Pemijahan
(Sumber :https://dosenpertanian.com/pengertian-pemijahan/)
Pemijahan biasanya dilakukan pada jenis ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk dapat mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam. Klasifikasi ikan yang sudah bisa dilakukan pemijahan secara semi buatan antara lain ikan Bawal, ikan Lele, ikan Kakap, serta ikan Kerapu. Sebagai penjelasan lebih lanjut pada artikel ini akan membahas pengertian pemijahan, macam, tujuan, dan contohnya.
Secara proses pembuatan buatan pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk dapat mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping/ pengurutan.
Jenis ikan yang sudah bisa dilakukan pemijahan secara buatan antara lain ikan Patin, ikan Mas, serta ikan Lele. Bagi kita yang ingin selalu mengetahui penjelasannya secara lengkap, maka penjelasannya dapat dilihat seperti dibawah ini.
Pengertian Pemijahan
Pemijahan adalah salah satu bentuk unit pengembangan dalam pengertian budidaya pada beragam jenis ikan. Pembenihan ini adalah salah satu titik awal untuk memulai budidaya. Ikan yang akan dibudidayakan harus setidaknya bisa tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat terjadi secara berkelanjutan.
Sehingga untuk dapat menghasilkan benih yang sangat bermutu (berkwalitas) dalam jumlah yang memadai serta waktu yang tepat mesti diimbangi dengan pengoptimalan penanganan induk dan larva yang dihasilkan melalui pembenihan yang baik serta berkualitas.
Ada bebrapa cara pembenihan yaitu di antaranaya pembenihan dengan cara yang tradisional, semintensif, dan intensif. Namun disini lebih ditekankan pada pembenihan dengan cara tradsional (Pemijahan alami ialah teknik pemijahan yang dilakukan secara konvensional, ialah ikan memijah sendiri tanpa dapat melibatkan banyak campur tangan manusia).
Pengertian Pemijahan Menurut Para Ahli
Berikut ini ialah pengertian serta definisi pemijahan menurut beberapa ahli;
Anonim (2008)
Pemijahan adalah bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung kepada berhasilnya pemijahan ini serta juga bergantung kepada kondisi dimana telur dan larva ikan diletakkan untuk tumbuh.
Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian untuk menjaga keamanan kelangsungan hidup keturunannya dengan memilih tempat, waktu dan kondisi yang menguntungkan. Berdasarkan hal ini pemijahan tiap spesies ikan memiliki kebiasaan yang berbeda tergantung kepada habitat pemijahan itu untuk dapat melangsungkan prosesnya.
Dalam keadaan normal ikan melangsungkan pemijahan minimum satu kali dalam satu daur hidupnya yaitu seperti yang terdapat pada ikan salmon dan sidat. Sesudah melakukan pemijahan, induk ikan tersebut akan mati karena kehabisan tenaga.
Sehubungan dengan pemijahan, dikenal ada tiga macam ikan ialah vivipar, ovovivipar serta ovipar. Tiap-tiap macam ikan tersebut memiliki perbedaan dan kelebihan masing-masing, yaitu (Moyle dan Cech, 1988) Ikan vivipara, ovovivivar, dan ovivar. Pola pemijahan pertama pada ikan sangat bermacam-macam.
De Jong (1940) dalam Effendie (1997) telah melakukan penelitian terhadap beberapa spesies ikan serta membedakan pola pemijahan berdasarkan frekuensi poligon garis tengah telur dalam ovari spesies yang berbeda yang dapat menunjukkan bahwa pemijahan individu betul-betul berkala, namun tidak dapat memberikan interval waktu diantara serta pemijahan.
Macam pemijahan pertama diwakili oleh yaitu jenis ikan bawal, layang, selar como, selar malam dan selar bentong. Pada kelompok ikan ini hanya didapatkan satu kelompok telur yang telah matang, dan bila sudah memijah kelompok ikan ini memiliki ovari seperti kantong kosong dengan beberapa butir telur yang sedang dalam keadaan dihisap kembali.
Macam pemijahan kedua didapatkan pada kelompok ikan tembang, ikan lemah, selar kuning serta ekor kuning. Pada kelompok ini, sebelum telur kelompok pertama telah mencapai kematangan, kelompok telur berikutnya telah memisahkan diri dari stok telur yang lain.
Sebelum akan terjadi pemijahan didapatkan dua kelompok telur yang berpisah. Sesudah berpijah akan didapatkan selain kelompok stok telur yang umum ada pula sekelompok telur yang berukuran lebih besar yang sedang mematang dan akan dikeluarkan dalam pemijahan berikutnya.
Macam pemijahan ketiga diwakili yaitu oleh ikan tenggiri. Dalam ovari yang sedang matang dapat ditemukan tiga kelompok telur yang sedang berkembang dekat dengan kelompok telur yang matang.
Macam Pemijahan
Berikut inilah beberapa klasifikasi dari beragam jenis pemijahan pada ikan, antara lain adalah sebagai berikut;
Pemijahan Alami
Teknik pemijahan alami ini adalah cara pembudidayaan jenis ikan yang dilakukan oleh masyarakat secara konvensional, Sehingga dalam proses ikan dalam bentuk pemijahan ini sendiri tanpa tanpa melibatkan banyak campur tangan manusia. Umumnya pemijahan alami dapat diterapkan pada ikan dari kelompok ikan yang mudah memijah.
Pemijahan terjadi secara spontan sesudah induk jantan dan betina disatukan di dalam sebuah kolam pemijahan. Sehingga pada saat terjadi proses penjang pada bentuk pemijahan ini, induknya dapat mengeluarkan telurnya kedalam air, dan pada saat hampir bersamaan induk jantan dapat mengeluarkan sperma dan membuahinya.
Pemijahan Tradisional
Jenis pemijahan yang selanjutnya adalah tradisonal yang hahekatnya dilakukan dalam masukan pemijahan alami secara konvensional yang artinya ialah proses pemijahan masyarakat dengan karakteristik dilakukan mengikuti pola atau kebiasaan petani atau pembudidaya pada umumnya dengan alat-alat seadanya.
Pada sistem tradisional ini, jumlah induk yang dapat dipijahkan sangat sedikit sehingga benih yang dihasilkanpun juga sedikit. Biasanya pemijahan alami dapat dilakukan dilakukan dikolam pemijahan, dapat menggunakan hapa (kantong yang terbuat dari kain trikot atau nilon, fungsinya sendiri agar dapat dipergunakan untuk menampung benih hasil pemijahan.
Bahkan ditemukan juga tidak meggunakan hapa (tergantung ikan apa yang dapat dipijahkan). Pada pemijahan alami sistem tradisionnal ini proses pertamanya dilakuknnya ialah memilih ikan yang berjenis kelamin betina, sehingga dalam ikan tersebut akan senantianysa di dorong sepenuhnya untuk dapat mengeluarkan telurnya ke dalam sebuah bejana air, dan pada saat bersamaan induk jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur tersebut.
Telur yang telah terbuahi , jenis ikan tertentu ada yang bersifat menempel pada substrat , ada juga yang tidak dapat menempel tetapi melayang-layang didalam air. Untuk karakteristik ikannya sendiri yang dimaksudkan dapat menempelkan telurnya pada substrat (misalnya ikan mas), perlu dapat disiapkan kakaban pada kolam pemijahan ialah substrat buatan sebagai tempal menempel telur.
Kakaban terbuat dari ijuk yang dijepit dua pada buah bambu. Jika kakaban dari ijuk sulit diperoleh bisa juga menggunakan rerumputan. Kakaban atau rerumputan dapat dipasang dikolam pemijahan setelah unduk jantan serta betina dimasukkan kedalam kolam tersebut.
Tujuan Pemijahan
Adapun dilakukannya pemijahan oleh masyarakat pada umumnya memiliki tujuan sebagai berikut;
- Untuk dapat mengetahui arti dari pembenihan tradisional.
- Untuk dapat mengetahui induk ikan yang akan dipijahkan.
- Mengetahui teknik teknik apa saja yang dapat digunakan dalam pembenihan tradisional.
- Untuk mengetahui teknik penetasan telur secara alami ataupun tradisional.
- Untuk megetahui teknik pemeliharaan yaitu larva secara tradisioanal
Contoh Pemijahan
Contoh dalam kasus pemijahan yang kerpakali dilakukan oleh masyarakat ialah pemijakan pada ikan lele dapat secara alami, hal ini dilakukan dengan beberapa langkah. Diantaranya adalah sebagai berikut;
Langkah pertama untuk dapat pemijahan ikan lele secara alami ialah dengan memilih induk betina dan jantan yang sudah matang gonad. Pilih sepasang ikan lele yang mempunyai bobot seimbang, tujuannya agar salah satu induk tidak ketakutan terhadap induk lainnya. Keseimbangan bobot sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan pemijahan.
Sebelum proses pemijahan ikan lele dapat dilakukan, siapkan terlebih dahulu kolam untuk tempat memijah. Kolam yang ideal untuk pemijahan ialah panjang 2-3 meter, lebar 1 hingga 2 meter dan dengan kedalaman 1 meter. Sebaiknya dasar kolam terbuat dari semen ataupun fiberglass agar mudah dalam mengawasi telur hasil pembuahan.
Sebelumnya kolam harus dapat dikeringkan dan dijemur, kemudian diisi air sedalam 30 hingga 40 cm. Gunakan air yang berkualitas baik, bersih serta jernih.
Pasang kakaban, dapat dibuat dengan ijuk yang dijepit dengan bambu seukuran area kolam. Gunakan pemberat agar kakaban tersebut tenggelam tidak mengapung pada atas permukaan air. Kakaban dapat berfungsi agar telur hasil pemijahan tidak berhamburan serta mudah dipindahkan.
Buatlah kakaban sekokoh mungkin agar tidak berantakan oleh indukan yang sedang aktif. Air untuk pemijahan ikan lele sebaiknya kaya oksigen, oleh karena itu berikan aerasi pada kolam pemijahan. Atau, apabila tersedia sumber air yang cukup buatkan aliran masuk serta keluar. Atur debit air sebanyak 2 hingga 3 liter per detik.
Waktu yang tepat untuk dapat memasukan indukan kedalam kolam pemijahan ialah sore hari. Biasanya ikan lele akan dapat memijah sekitar pukul 23.00 hingga pukul 05.00. Selama proses pemijahan ikan lele kolam harus dapat ditutup, untuk mencegah induk ikan loncat keluar kolam.
Pada pagi hari, biasanya proses pemijahan telah selesai. Telur akan menempel pada kakaban. Telur juga yang berhasil dibuahi berwarna transparan sedangkan yang gagal berwarna putih susu. Sesudah proses pemijahan selesai, segera angkat induk dari kolam pemijahan ikan lele.
Hal ini untuk menghindari telur disantap oleh yaitu induk ikan, karena sesudah memijah induk ikan betina akan merasa lapar. Selanjutnya telur yang sudah dibuahi ditetaskan. Penetasan dapat dilakukan di kolam pemijahan ataupun di tempat lain seperti akuarium, fiberglass atau kolam terpal.
Selama proses penetasan suplai oksigen (aerasi) harus dapat dipertahankan serta suhu distabilkan pada kisaran 28-29oC. Telur yang sudah dibuahi akan menetas dalam 24 jam menjadi larva. Sesudah itu segera pisahkan telur yang gagal atau larva yang mati untuk dapat mencegah tumbuhnya jamur. Larva yang menetas akan dapat bertahan tanpa pemberian makanan tambahan selama 3 hingga 4 hari. Selanjutnya dapat melakukan proses pembesaran larva.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar