Minggu, 08 Desember 2019

Mari Mengenal Kelebihdan Dan Kekurangan Sistim Bioflok Dalam Budidaya Ikan. 

(Sumber : https://talitakumindonesia.blogspot.com/2016/10/mari-mengenal-kelebihdan-dan-kekurangan.html)

Seiring dengan berkemabangnya teknologi pertanian khususnya pada sektor budidaya perikanan semakin memacu para peneliti untuk menghasilkan inovasi-inovasi terbaru yang berguna untuk meningkatkan kualitas pertanian dan perikanan di Indonesia.

Salah satu inovasi terbaru dalam budidaya perikanan ialah teknik budidaya perikanan dengan sistem bioflok. Bagi sebagain orang kata bioflok masih terdengar belum familiar bila dibandingkan dengan teknik budidaya ikan lainnya.


Inovasi Sitem Bioflok Pada Budidaya Ikan
Secara umum pengertian Bioflok ialah kumpulan dari berbagai organisme baik bakteri, jamur, protozoa, maupun algae yang tergabung dalam sebuah gumpalan (floc). Bioflok berasal dari kata “BIOS” yang berarti kehidupan dan “FLOC” yang artinya gumpalan. Pada awalnya teknologi bioflok merupakan teknologi pengolahan limbah berupa lumpur aktif yang melibatkan aktifitas mikroorganisme. 


Sejarah dan Perkembangan Bioflok

Dalam penerapan pengolahan limbah, bahan organik berupa limbah lumpur harus terus diaduk dan diaerasi. Tujuannya adalah agar limbah selalu dalam kondisi tersuspensi sehingga dapat diuraikan oleh bakteri heterotrof secara aerobik menjadi senyawa anorganik.

Keharusan pengadukan dalam teknologi pengolahan limbah ini dikarenakan jika bahan organik mengendap, maka akan terjadi kondisi yang anaerob dimana bakteri anaerob terangsang untuk mengurai bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana dan bersifat racun (ammonia, nitrit, H2S, dan metana).

Dalam perkembangannya konsep teknologi bioflok tersebut diadopsi untuk kegiatan akuakultur.  Awalnya konsep ini diterapkan dalam budidaya nila secara intensif di Thailand, kemudian berlanjut pada usaha budidaya udang. Seiring berjalannya waktu teknologi ini juga sudah diadopsi untuk budidaya lele dengan wadah kolam terpal.


Prinsip Dasar Bioflok


Teknik Budidaya Ikan dengan Sistem Bioflok Harus Memiliki Pompa Air
Mengubah senyawa organik dan anorganik yang mengandung senyawa kabon (C), hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dengan sedikit available posfor (P) menjadi massa sludge berupa bioflocs dengan menggunakan bakteri pembentuk flocs (flocs forming bacteria) yang mensintesis biopolimer poli hidroksi alkanoat sebagai ikatan bioflocs. 

Bakteri pembentuk flocs dipilih dari genera bakteri yang non pathogen, memiliki kemampuan mensintesis PHA, memproduksi enzim ekstraselular, memproduksi bakteriosin terhadap bakteri pathogen, mengeluarkan metabolit sekunder yang menekan pertumbuhan dan menetralkan toksin dari plankton merugikan dan mudah dibiakkan di lapangan.

Biofloc terdiri atas partikel serat organik yang kaya akan selulosa, partikel anorganik berupa kristal garam kalsium karbonat hidrat, biopolymer (PHA), bakteri, protozoa, detritus (dead body cell), ragi, jamur dan zooplankton.  Bakteri yang mampu membentuk bioflocs diantaranya:  
  • Bacillus cereus 
  • Bacillus subtilis
  • Escherichia intermedia
  • Flavobacterium
  • Paracolobacterium aerogenoids
  • Pseudomonas alcaligenes
  • Sphaerotillus natans
  • Tetrad dan Tricoda
  • Zooglea ramigera

Teknik Pembuatan Bioflok

Isi fiber dengan air dengan ketinggian 80-100 cm usahakan air yang tidak mengandung bahan kimia (air PAM), kemudian buat sistim aerasi, larutkan garam grosok 3kg/m3 kedalam media atau garam dapat dilarutkan dahulu dengan air baru dimasukkan kedalam media agar tercampur merata.

* Disini pompa aerator sudah mulai dihidupkan ya..

Hari kedua, masukkan bakteri pathogen atau probiotik kedalam kolam sebanyak 6ml/m3.

*Bakteri dapat dibeli di toko pertanian atau dapat juga dibuat sendiri. Pada postingan selanjutnya saya akan kasih tau bagaimana cara membuat bakteri sendiri..

Hari ke tiga, beri pakan probiotik tadi dengan memasukkan molase atau tetes tebu 250ml/m3. Molase atau tetes tebu juga dapat diganti dengan air gula tebu atau air gula jawa/merah. Selain itu tepung terigu juga bisa menjadi pakan tambahan bagi bakteri patogen, anda bisa menambahkan 100-200 gr tepung terigu kedalam kolam.

Pada malam harinya boleh ditambah dolomit dengan takaran 200-250 gr/m3. Kemudian biarkan air kolam diaerator 7-10 hari agar mikro organisme cepat berkembang biak.

Setelah 10 hari bakteri atau mikro organisme sudah berkembang dengan baik, kolam budidaya siap ditebar dengan benih lele dengan padat tebar 250-350/m3.

Indikator Keberhasil Pembentukan Bioflok 

Biofloc terbentuk, jika secara visual di dapat warna air kolam coklat muda (krem) berupa gumpalan yang bergerak bersama arus air. pH air cenderung di kisaran 7 dengan kenaikan pH pagi dan sore yang kecil rentangnya kecil yaitu (0,02-0,2). Mulai terjadi penaikan dan penurunan yang dinamis nilai NH4+, ion NO2 dan ion NO3 sebagai indikasi berlangsungnya proses Nitrifikasi dan Denitrifikasi.

Pemasukan Bibit Ikan

Setelah media telah ditumbuhi dengan bioflok, bibit ikan dapat dimasukkan dengan padat tebar 250-350 / m3. Benih ikan dapat anda sesuaikan dengan ikan yang ingin anda budidayakan. Usahakan benih yang ditebar merupakan benih yang berkualitas dan sehat agar mengurangi angka kematian saat budidaya.

Pemberian Pakan

Dengan sistem bioflok ini maka anda dapat mengurangi  jumlah pakan yang diberikan pada ikan, karena sejatinya fungsi utama sistem bioflok ialah mengurai kotoran dan sisa-sisa pakan pada ikan menjadi sumber pakan baru.

Berikut saya kasih tips pemberian pakan fermentasi :

1. Siapkan pakan pelet saya ambil contoh 1Kg ya brother, nanti anda bisa menyesuaikan dengan kebutuhan. 1Kg pelet dicampur 1/2 liter air panas yang sudah dicampur probiotik 1/2 cc atau 1 sendok makan. Aduk semua sampai homogen atau rata.

2. Disimpan atau difermentasi selama dua hari dalam keadaan tertutub. Setelah itu baru pakan dapat ditebar kedalam kolam. 

Pakan baru boleh diberikan setelah 2-3 hari bibit ditebar kedalam kolam. Jadi pada saat bibit baru dimasukkan anda boleh langsung memfermentasi pakan.

Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Sistem Biofloc


a. Flocs di kolam berbusa
Hal ini disebabkan oleh adanya bakteri berfilamen yang menempel pada biofloc. Untuk itu ditebar 10 ppm Kalsium peroksida, ikuti dengan menahan pergantian air selama 56 hari sambil dilakukan penambahan 20 ppm CaCO3/kaptan per harinya, jika pada hari ke 6 busa masih ada, tebar 10 ppm Kalsium Peroksida lagi, pada hari ke 7 air mulai dimasukkan ke dalam kembali, dan ketinggian air dipulihkan ke ketinggian semula.
 
B. Biofloc terlalu pekat

Lakukan pengenceran secara over flow, pipa pengeluaran dipotong sama rata dengan ketinggian air di dalam kolam. Biarkan air yang masuk menyebabkan air tumpah keluar lewat pipa pembuangan yang telah dipotong sama rat dengan ketinggian air di dalam kolam.
 

C. Biofloc ketebalannya berkurang (normal 10‐20 cm sechi disk) dan warna air mengarah ke hijau 

Hentikan pengenceran, tahan air selama 5‐6 hari, aplikasikan pupuk ZA 1 ppm setiap harinya untuk menekan pertumbuhan chrollera atau aplikasikan pupuk ZA 5 ppm setiap harinya untuk menekan pertumbuhan blue green algae. Pada hari ke 7 sirkulasi/pengenceran secara over flow dapat dilakukan kembali.
 

D. Biofloc ketebalannya berkurang (normal 10‐20 cm sechi disk) dan warna air mengarah ke coklat merah  

Hentikan pengenceran, tahan air selama 5‐6 hari, aplikasikan CaCO3 / kaptan 20 ppm setiap harinya dan 1‐2 x treatment dengan Kalsium peroksida. Pada hari ke 7 sirkulasi/pengenceran secara over flow dapat dilakukan kembali.
 

E. Warna hijau biru (BGA) atau merah (Dinoflagellata) tetap ada  

Setelah 5‐6 hari treatment Berlakukan pola sistem “minimal exchange water” terhadap kolam tersebut, hindari pengenceran/sirkulasi. Penambahan air hanya dilakukan untuk mengganti air yang hilang/susut akibat penguapan, perembesan dan susut air akibat pembuangan lumpur rutin harian saja.

Hal-hal yang perlu Diperhatikan dalam Sistem Biofloc  

1. Bahan organik harus cukup (TOC > 100 mgC/L) dan selalu teraduk

2. Nitrogen disintesis menjadi mikrobial protein dan dapat dimakan langsung oleh udang dan ikan

3. Perlu disuplay C organik (molase, tepung terigu, tepung tapioka) secara kontinue atau sesuai dgn amonia dalam air • Oksigen harus cukup serta alkalinitas dan pH harus terus dijaga

Kekurangan Sistim Bioflok

1. Tidak bisa diterapkan pada tambak yang bocor/rembes karena tidak ada/sedikit pergantian air


2. Memerlukan peralatan/aerator cukup banyak sebagai suply oksigen.


3. Aerasi harus hidup terus (24 jam/hari)

4. Pengamatan harus lebih jeli dan sering muncul kasus Nitrit dan Amonia.


5. Bila aerasi kurang, maka akan terjadi pengendapan bahan organik. Resiko munculnya H2S lebih tinggi karena pH airnya lebih rendah.

6. Kurang cocok untuk tanah yang mudah teraduk (erosi). Jadi dasar harus benar-benar padat (dasar berbatu / sirtu, semen atau plastik HDPE)
 

7. Bila terlalu pekat, maka dapat menyebabkan kematian bertahap karena krisis oksigen (BOD tinggi) 

8. Untuk itu volume Suspended Solid dari floc harus selalu diukur. Bila telah mencapai batas tertentu, floc harus dikurangi dengan cara konsumsi pakan diturunkan.

Kelebihan Sistim Bioflok


1. pH relatif stabil pH 7 - pH 7,8


2. pH nya cenderung rendah, sehingga kandungan amoniak (NH3) relatif kecil.


3. Tidak tergantung pada sinar matahari dan aktivitasnya akan menurun bila suhu rendah. 


4. Tidak perlu ganti air (sedikit ganti air) sehingga biosecurity (keamanan) terjaga.

5. Limbah tambak (kotoran, algae, sisa pakan, amonia) didaur ulang dan dijadikan makanan alami berprotein tinggi


6. Lebih ramah lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...