nitrofuran 5 – 10 ppm selama 24 jam
dan dengan larutan antibiotik oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam,
tetrasiklin / kemisitin/Chloramphenikol 250 mg dalam 500 liter air
selama 2 jam dan dilakukan setiap hari selama 3 – 5 hari.
2. Pada ikan besar, pengobatan dapat dilakukan dengan
metode penyuntikan menggunakan antibiotik oksitetrasiklin sebanyak 20 –
40 mg/kg ikan, Kanamysine sebanyak 20 – 40 mg/kg ikan dan Streptomysin
sebanyak 20 – 60 mg/kg ikan. Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin,
Tetrasiklin, Streptomisin yang berupa serbuk, dicampurkan ke dalam
makanan ikan. Dosisnya harusdiperhitungkan agar setiap 100 gram berat
ikan, dapat memakan 1 mg antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat
ini 2 – 3 minggu. Dosis penyuntikan antibiotik larutan chloramphenicol
(kemicitin) 1 : 1,5 sebanyak 1 – 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut
(intra abdomincal cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram.
Penyuntikan perlu diulang setiap 2 – 3 hari sampaijangka waktu 2 minggu.
Kalau cara ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyembuhan
dari hari ke hari.
3. Metoda oral yaitu dengan pemberian pakan yang
dicampur dengan antibiotik misalnya oksitetrasiklin sebanyak 50 mg/kg
ikan diberikan setiap hari selama 7 – 10 hari. Pengobatan Trematoda Pada
ikan budidaya salah satu jenis parasit dari kelompok Trematoda yaitu
Dactylogyrus dan Gyrodactylus biasa menyerang ikan pada bagian insang
dan kulit. Insang yang dirusaknya akan menjadi luka dan menimbulkan
pendarahan yang akan mengakibatkan terganggunya pernafasan ikan.
Pengobatan yang dapat dilakukan dengan metode perendaman dalam larutan
formalin teknis (formalin 40%) sebanyak 250 ml dalam 1 m3 selama 15
menit atau dengan larutan Methylene Blue 3 ppm selama 24 jam dan larutan
Malachite Green 2 – 3 ppm selama 30 – 60 menit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar