SISTEM RESIRKULASI DAN FILTRASI
Di
negara Indonesia usaha budidaya ikan semakin hari bertambah intensif
sejalan dengan kemajuan zaman dan teknologi sehingga masyarakat semakin
cenderung untuk memanfaatkan lahan yang tersedia semaksimal mungkin
sehingga produksi semakin meningkat. Keberhasilan suatu usaha budidaya
sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang optimum untuk
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan yang dipelihara. Sementara itu
dalam suatu sistem tertutup secara berkelanjutan ikan akan memproduksi
limbah dari sisa hasil metabolisme yang secara perlahan mencapai level
yang beracun (toksin) bagi ikan itu sendiri.
Ada beberapa
cara atau metode yang umum dan berkembang di masyarakat dalam
meningkatkan kualitas air antara lain teknik penyaringan, pengendapan
dan penyerapan. Bahan yang digunakan untuk teknik penyaringan,
pengendapan dan penyerapan juga beraneka ragam seperti pasir, kerikil,
arang batok, ijuk, bubur kapur, tawas, batu dan lain-lain (Syafriadiman et al., 2005).
Selanjutnya menurut Satyani (2001) mengemukakan bahwa ada beberapa cara
untuk memperbaiki kualitas air atau menghilangkan pengaruh buruk air
kotor agar menjadi layak dan sehat untuk kehidupan ikan dalam budidaya
yaitu aerasi, sirkulasi air, penggunaan pemanas air, pergantian air
segar dan filtrasi.
Indonesia
harus mampu memanfaatkan potensi perairan yang ada sebagai media
penghubung antar pulau sekaligus sebagai sumber daya kehidupan maritim.
Jika dimanfaatkan secara arif potensi kekayaan tersebut dapat mendukung
pembangunan sosial ekonomi menuju masyarakat Indonesia yang maju, makmur
dan berkeadilan. Namun potensi yang besar ini belum tergarap secara
optimal sehingga membuka peluang bagi kita untuk mengelolanya dan
semakin meningkatnya permintaan pasar akan kebutuhan produk hasil laut
menyebabkan terjadinya over eksploitasi terhadap biota laut yang akan
menyebabkan kerusakan terhadap ekosistem sehingga menurunkan daya dukung
lingkungan dan kepunahan spesies akibat penangkapan yang tidak ramah
lingkungan.
Semakin
meningkatnya kebutuhan akan hasil alam dari laut berupa kebutuhan akan
pangan obat obatan yang berdampak pada eksploitasi besar besaran yang
menyebabkan terjadinya degradasi habitat dan bahkan menyebabkan
kepunahan pada beberapa biota laut yang memiliki nilai ekonomi dan nilai
hayati yang tinggi. Metode alternatif dalam menanggulangi eksploitasi
besar besaran terhadap biota ini adalah dengan melakukan kegiatan
produksi akuakultur. Kegiatan produksi akuakultur ini menerapkan
budidaya indoor dengan sistem resirkulasi yang dimana metode ini
menerapkan sistem filtrasi yang berfungsi sebagai pendaur ulang air sisa
metabolit dalam kegiatan budidaya.
Resirkulasi
air adalah sistem pada teknik budidaya yang mempertahankan kesegaran air
diatas ambang toleransi selama periode tertentu tanpa mengganggu
pertumbuhan ikan. Sistem resirkulasi ini merupakan sistem air yang
dipakai terus menerus dengan memakai sistem filtrasi. Sistem ini
memerlukan aliran air yang dapat terkendali serta pompa untuk
mengalirkan air tersebut. Hal yang pertama dilakukan pada sistem
resirkulasi adalah air dipompa dan dimasukkan kedalam akuarium,
selanjutnya air buangan dari akuarium tadi dimasukkan kedalam bak filter
untuk penjernihan setelah melewati filter air dapat digunakan kembali
untuk mengisi air di akuarium.
Metode
sirkulasi dilakukan dengan cara pergantian air secara berkala sesuai
jumlah persentase air yang diganti dan penggunaan air yang sekali pakai.
Pergantian air dilakukan dengan menambahkan air dari air tandon yang
telah dipersiapkan. Pembuangan air dilakukan dengan metode sipon yaitu
menggunakan selang yang diberi saringan pada ujung yang berada di dalam
akuarium agar ikan tidak tersedot dan terbuang.
Untuk
melakukan sebuah kegiatan produksi akuakultur secara indoor dengan
sistem resirkulasi tidak dibutuhkan dana yang besar bila dibandingkan
dengan produksi akuakultur secara outdoor (dialam). Secara teknis
kegiatan produksi indoor ini lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti
bagi para pemula yang ingin melakukan kegiatan produksi ini. Didalam
komponen sebuah sistem resirkulasi terdiri penggunaan dua filter yaitu
filter biologi dan filter fisik. Filter biologi ini komponennnya berupa
pecahan karang, pasir dan bioball yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya nitrifikasi dari amoniak menjadi nitrat. Filter fisik
terdiri atas kapas dan cartridge filter yang berfungsi untuk menyaring
partikel partikel yang tersuspensi di dalam air.
Sistem kerja
resirkulasi ialah dimulai dari air hasil penggunaan dari wadah
pemeliharaan kemudian mengalir ke pipa pembuangan menuju wadah
resirkulasi yang didalamnya terdapat berbagai tingkatan filtrasi.
Filtrasi pertama dengan kapas untuk menyaring partikel fisik kemudian
menuju filtrasi kedua berisi kapas, pecahan karang dan pasir. Pada
filtrasi tingkat kedua ini terjadi proses biofiltrasi dengan
memanfaatkan pecahan karang dan pasir yang berfungsi untuk
mempertahankan pH air. Filtrasi yang terakhir berisi bioball yang
berfungsi sebagai tempat hidup bakteri yang berperan dalam proses
pemecahan amoniak menjadi nitrit dan nitrit menjadi nitrat yang tidak
beracun. Kemudian air hasil filtrasi ini dialirkan kembali menuju wadah
pemeliharaan.
Sistem
sirkulasi (perputaran atau pergerakan) air adalah sistem produksi yang
menggunakan air pada suatu tempat lebih dari satu kali dengan adanya
proses pengolahan limbah dan adanya perputaran air (Lasordo, 1998).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelulushidupan
dan produksi benih ikan nila adalah dengan cara memperbaiki kualitas air
yaitu dengan cara sirkulasi air karena resirkulasi air dapat mengurangi
pengaruh buruk air menjadi layak dan sehat untuk kehidupan ikan dalam
pembudidayaan. Selain itu resirkulasi air dapat mengurangi persaingan
antar larva untuk mendapatkan oksigen yang dapat menyebabkan mortalitas
pada larva. Lesmana (2004) menyatakan bahwa sirkulasi (perputaran) air
dalam pemeliharaan ikan sangat berfungsi untuk membantu keseimbangan
biologis dalam air, menjaga kestabilan suhu, membantu distribusi oksigen
serta menjaga akumulasi atau mengumpulkan hasil metabolit beracun
sehingga kadar atau daya racun dapat ditekan.
Berdasarkan
hasil penelitian Oktahadi (2006) bahwa penggunaan resirkulasi memberi
pengaruh terhadap parameter kualitas air, pertumbuhan dan kelulushidupan
ikan manvis (Ptherophylllum sp). Ulfa (2009) menyatakan bahwa
pengaruh perlakuan ketebalan arang tempurung kelapa dalam memperbaiki
faktor fisika air (suhu dan kekeruhan) dan faktor kimia air (pH, DO,
CO2, amoniak, TSS dan TOM). Romiantoyo (2010) dalam penelitiannya bahwa
sistem resirkulasi dengan menggunakan filter berbeda memberi pengaruh
jenis filter dalam memperbaiki kualitas air pada media pemeliharaan
benih ikan mas (Cyprinus carpio L).
Proses
pengolahan limbah pada sistem resirkulasi dapat berupa filtrasi fisik
atau mekanik, filtrasi biologi dan filtrasi kimia. Filtrasi fisik atau
mekanik berupa pemisahan partikel-partikel (berukuran > 5 μm) melalui
pengendapan atau penyaringan, filtrasi biologi berupa penguraian
senyawa nitrogen organik oleh bakteri pengurai pada filter, sedangkan
filter pada kimia berupa pembersihan molekul-molekul bahan organik
terlarut melalui proses oksidasi atau penyerapan langsung. Filter kimia
fungsinya hampir sama dengan sebuah filter mekanik, perbedaannnya
terletak pada ukuran partikel yang di olah, oleh karena itu boleh
dikatakan bahwa filter kimia adalah sebuah filter mekanik yang bekerja
pada skala molekuler. Filter mekanik bekerja dengan menangkap suspensi,
maka filter kimia bekerja dengan menangkap bahan terlarut seperti gas,
bahan organik terlarut dan sejenisnya. Mekanisme dilakukan dengan
bantuan media filter berupa arang aktif, resinium dan zeolite atau
melalui fraksinasi air (Spotte dalam Stickney, 1993).
Menurut
Jangkaru (2004) sistem resirkulasi adalah suatu metode pemeliharaan ikan
dalam wadah terkontrol dalam menggunakan kembali air bekas setelah
proses penyaringan secara fisik dan biologi. Lesmana (2004) menyatakan
bahwa sirkulasi (perputaran) air dalam pemeliharaan ikan sangat
berfungsi untuk membantu keseimbangan biologis dalam air, menjaga
kestabilan suhu, mambantu distribusi oksigen serta manjaga akumulasi
atau mengumpulkan hasil metabolit beracun sehingga kadar atau daya racun
dapat ditekan.
Keuntungan
dari sistem resirkulasi adalah efektif dalam pemanfaatan air dan lebih
ramah lingkungan, karena kondisi air yang digunakan dapat terkontrol
dengan baik sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah mahalnya biaya
yang harus dikeluarkan karena kondisi yang teratur agar dapat berjalan
dengan baik (Lasordo, 1998). Sirkulasi (perputaran) air dalam
pemeliharaan ikan akan memberikan beberapa keuntungan antara lain :
- membantu menjaga keseimbangan biologi air.
- mencegah berkumpulnya ikan atau pakan pada suatu tempat.
- membantu distribusi oksigen kesegala arah.
- menjaga hasil metabolit mengumpul sehingga kadar atau daya racun dapat ditekan.
- keuntungan lain menggunakan sistem resirkulasi yaitu mampu mengurangi kontiniutas penyiponan pada wadah yang tujuannya membersihkan sisa pakan dan sisa metabolisme ikan (Silitonga, 2006).
Menurut Spotte dalam
Stickney (1993) suksesnya sistem resirkulasi terutama bergantung kepada
efektivitas sistem dalam menangani atau mengolah limbah budidaya
terutama berupa limbah metabolik. Suatu unit sistem resirkulasi yang
umum biasanya terdiri atas beberapa bagian yaitu satu atau lebih wadah
untuk pemeliharaan ikan, tempat untuk pengendapan, filter biologis,
sistem aerasi dan setidaknya satu pompa air untuk mengalirkan air
kedalam sistem atau wadah pemeliharaan.
Berdasarkan
hasil penelitian saya bahwa sistem resirkulasi dengan menggunakan filter
dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan
ikan. Dimana air yang mengalir beserta kotoran dan sisa pakan dapat
tersaring kembali hingga tingkat amoniak dapat berkurang, kualitas air
yang dihasil akan lebih baik, perubahan suhu yang sering terjadi
turun-naik dapat terkendali, dan oksigen terlarut yang terkandung
didalam air dapat terealisasikan (Nurhasan,2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar