Minggu, 22 Agustus 2021

PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS AIR SECARA FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI
 DI PERAIRAN TAMBAK
 (sumber : http://ashabulkahfiyunus.blogspot.co.id/2013/04/pengukuran-parameter-kualitas-air.html)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumberdaya air harus di tanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Sering dijumpai ikan hidup dan berkembang dengan “subur” justru pada air yang bagi manusia menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya.
Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana terjadi pertukaran materi (dan energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-garaman, dan bahan buangan. pertukaran materi ini terjadi pada antar muka (Interface). Ikan-air pada bahan berupa membran semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-bahan tertentu dalam jumlah tertentu akan mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut, sehingga ikan pada akhirnya akan terganggu dan bisa megakibatkan kematian.
Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (ICRF,2010).
Ekosistem air yang terdapat di darat (inland water) secara umum di bagi atas 2 yaitu perairan lentik (lentik water), atau juga disebut sebagai perairan tenang, misalnya danau, rawa, waduk, situ, telaga dan sebagainya dan perairan lontik (lontic water), disebut juga sebagai perairan berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit dan sebagainya. Perbedaaan utama antara perairan lontik dan lentik adalah dalam kecepatan arus air (Barus, 2003).

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum Manajemen Kualitas Air ini adalah untuk mengetahui parameter kualitas air baik secara fisika, kimia dan biologi berdasarkan pola diurnal jenis organisme didalamya dan juga menentukan kesuburan perairan.

1.3 Tempat dan Waktu
Praktikum Manajemen Kualitas Air ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 24 Juni 2010 ditambak  desa Cot Paya Lhoknga Aceh Besar.
 
BABII
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Kualitas Air
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003).
Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan adalah (O-fish, 2009):
1. Rendah kadar amonia dan nitrit
2. Bersih secara kimiawi
3. Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai
4. Rendah kadar cemaran organik, dan
5. Stabil

2.2 Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan  kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto, 2005).

2.2.2 Kecerahan
Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan yang mana suatu sumber dilihat memancarkan sejumlah kandungan cahaya.dalam kata lain kecerahan adalah pencerahan yang terhasil dari pada kekilauan sasaran penglihatan, kecerahan merupakan suatu ukuran dimana cahaya didalam air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan suspensi dari suatu bahan pencemaran, antara lain bahan organik dari buangan-buangan industri, rumah tangga, pertanian yang terkandung di perairan ( Chakroff dalam Syukur, 2002).

2.2.3 Kedalaman
Kedalaman disuatu perairan saangat penting untuk diperahatikan, hal ini diakrenakan kedalaman suatu perairan dapat mempengaruhi jumlah cahaya yang akan masuk ke perairan dan ketersediaan oksigen diperairan tersebut, jika disuatu perairan kekurangan cahaya masuk kedalamnya maka ikan tersebut akan stress. Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen, biasanya diperairan dalam ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan perairan dangkal.

2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH (Derajat Keasaman)
pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras (ICLEAN, 2007).

2.3.2 DO (Disolved Oxigent)
Oksigen adalah unsur vital yang di perlukan oleh semua organisme untuk respirasi dan sebagai zat pembakar dalm proses metabolisme. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya daur kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme (Barus, 2003).
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke dalam air (Effendi, 2003).

2.4. Parameter Biologi
2.4.1. Jenis-Jenis Plankton
Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton). Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis (Dianthani, 2003).
Karena organisme planktonik biasanya ditangkap dengan menggunakan jaring-jaring yang mempunyai ukuran mata jarring yang berbeda, maka penggolongoan plankton dapat pula dilakukan berdasarkan ukuran plankton. Penggolongan ini tidak membedakan fitoplankton dari zooplankton, dan dengan cara ini dikenal lima golongan plankton, yaitu : megaplankton ialah organisme plaktonik yang besarnya lebih dari 2.0 mm; yang berukuran antara 0.2 mm-2.0 mm termasuk golongan makroplankton; sedangkan mikroplankton berukuran antara 20 µm-0.2 mm.        Ketiga golongan inilah yang biasanya tertangkap oleh jaring-jaring plankton baku. Dua golongan yang lainnya: nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat kecil, yang berukuran 2 µm-0.2 mm; organisme planktonik yang berukuran kurang dari 2 µm termasuk golongan ultraplankton. Nanoplankton dan ultraplankton tidak dapat ditangkap oleh jaring-jaring plankton baku.Untuk dapat menjaringnya diperlukan mata jaring yang sangat kecil (Nybakken, 1982).


2.4.2 Ikan
Ikan adalah makhluk hidup yang hidupnya diperairan dan juga ikan merupakan parameter biologi yang dapat digunakan untuk meneliti parameter kualitas air disuatu perairan. Jika disuatu perairan memiliki jenis ikan tertentu dalam jumlah yang sedikit ini menunjukkan bahwa perairan itu tercemar atau kurang baik untuk dilakukannya budidaya ikan, begitu pula sebaliknya, jika suatu perairan jumlahnya yang terdapat didalamnya jumlah yang banyak dan beragam jenisnya, maka hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut tidak mengalami pencemaran dan cocok untuk pembudidayaan.

 BAB III
METODOLOGI

3.1. Metode Praktikum
Metode praktikum yang digunakan adalah pengamatan lansung kualitas air seperti salinitas, suhu, pH, kedalaman dan kecerahan sebagai parameter fisika, kimia dan sebagai parameter biologi berupa pengamatan pada organisme.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat dan Fungsinya
Adapun alat-alat yang dipergunakan dalam pengukuran tiap parameter dalam praktikum ini antara lain :
1.      Refraktometer untuk mengukur kadar salinitas perairan
2.      pH –meter untuk mengukur konsentrasi ion Hidrogen (H+)
3.      Thermometer untuk mengukur suhu air
4.      Aquadest untuk kalibrasi alat - alat pengukuran

3.3. Metode Praktikum
            Metode praktikum yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode survey, yakni pengamatan yang dilakukan secara langsung dilapangan dan pengamatan terhadap sample objek yang akan dilihat.

3.4 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur pengukuran kualitas air pada praktikum Manajemen Kualitas Air yaitu data diperoleh pada pengukuran salinitas, suhu, dan pH air dilakukan pada pagi hari pukul 07.00WIB dan siang hari pukul 12.00WIB, pada 3 stasiun  yang berbeda. Pengambilan sampel dicatat dalam tabel pada lembaran yang telah dipersiapkan untuk dibuat sebuah laporan  praktikum mata kuliah Manajemen Kualitas Air.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pada prosedur praktikum, penelitian pengumpulan data dilakukan dengan melalui 2 cara. Adapun data tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan data primer dan data sekunder
3.5.1 Data Primer
Pada data primer adalah data kita yang diperoleh langsung dari lapangan itu sendiri dimana tempat kita melakukan praktikum tersebut.

3.5.2 Data Sekunder
Berbeda halnya pada data primer, pada data sekunder data yang kita peroleh tersebut adalah dari data yang telah dilakukan penelitian terlebih dulu yang sudah mempunyai data cukup jelas dari sebuah perairan kolam yang akan kita lakukan praktikum.

3.5.3 Penentuan lokasi sampling
Lokasi sampling yang telah ditentukan tersebut disebuah kolam yang terletak didesa Cot Paya. Dimana dalam kolam tersebut kita melakukan penelitian pada 3 stasiun yang berbeda diantaranya pada stasiun I daerah yang dilakukan penelitian terletak dipinggiran kolam yang berdekatan dengan pintu pemasukan air, pada stasiun II lokasinya pada sudut yang banyak ditumbuhi lumut. Pada stasiun III lokasi yang diambil untuk penelitian terletak dipinggiran ujung tambak yang dasar perairan tambak tersebut mendapat penyinaran matahari secara langsung.

3.5.4 Pengambilan dan analisis sampel
3.5.4 Sampel air
Sample air yang diambil untuk melakukan penelitian ini adalah dilakukan dengan 3 stasiun atau 3 sampel air yang akan diambil yang dapat mewakili keseluruhan luas kolam tersebut.

3.6 Analisa Data
Data-data yang diperoleh dari hasil praktikum lapang yaitu parameter kualitas air secara fisika, kimia, dan biologi, dapat kita simpulkan dalam bentuk tabel dan kemudian disajikan dalam bentuk laporan praktikum.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kolam Pengamatan
Jenis kolam pengamatan adalah kolam tanah, yaitu kolam yang bagian pinggir dan dasarnya dari tanah. Kolam ini berbentuk empat persegi panjang. Di bagian pematang sebelah selatan terdapat pohon sebagai naungan. Air yang masuk ke tambak dengan input sebelah sebelah timur dan sekaligus berfungsi sebagai output. Sumber air pada kolam tersebut berasal dari anakan muara sungai yang ada dipinggir tambak dengan warna air yang jernih, jenis tanah adalah liat berpasir. Jenis komoditi yang dibudidayakan yakni  ikan Bandeng (Chanos chanos) dan udang Windu (Penaeus monodon) .

4.2 Data Hasil Pengamatan Kualitas Air
4.2.1 Parameter Fisika
a.Salinitas
Salinitas merupakan berat garam dalam per kilogram air laut serta ukuran keasinan air laut dalam satuan promil (mg/liter). Salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam air. Alat yang digunakan adalah Refraktometer.      
Adapun langkah-langkah dalam pengukuran kualitas air adalah sebagai berikut;
1.      Membersihkan refraktometer dengan air steril (aquadest)
2.      Air sampel diteteskan di bagian depan refraktometer
3.      Lihat angka yang ada pada refraktometer, angka yang merupakan kadar salinitas yaitu angka yang ditunjukkan dengan batasan warna biru dan putih.

Angka yang diperoleh pada pengukuran salinitas dapat dilihat pada table dibawah ini;

No
Tempat Pengambilan Sampel
Kadar Salinitas (mg/liter)/Waktupengukuran
Pagi (07.00)
Siang (12.00)
1
Stasiun  I
13(mg/liter)
13(mg/liter)
2
Stasiun II
13(mg/liter)
13(mg/liter)
3
Stasiun III
13(mg/liter)
13(mg/liter)
Tabel 1.1  Pengukuran salinitas  dengan refraktometer
b. Suhu
Suhu pada perairan tambak ini tergolong optimum dikarenakan suhu yang baik bagi suatu perairan untuk pertumbuhan fitoplankton dan organisme lainnya yaitu antara 27°C sampai 31°C, dan suhu yang berubah-ubah dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton dan organisme yang ada diperairan tersebut (Irianto, 2005)

Hasil yang didapatkan pada pengukuran suhu dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
No
Tempat Pengambilan Sampel
Nilai Suhu (°C)/Waktu pengukuran
Pagi (07.00)
Siang (12.00)
1
Stasiun  I
28,8°C
29,4°C
2
Stasiun II
29°C
29,2°C
3
Stasiun III
29,2°C
31,5°C
Table 1.2 Pengecekan suhu air  dengan thermometer

Dari data di atas sangat jelas terlihat bahwa nilai suhu di kolam ini didapatkan diperairan tersebut yaitu berkisar antara 28,8°C sampai 31,5°C. Suhu diukur pada pukul 07.00 wib dan pukul 12.00 wib. Perubahan suhu disuatu perairan dikarenakan adanya pengaruh penyerapan dan pelepasan panas dari teriknya matahari.

4.2.2 Parameter Kimia
a. pH
Pengukuran pH pada praktikum menggunakan Ph-meter. Pengukuran dilakukan pada 3 stasiun yang berbeda. Skala yang digunakan untuk pengukuran pH yaitu dari 0 sampai 14, jika pH diperairan tersebut 0-14 maka perairan disebut asam dan jika pH diperairan tersebut menunjukkan 7-14 maka perairan itu basa.
Adapun langkah-langkah pengukuran pH air dalam praktikum ini adalah sebagai berikut;
1.      pH-meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan aqudest (air steril)
2.      Masukkan/celupkan pH-meter kedalam media atau air sampel yang akan diukur
3.      Angka yang tertera kemudian dicatat kedalam tabel. yang telah disediakan dalam lembaran petunjuk praktikum.

            Hasil yang diperoleh dalam mengukur pH dapat dilihat pada tabel dibawah ini
No
Tempat Pengambilan Sampel
Nilai pH/Waktu Pengukuran
Pagi (07.00)
Siang (12.00)
1
Stasiun  I
7,4
7,4
2
Stasiun II
7,2
7,4
3
Stasiun III
7,6
7,4
Tabel 1.3. Hasil pengukuran pH

Hasil yang didapatkan diperairan itu berkisar antara 7,2 ppm sampai 7,6 ppm dan ini menunjukkan bahwa pearairan yang telah kita praktikum adalah netral dan sedikit basa. Berarti ini menunjukkan pH tersebut masih dapat ditolerir oleh organisme didalamnya. pH yang optimum berkisar antara 6-8 ppm ( Wardoyo, 1981 ).

4.2.4 Parameter Biologi
a. Plankton
Pada pengamatan plankton dalam perairan lokasi praktikum tidak ditemukannya hasil yang akurat dikarenakan keterbatasan alat dan sarana praktikum.

b. Ikan
Dalam lingkungan alamiahnya ikan tidak perlu beradaptasi dengan berbagai perubahan drastis yang terjadi. Bahkan kondisi lingkungan mereka memiliki mekanisme tertentu untuk menjaga terjadinya perubahan mendadak. Perubahan yang mandadak dan drastis terhadap parameter kualitas air pada perairan budidaya seperti suhu, pH, kandungan amonia dll, akan menyebabkan ikan stres dan tidak jarang menyebabkan kematian (O-fish, 2010).
 Ikan yang didapat sebagai komoditi utama dan unggulan dalam pengamatan dilokasi praktikum yaitu ikan bandeng dan ikan nila air payau.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa  karakter kualitas air diperairan seperti kadar oksigen terlarut, salinitas, pH, suhu, kecerahan, kedalaman, sangat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme yang ada diperairan itu. Untuk kadar kualitas air diperairan harus baik dan memenuhi syarat untuk dapat melakukan kegiatan budidaya.          
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka kolam tersebut tergolong dalam keadaan baik artinya kolam tersebut masih dapat mendukung kehidupan organisme didalamnya.

5.2 Saran
            Agar didapatkan hasil yang maksimal dari budidaya ikan maka diperlukan manajemen yang baik pada kolam budidaya ikan terutama dalam hal manajemen kualitas air yang merupakan faktor penting karena air merupakan media hidup bagi organisme yang dibudidayakan

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...