Minggu, 24 November 2019

Penjabaran Serta Pengertian Karakteristik Telur Ikan


Telur merupakan cikal bakal bagi suatu mahluk hidup. Telur sangat dibutuhkan sebagai nutrien bagi perkembangan embrio, diperlukan pada saat ”endogenous feeding” dan exogenous feeding. Proses pembentukan telur sudah mulai pada fase differensiasi dan oogenesis yaitu terjadinya akumulasi vitelogenin ke dalam folikel yang lebih dikenal dengan vitelogenesis. Telur juga dipersiapkan untuk dapat menerima spermatozoa sebagai awal perkembangan embrio. Sehingga anatomi telur sangat berkaitan dengan anatomi spermatozoa.

Pada telur yang belum dibuahi, bagian luarnya dilapisi oleh selaput yang dinamakan selaput kapsul atau khorion. Di bagian bawah khorion terdapat lagi selaput yang dinamakan selaput vitelin. Selaput yang mengelilingi plasma telur dinamakan selaput plasma. Ketiga selaput ini semuanya menempel satu sama lain dan tidak terdapat ruang diantaranya. Bagian telur yang terdapat sitoplasma biasanya berkumpul di sebelah telur bagian atas dinamakan kutub anima. Bagian bawahnya yaitu kutub yang berlawanan terdapat banyak kuning telur yang disebut kutub vegetatif.

Kuning telur pada ikan hampir mengisi seluruh volume sel. Kuning telur yang ada bagian tengah keadaannya lebih padat dari pada kuning telur yang ada pada bagian pinggir karena adanya sitoplasma. Selain dari sitoplasma banyak terdapat pada sekeliling inti telur.

Khorion telur yang masih baru lunak dan memiliki sebuah mikrofil yaitu suatu lubang kecil tempat masuknnya sperma ke dalam telur pada waktu terjadi pembuahan. Ketika telur dilepaskan kedalam air dan dibuahi, alveoli kortek yang ada di bawah khorion pecah dan melepaskan material koloid-mucoprotein kedalam ruang perivitelin, yang terletak antara membran telur khorion. Khorion mula-mula menjadi kaku dan licin, kemudian mengeras dan mikrofil tertutup. Sitoplasma menebal pada kutub telur yang ada intinya, ini merupakan titik dimana embrio berkembang. Pengerasan khorion akan mencegah terjadinya pembuahan polisperma.

Mutu telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi umur induk, ukuran induk dan genetika. Faktor eksternal meliputi pakan, suhu, cahaya, kepadatan dan polusi. Kamler ( 1992) mengatakan bahwa beberapa ikan Oncorhynchus mykiss memproduksi berturut-turut telur yang sedang subur dan besar, dan sifat ini bertahan selama kehidupan reproduktifnya dan menurun pada anak-anaknya. Ikan betina yang memijah pertama sekali menghasilkan telur-telur terkecil. Diameter telur meningkat dengan jelas untuk pemijahan pertama dan pemijahan kedua dan laju peningkatan ini lebih lambat pada pemijahan pemijahan selanjutnya.

Hubungan antara umur betina dengan ukuran telur adalah kuadrat dimana betina muda yang memijah untuk pertama sekali memproduksi telur-telur terkecil, betina umur sedang menghasilkan telur terbesar dan betina umur tua menghasilkan telur lebih kecil. Persentase protein dan lipida dalam telur ikan meningkat dengan meningkatnya umur ikan sampai nilai maksimum dan kemudian pada Cyprinus carpio jumlah asam-asam amino paling rendah pada umur induk betina 3 tahun dan paling tinggi pada umur 7-8 tahun dan menurun lagi pada umur 11 – 14 tahun. Hal yang sama juga terjadi pada laju pertumbuhan embrio yang lebih tinggi pada umur betina 6-8 tahun. Selain itu, ukuran tubuh induk menentukan ukuran tubuh keturunan. Kamler, ( 1992) menemukan 162 spesies ikan air tawar, diameter telur berkorelasi nyata dengan panjang ikan saat matang gonad. Demikian juga peningkatan bobot telur sejalan dengan peningkatan bobot badan.

Pasokan makanan lebih melimpah umumnya memproduksi telur yang lebih besar daripada spesies yang sama yang menerima lebih sedikit makanan. Tetapi pengaruh pasokan makanan tidak terlihat pada perubahan komposisi proksimat telur, persentase dan daya hidup larva. Pengaruh pembatasan makanan terhadap mutu telur diimbangi oleh fakta bahwa ikan dapat mempertahankan mutu telurnya dengan mempengaruhi jumlahnya dan lipida yang ada dalam gonad dapat digunakan untuk tujuan matabolik hanya di bawah kondisi kekurangan makanan yang parah.

Telur dari 71 spesies Cyprinidae ditemukan telur yang lebih besar diperoleh dari spesies yang menghuni perairan yang lebih dingin pada lintang tinggi. Terdapat keterkaitan antara suhu selama puncak pemijahan, ukuran telur dan larva pengeraman. Pada Oncorhynchus mykiss efisiensi pemanfaatan kuning telur untuk pertumbuhan embrio lebih rendah dalam perairan yang lebih dingin. Suhu hangat menyeleksi telur kecil karena telur besar mempunyai rasio permukaan terhadap volume yang lebih kecil, yang tidak sesuai di perairan hangat yang kekurangan oksigen. Pengaruh salinitas terhadap sifat telur ada kecenderungan telur ukuran kecil dihasilkan oleh ikan ikan laut. Demikian juga kandungan kalori bahan kuning telur.

Ikan yang menyebarkan telurnya ketika pemijahan, seperti pelagofil atau fitofil, memproduksi telur-telur kecil, telur ikan yang menyembunyikan telurnya berukuran lebih besar dan telur terbesar berasal dari ikan yang mempunyai banyak waktu geologis untuk mengembangkan perilaku pemeliharaan induk, misalnya ikan yang membawa telurnya secara internal.

Telur ikan ada yang mengapung di permukaan air atau melayang dalam air. Hal tersebut bergantung kepada berat jenis telur ikan berhubungan dengan kandungan butiran minyak di dalam telur.

Faktor-Faktor Yang Mempengarui Daya Menetasnya Telur Ikan

Sumantadinata (1983) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas telur adalah :

1. Kualitas telur. Kualitas telur dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan pada induk dan tingkat kematangan telur.

2. Lingkungan yaitu kualitas air terdiri dari suhu, oksigen, karbon-dioksida, amonia, dll.
3. Gerakan air yang terlalu kuat yang menyebabkan terjadinya benturan yang keras di antara telur atau benda lainnya sehingga mengakibatkan telur pecah.



Penetasan telur dapat disebabkan oleh gerakan telur, peningkatan suhu, intensitas cahaya atau pengurangan tekanan oksigen. Dalam penekanan mortalitas telur, yang banyak berperan adalah faktor kualitas air dan kualitas telur selain penanganan secara intensif.

Telur ikan yang berhasil menetas menjadi larva didihitung persentasenya Persentase keberhasilan penetasan telur dikenal dengan istilah hatching rate. Perhitungan derajat penetasan telur dapat dilakukan dengan metode sampling dengan menggunakan rumus :

Hatching rate (HR) % = Jumlah telur yang menetas x 100%

Jumlah total telur

Derajat keasaman juga mempengaruhi proses penetasan, seperti yang dikemukakan oleh Blaxler (1969) bahwa pH memepengaruhi kerja enzim chorionase dan pada pH 7,1 – 9,6 enzim ini akan bekerja secara optimum. Selain faktor tersebut, salinitas juga dianggap berperan dalam proses penetasan. Terutama berpengaruh dalam proses osmoregulasi dari telur. Telur ikan air tawar yang disimpan dalam larutan bersalinitas tinggi, yang tidak dapat ditolerir, maka telur akan mengembung karena cairan di luar telur yang hyperosmotik dan akhirnya akan pecah. Sebaliknya telur ikan laut yang disimpan dalam air tawar akan mengkerut karena cairan di dalam telur akan bergerak ke luar.

Kualitas Air

Air merupakan kebutuhan mutlak bagi ikan sebagai media tempat hidup. Namun demikian, tidak semua air dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan air tawar. Sumber air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan air tawar harus memenuhi persyaratan parameter fisika, kimia maupun biologi. Sifat fisika air merupakan tempat hidup dan menyediakan ruang gerak. Sifat kimia merupakan penyedia unsur hara, vitamin, mineral, gas-gas terlarut dan sebagainya, sifat biologi air merupakan media untuk kegiatan biologis dalam pembentukan dan penguraian bahan-bahan organik. Sehingga kondisi ketiga hal tersebut harus sesuai dengan persyaratan untuk hidup dan berkembangnya ikan yang dipelihara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...