MUTU LINGKUNGAN TAMBAK
Sumber : https://defishery.wordpress.com/2011/03/06/pengolahan-hasil-perikanan/
Mutu lingkungan tambak berhubungan dengan timbulnya penyakit, karena itu perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi mutu lingkungan, se-hingga usaha untuk mencegah timbulnya penyakit dapat dilakukan sedini mungkin.
Mutu lingkungan tambak dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor lingkungan mikro (internal) dan faktor lingkungan makro (eksternal). Ling-kungan mikro adalah kondisi lingkungan di dalam lingkup tambak yang sepenuhnya dapat dikendalikan oleh petani tambak, sedangkan lingkungan makro adalah kondisi lingkungan di luar tambak, termasuk daerah pesisir dan Daerah Aliran Sungai (DAS), yang mempunyai pengaruh cukup dominan terhadap mutu lingkungan mikro di dalam tambak, tetapi sulit untuk dikendalikan oleh petani tambak.
Lingkungan Mikro
Komponen yang berpengaruh dominan terhadap mutu lingkungan mikro terutama adalah : tanah/lahan tambak, tata letak dan konstruksi tambak, pengelolaan budidaya, dan jasad pengganggu.
Lahan/tanah tambak. Dua hal pokoknya yang perlu diperhatikan dalam mem-persiapkan tambak adalah jenis dan tekstur tanah (Poernomo, 1989; Poernomo, 1992). Lebih dari 75% jenis tanah di lahan pasang surut yang tersedia untuk pembangunan tambak adalah tanah pirit, sisanya berupa tanah gambut, dan tanah-tanah endapan baru (tanah timbul).
Lahan dengan tebal lapisan gambut lebih dari 0,5 m tidak dianjurkan untuk tambak, sedangkanlahan berpirit walaupun ber-masalah masih dapat diperbaiki dengan cara yang mudah dan murah. Perbaikan (reklamasi) tanah untuk tambak memer-lukan air laut yang cukup dan mudah mengalir karena gerakan pasang surut, serta tanggul tidak bocor (Poernomo, 1983; Poernomo, 1986; Poernomo, 1992; Poernomo and Singh, 1982).
Masalah yang sering dijumpai pada tambak udang intensif adalah :
Tambak-tambak yang dibangun di lahan gambut atau tanah berpirit, tanggulnya sangat rapuh sehingga tanah dasar tambak tidak dapat direklamasi, karena tidak dapat dikeringkan dengan baik. Penge-ringan tanah dasar secara sempurna mutlak harus dilakukan dalam proses reklamasi.
Walaupun tanggul cukup kuat dan tanah dasar dapat kering dengan se reklamasi ini tidak pernah dilakukan oleh petani. Aki-batnya pada musim tanam pertama sampai kedua udang masih dapat dipanen. Setelah itu, panen gagal karena udang yang dipelihara mati akibat gangguan fisik atau terserang penyakit. Kegagalan terbesar di Sumatera Utara disebabkan oleh karena tanahnya berpirit serta dipengaruhi oleh air rawa yang alkalinitasnya rendah dan kandungan asam organiknya tinggi. Kasus kegagalan karena tanah pirit juga banyak dijumpai di daerah lain, yaitu : Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Utara, Bali dan Jawa.
Usaha yang dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah melakukan reklamasi secara tuntas pada tahap awal setelah konstruksi tambak selesai dan melakukan penebaran setelah reklamasi. Tambak tidak dapat dibangun pada tanah yang bertekstur pasir, sebab air terlalu banyak hilang, sehingga sulit memperoleh mutu air yang stabil dalam tambak. Selain itu kepadatan plankton sulit diper-tahankan, sehingga udang mengalami stres. Pada kondisi demikian bisa digunakan plastik untuk melapisi atau menutup tanah dasar dan lereng tanggul (tambak plastik), namun biayanya cukup mahal.
Tata letak dan Konstruksi.
Tata letak dan konstruksi tambak mempunyai fungsi strategis terhadap mutu air di dalam tambak udang intensif. Tata letak harus dibuat sedemikian rupa sehingga air buangan limbah dari petakan tidak mencemari sumber air pasok. Tata letak tersebut sangat penting terutama bagi tambak intensif yang terletak di satu hamparan.
Pada saat ini, hampir di setiap hamparan tambak intensif mempunyai saluran pasok utama dan buang pada tiap unit tambak yang kondisinya tumpang tindih, sehingga terjadi kontaminasi limbah dari air tambak. Kontaminasi limbah tersebut akan semakin parah karena pembuangan dan pengambilan air oleh masing-masing petani tambak tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar