Begini Usaha Menjaga Kelestarian Lingkungan dalam Budi daya Perikanan
- Presiden Joko Widodo mengintruksikan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menggenjot produksi perikanan budi daya dimulai dari akhir 2019 sampai 2024 mendatang. Instruksi tersebut diterjemahkan KKP dengan melaksanakan berbagai langkah dan strategi
- Salah satu yang dikembangkan adalah teknologi budi daya super intensif. Teknologi tersebut dinilai penting, karena bisa mendorong peningkatan produksi secara cepat dan tepat, namun tetap bisa menjaga kelestarian lingkungan perairan kawasan pesisir
- Dalam mengembangan teknologi budi daya super intensif, Pemerintah Indonesia fokus untuk menjaga kelestarian lingkungan perairan pesisir dengan memperhatikan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada setiap tambak yang dioperasikan
- Ada dua teknologi yang dikembangkan, yaitu sistem budi daya udang progresif dan sistem collector sludge (pengumpul lumpur). Kedua teknologi tersebut diharapkan dapat memperbaiki sistem budi daya dari aspek manajemen kualitas air
Kegiatan budi daya perikanan seolah menjadi dua sisi mata uang yang selalu diperdebatkan di antara dua kalangan, pelaku usaha dan pecinta kelestarian lingkungan. Di satu sisi, budi daya perikanan dinilai menjadi sumber produksi uang, dan di sisi yang lain justru menjadi sumber kerusakan lingkungan.
Pemahaman tersebut disadari oleh Pemerintah Indonesia dan menjadi bahan pelajaran untuk terus mengembangkan teknologi budi daya perikanan yang tepat dan ramah lingkungan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berusaha keras untuk mengatasi persoalan tersebut melalui riset.
Kepala Badan Riset Sumber daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja menjelaskan, pengembangan riset harus dilakukan karena tambak super intensif yang menghasilkan produksi yang cepat dan banyak masih dinilai sebagai sumber kerusakan alam oleh masyarakat.
“Tambak super intensif masih dianggap publik mempunya dampak buruk terhadap lingkungan,” jelas dia belum lama ini di Jakarta.
Dengan stigma yang masih ada di masyarakat, BRSDM bekerja keras untuk mengembangkan metode budi daya super intensif yang terkendali, dengan produktivitas tinggi, multi manfaat, dan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang baik.
Untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan budi daya super intensif, BRSDM melibatkan Balai Riset Perikanan Budi daya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros, Sulawesi Selatan. Pengembangan itu dilakukan pada Instalasi Tambak Percobaan (ITP) Punaga Takalar.
“Karena impresi publik menyatakan tambak super intensif ini masih membahayakan lingkungan. Ini anda (BRPBAP3 Maros) harus balik menjadi sebuah kesempatan yang terkendali dan bisa diatasi,” tuturnya.
Dengan pertimbangan tersebut, Sjarief meminta agar BRPBAP3 Maros bisa segera menyusun model yang tepat dan dijadikan sebagai sumber panduan bagi para pembudi daya ikan. Sumber rujukan tersebut yang berbentuk buku di dalamnya melibatkan tokoh tambak udang super intensif yang terkendali.
baca : Teknologi Digital Mulai Digunakan untuk Perikanan Budidaya Nasional
Kepala BRPBAP3 Maros Indra Jaya Asaad menyatakan, pengembangan dan penelitian budi daya super intensif sudah dilakukan sejak 2013 hingga 2020 dengan mengkaji beberapa aspek yang terkait dengan budi daya udang vaname (Litopenaeus vannamei) super intensif dengan kepadatan 500-1250 ekor per meter persegi.
“Itu dengan beberapa aspek kajian, termasuk kajian desain IPAL,” sebut dia.
Adapun, dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi, Indra mengatakan bahwa pihaknya merancang ITP Takalar sebagai sarana super intensif yang ideal. Untuk mendukung konsep tersebut, dikembangkan 12 petak super intensif dengan luasan masing-masing 1.000 m2.
Kendala
Dalam proses pengembangan metode tersebut, Indra mengaku sering dihadapkan pada kendala yang bisa menghambat proses budi daya Vaname. Kendala yang dimaksud, adalah masalah beban limbah budi daya yang dinilai bisa mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan perairan.
“Karena itu kajian diarahkan pada aspek pengembangan perbaikan teknologi budi daya udang super intensif di antaranya dengan sistem budi daya udang progresif dan sistem collector sludge (pengumpul lumpur),” jelas dia.
Indra menambahkan, hasil dari uji coba budi daya udang Vaname dengan berbagai padat penebaran sampai 1.250 ekor/m2 mampu menghasilkan produksi antara 3,48 sampai 12,2 ton per 0,1 hektare. Sementara ini, dua teknologi yang disebut di atas juga sedang diterapkan pada tambak percobaan.
Menurut dia, kajian teknologi tersebut diharapkan dapat memperbaiki sistem budi daya Vaname dari aspek manajemen kualitas air. Terutama, pembuangan sludge dan kotoran yang terbentuk selama proses budi daya.
Selain itu, juga bisa menjadi pemanfaatan compensatory growth dari udang, sehingga dapat memperpendek masa pemeliharaan di fase pembesaran, menghindari waktu krisis di day of culture (DOC), serta meningkatkan frekuensi penebaran melalui optimalisasi pemanfaatan lahan dan pola tebar atau siklus produksi.
“Juga bisa meningkatkan produksi dan efisiensi budi daya,” tambah Indra.
baca juga : Microbubble: Teknologi Baru Ramah Lingkungan untuk Budidaya Udang
Dengan berbagai manfaat itu, diharapkan dua teknologi untuk budi daya super intensif tersebut bisa membantu proses peningkatan produktivitas tambak udang Vaname. Dengan demikian, teknologi tersebut bisa membantu untuk meningkatkan produksi udang secara nasional.
Selain itu, kehadiran teknologi super intensif juga akan bisa meningatkan penyerapan lapangan pekerjaan, perluasan lapangan berusaha, peningkatan pendapatan dan penerimaan devisa Negara. Semua itu bisa tercapai dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan perairan kawasan pesisir.
“Agar dapat bermanfaat dan memberikan jasa lingkungannya secara berkelanjutan,” tuturnya.
Rekayasa
Sebelum dua teknologi tersebut, KKP juga mengembangkan paket teknologi untuk memacu produktivitas benih ikan payau dan laut. Kegiatan pengembangan dan penelitian tersebut dilaksanakan oleh Balai Besar Perikanan Budi daya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.
Paket yang berhasil dikembangkan tersebut adalah berupa teknologi pompa venturi sederhana untuk melaksanakan produksi benih ikan laut. Dukungan teknologi tersebut diharapkan bisa memenuhi suplai benih pada budi daya ikan payau dan laut.
Adapun, peneliti yang berhasil membuat paket teknologi sederhana tersebut adalah Iwan Arisetiawan. Dia mengatakan, pengembangan teknologi pompa venturi dilatarbelakangi dengan fakta bahwa perkembangan intensifikasi budi daya ikan payau dan laut di berbagai daerah saat ini semakin ramai.
“Itu akan memicu kebutuhan benih bermutu semakin tinggi. Oleh karena itu, peran pendederan benih menjadi sangat penting melalui rekayasa teknologi,” terang dia.
perlu dibaca : Bagaimana Cara Manfaatkan Tambak Udang Non Aktif?
Menurut Iwan, penerapan teknologi pompa venturi pada intensifikasi pendederan benih ikan laut akan menjadi kunci dalam peningkatan kelarutan oksigen sebagai parameter vital budi daya. Di luar kebutuhan itu, teknologi tersebut juga berbiaya murah dan dirancang mudah untuk diaplikasikan para pembenih.
Selain bisa mendorong peningkatan produksi benih, teknologi pompa venturi juga memiliki kelebihan lainnya yang bisa mendorong peningkatan produksi. Kelebihan itu, adalah kepadatan benih ikan bisa ditingkatkan hingga 300 persen, produksi tinggi dan efisien, kelarutan oksigen lebih optimal dan stabil.
“Sehingga kesehatan ikan lebih terjamin. Selain itu, nafsu makan lebih baik dan mengurangi kanibalisme,” tambah dia.
Semua kelebihan tersebut sudah diterapkan pada pendederan benih ikan Kakap Putih (Lates calcarifer), di mana menghasilkan hal yang positif karena meningkatkan kualitas air media, kelulushidupan (survival rate/SR) lebih optimal, dan padat tebar bisa digenjot lebih dari 2.500 ekor per meter kubik.
“Sistem biasa hanya bisa mencapai 400 ekor per meter kubik,” tandas dia.
Direktur Jenderal Perikanan Budi daya KKP Slamet Soebjakto mengapresiasi keberhasilan membuat teknologi pompa venturi untuk produksi pembenihan ikan laut dan payau. Menurut dia, teknologi tersebut sangat tepat dibuat karena potensi budi daya payau dan laut masih sangat besar.
Teknologi tersebut juga mendukung proses peningkatan (upgrading) kapasitas dalam mata rantai sistem produksi. Oleh karena itu, intensifikasi akan digenjot, terutama sistem pembenihan untuk mencukup kebutuhan benih ikan laut.
“Industrialisasi perbenihan melalui intensifikasi, saya rasa kunci dalam mendukung peningkatan produksi budidaya payau dan laut. Saya sangat mengapresasi keberhasilan para perekayasa menciptakan inovasi teknologi tepat guna,” tegas dia.
Menurut Slamet, inovasi pompa venturi sederhana yang berhasil dikembangkan, bernilai manfaat tinggi dalam meningkatkan produktivitas benih ikan laut. Dia berjanjia akan merancang model pengembangannya, agar inovasi tersebut bisa segera diadopsi secara massal oleh para pembenih di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar