PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS AIR SECARA FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI
DI PERAIRAN TAMBAK
(sumber : http://ashabulkahfiyunus.blogspot.co.id/2013/04/pengukuran-parameter-kualitas-air.html)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk
hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumberdaya
air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia
serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi
sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian
sumberdaya air harus di tanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi
air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu dengan
demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain,
sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas
air untuk keperluan air minum. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi
ikan, karena jernih bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Sering
dijumpai ikan hidup dan berkembang dengan “subur” justru pada air yang bagi
manusia menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan
interaksi aktif antara keduanya.
Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka
dimana terjadi pertukaran materi (dan energi), seperti oksigen (O2), karbon
dioksida (CO2), garam-garaman, dan bahan buangan. pertukaran materi ini terjadi
pada antar muka (Interface). Ikan-air pada bahan berupa membran semipermeabel
yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-bahan tertentu dalam jumlah tertentu
akan mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut, sehingga ikan pada
akhirnya akan terganggu dan bisa megakibatkan kematian.
Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan
kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum,
perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli
kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan
kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah
uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (ICRF,2010).
Ekosistem air yang terdapat di darat (inland water)
secara umum di bagi atas 2 yaitu perairan lentik (lentik water), atau juga
disebut sebagai perairan tenang, misalnya danau, rawa, waduk, situ, telaga dan
sebagainya dan perairan lontik (lontic water), disebut juga sebagai perairan
berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit dan sebagainya. Perbedaaan
utama antara perairan lontik dan lentik adalah dalam kecepatan arus air (Barus,
2003).
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum Manajemen Kualitas
Air ini adalah untuk mengetahui parameter kualitas air baik secara fisika,
kimia dan biologi berdasarkan pola diurnal jenis organisme didalamya dan juga
menentukan kesuburan perairan.
1.3 Tempat dan Waktu
Praktikum Manajemen Kualitas Air ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal
24 Juni 2010 ditambak desa Cot Paya Lhoknga Aceh Besar.
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Kualitas Air
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu
upaya memanipulasi kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang
sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan,
diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan
terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk
hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan
dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan
terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar
logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan
sebagainya) (Effendi, 2003).
Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan
adalah (O-fish, 2009):
1. Rendah kadar amonia dan nitrit
2. Bersih secara kimiawi
3. Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai
4. Rendah kadar cemaran organik, dan
5. Stabil
2.2 Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air
dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi
(penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu
pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen
(faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang
berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya
perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung
(Barus, 2003).
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi
dapat menyebabkan gangguan kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres
yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu
rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap
infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya
suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu
rendah menyebabkan menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat
berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto,
2005).
2.2.2 Kecerahan
Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan,
penglihatan yang mana suatu sumber dilihat memancarkan sejumlah kandungan
cahaya.dalam kata lain kecerahan adalah pencerahan yang terhasil dari pada
kekilauan sasaran penglihatan, kecerahan merupakan suatu ukuran dimana cahaya
didalam air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan suspensi
dari suatu bahan pencemaran, antara lain bahan organik dari buangan-buangan
industri, rumah tangga, pertanian yang terkandung di perairan ( Chakroff dalam
Syukur, 2002).
2.2.3 Kedalaman
Kedalaman disuatu perairan saangat penting untuk
diperahatikan, hal ini diakrenakan kedalaman suatu perairan dapat mempengaruhi
jumlah cahaya yang akan masuk ke perairan dan ketersediaan oksigen diperairan
tersebut, jika disuatu perairan kekurangan cahaya masuk kedalamnya maka ikan
tersebut akan stress. Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen, biasanya
diperairan dalam ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan
perairan dangkal.
2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH (Derajat Keasaman)
pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari
sebuah contoh cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian
besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH
di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya
mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat
menimbulkan noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang
keras (ICLEAN, 2007).
2.3.2 DO (Disolved Oxigent)
Oksigen adalah unsur vital yang di perlukan oleh semua
organisme untuk respirasi dan sebagai zat pembakar dalm proses metabolisme.
Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara
melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari proses fotosintesis.
Selanjutnya daur kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke
atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme (Barus, 2003).
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian
(diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan
(turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah
(effluent) yang masuk ke dalam air (Effendi, 2003).
2.4. Parameter Biologi
2.4.1. Jenis-Jenis Plankton
Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang
hidupnya terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya
sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton). Zooplankton
ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari
tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu
berfotosintesis (Dianthani, 2003).
Karena organisme planktonik biasanya ditangkap dengan
menggunakan jaring-jaring yang mempunyai ukuran mata jarring yang berbeda, maka
penggolongoan plankton dapat pula dilakukan berdasarkan ukuran plankton.
Penggolongan ini tidak membedakan fitoplankton dari zooplankton, dan dengan
cara ini dikenal lima golongan plankton, yaitu : megaplankton ialah organisme
plaktonik yang besarnya lebih dari 2.0 mm; yang berukuran antara 0.2 mm-2.0 mm
termasuk golongan makroplankton; sedangkan mikroplankton berukuran antara 20
µm-0.2 mm. Ketiga golongan inilah yang
biasanya tertangkap oleh jaring-jaring plankton baku. Dua golongan yang lainnya:
nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat kecil, yang berukuran 2
µm-0.2 mm; organisme planktonik yang berukuran kurang dari 2 µm termasuk
golongan ultraplankton. Nanoplankton dan ultraplankton tidak dapat ditangkap
oleh jaring-jaring plankton baku.Untuk dapat menjaringnya diperlukan mata
jaring yang sangat kecil (Nybakken, 1982).
2.4.2 Ikan
Ikan adalah makhluk hidup yang hidupnya diperairan dan
juga ikan merupakan parameter biologi yang dapat digunakan untuk meneliti
parameter kualitas air disuatu perairan. Jika disuatu perairan memiliki jenis
ikan tertentu dalam jumlah yang sedikit ini menunjukkan bahwa perairan itu
tercemar atau kurang baik untuk dilakukannya budidaya ikan, begitu pula
sebaliknya, jika suatu perairan jumlahnya yang terdapat didalamnya jumlah yang
banyak dan beragam jenisnya, maka hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut
tidak mengalami pencemaran dan cocok untuk pembudidayaan.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode Praktikum
Metode praktikum yang digunakan adalah pengamatan
lansung kualitas air seperti salinitas, suhu, pH, kedalaman dan kecerahan
sebagai parameter fisika, kimia dan sebagai parameter biologi berupa pengamatan
pada organisme.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat dan Fungsinya
Adapun alat-alat yang dipergunakan dalam pengukuran
tiap parameter dalam praktikum ini antara lain :
1. Refraktometer untuk mengukur kadar salinitas perairan
2. pH –meter untuk mengukur konsentrasi ion Hidrogen (H+)
3. Thermometer untuk mengukur suhu air
4. Aquadest untuk kalibrasi alat - alat pengukuran
3.3. Metode Praktikum
Metode
praktikum yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode survey, yakni
pengamatan yang dilakukan secara langsung dilapangan dan pengamatan terhadap
sample objek yang akan dilihat.
3.4 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur pengukuran kualitas air pada praktikum
Manajemen Kualitas Air yaitu data diperoleh pada pengukuran salinitas, suhu,
dan pH air dilakukan pada pagi hari pukul 07.00WIB dan siang hari pukul 12.00WIB,
pada 3 stasiun yang berbeda. Pengambilan sampel dicatat dalam tabel pada
lembaran yang telah dipersiapkan untuk dibuat sebuah laporan praktikum
mata kuliah Manajemen Kualitas Air.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pada prosedur praktikum, penelitian pengumpulan data
dilakukan dengan melalui 2 cara. Adapun data tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan data primer dan data sekunder
3.5.1 Data Primer
Pada data primer adalah data kita yang diperoleh
langsung dari lapangan itu sendiri dimana tempat kita melakukan praktikum
tersebut.
3.5.2 Data Sekunder
Berbeda halnya pada data primer, pada data sekunder
data yang kita peroleh tersebut adalah dari data yang telah dilakukan
penelitian terlebih dulu yang sudah mempunyai data cukup jelas dari sebuah perairan
kolam yang akan kita lakukan praktikum.
3.5.3 Penentuan lokasi sampling
Lokasi sampling yang telah ditentukan tersebut
disebuah kolam yang terletak didesa Cot Paya. Dimana dalam kolam tersebut kita
melakukan penelitian pada 3 stasiun yang berbeda diantaranya pada stasiun I
daerah yang dilakukan penelitian terletak dipinggiran kolam yang berdekatan
dengan pintu pemasukan air, pada stasiun II lokasinya pada sudut yang banyak
ditumbuhi lumut. Pada stasiun III lokasi yang diambil untuk penelitian terletak
dipinggiran ujung tambak yang dasar perairan tambak tersebut mendapat
penyinaran matahari secara langsung.
3.5.4 Pengambilan dan analisis sampel
3.5.4 Sampel air
Sample air yang diambil untuk melakukan penelitian ini
adalah dilakukan dengan 3 stasiun atau 3 sampel air yang akan diambil yang
dapat mewakili keseluruhan luas kolam tersebut.
3.6 Analisa Data
Data-data yang diperoleh dari hasil praktikum lapang
yaitu parameter kualitas air secara fisika, kimia, dan biologi, dapat kita
simpulkan dalam bentuk tabel dan kemudian disajikan dalam bentuk laporan
praktikum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kolam Pengamatan
Jenis kolam pengamatan adalah kolam tanah, yaitu kolam
yang bagian pinggir dan dasarnya dari tanah. Kolam ini berbentuk empat persegi
panjang. Di bagian pematang sebelah selatan terdapat pohon sebagai naungan. Air
yang masuk ke tambak dengan input sebelah sebelah timur dan sekaligus berfungsi
sebagai output. Sumber air pada kolam tersebut berasal dari anakan muara sungai
yang ada dipinggir tambak dengan warna air yang jernih, jenis tanah adalah liat
berpasir. Jenis komoditi yang dibudidayakan yakni ikan Bandeng (Chanos chanos) dan udang Windu (Penaeus
monodon) .
4.2 Data Hasil Pengamatan Kualitas Air
4.2.1 Parameter Fisika
a.Salinitas
Salinitas merupakan berat garam dalam per kilogram air
laut serta ukuran keasinan air laut dalam satuan promil (mg/liter). Salinitas
merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam air. Alat yang
digunakan adalah Refraktometer.
Adapun langkah-langkah dalam pengukuran kualitas air
adalah sebagai berikut;
1. Membersihkan refraktometer dengan air steril (aquadest)
2. Air sampel diteteskan di bagian depan refraktometer
3. Lihat angka yang ada pada refraktometer, angka yang merupakan kadar
salinitas yaitu angka yang ditunjukkan dengan batasan warna biru dan putih.
Angka yang diperoleh pada pengukuran salinitas dapat dilihat pada table
dibawah ini;
No
|
Tempat Pengambilan Sampel
|
Kadar
Salinitas (mg/liter)/Waktupengukuran
|
|
Pagi (07.00)
|
Siang
(12.00)
|
||
1
|
Stasiun
I
|
13(mg/liter)
|
13(mg/liter)
|
2
|
Stasiun
II
|
13(mg/liter)
|
13(mg/liter)
|
3
|
Stasiun
III
|
13(mg/liter)
|
13(mg/liter)
|
Tabel 1.1 Pengukuran salinitas dengan refraktometer
b. Suhu
Suhu pada perairan tambak ini tergolong optimum
dikarenakan suhu yang baik bagi suatu perairan untuk pertumbuhan fitoplankton
dan organisme lainnya yaitu antara 27°C sampai 31°C, dan suhu yang berubah-ubah
dapat mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton dan organisme yang ada diperairan
tersebut (Irianto, 2005)
Hasil yang didapatkan pada pengukuran suhu dapat
dilihat pada tabel dibawah ini;
No
|
Tempat Pengambilan Sampel
|
Nilai Suhu (°C)/Waktu pengukuran
|
|
Pagi (07.00)
|
Siang (12.00)
|
||
1
|
Stasiun
I
|
28,8°C
|
29,4°C
|
2
|
Stasiun
II
|
29°C
|
29,2°C
|
3
|
Stasiun
III
|
29,2°C
|
31,5°C
|
Table 1.2 Pengecekan suhu air dengan thermometer
Dari data di atas sangat jelas terlihat bahwa nilai
suhu di kolam ini didapatkan diperairan tersebut yaitu berkisar antara 28,8°C
sampai 31,5°C. Suhu diukur pada pukul 07.00 wib dan pukul 12.00 wib. Perubahan
suhu disuatu perairan dikarenakan adanya pengaruh penyerapan dan pelepasan
panas dari teriknya matahari.
4.2.2 Parameter Kimia
a. pH
Pengukuran pH pada praktikum menggunakan Ph-meter.
Pengukuran dilakukan pada 3 stasiun yang berbeda. Skala yang digunakan untuk
pengukuran pH yaitu dari 0 sampai 14, jika pH diperairan tersebut 0-14 maka
perairan disebut asam dan jika pH diperairan tersebut menunjukkan 7-14 maka
perairan itu basa.
Adapun langkah-langkah pengukuran pH air dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut;
1. pH-meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan aqudest (air
steril)
2. Masukkan/celupkan pH-meter kedalam media atau air sampel yang akan diukur
3. Angka yang tertera kemudian dicatat kedalam tabel. yang telah disediakan
dalam lembaran petunjuk praktikum.
Hasil yang diperoleh dalam mengukur pH dapat dilihat pada tabel dibawah ini
No
|
Tempat Pengambilan Sampel
|
Nilai pH/Waktu Pengukuran
|
|
Pagi (07.00)
|
Siang (12.00)
|
||
1
|
Stasiun
I
|
7,4
|
7,4
|
2
|
Stasiun
II
|
7,2
|
7,4
|
3
|
Stasiun
III
|
7,6
|
7,4
|
Tabel 1.3. Hasil pengukuran pH
Hasil yang didapatkan diperairan itu berkisar antara
7,2 ppm sampai 7,6 ppm dan ini menunjukkan bahwa pearairan yang telah kita
praktikum adalah netral dan sedikit basa. Berarti ini menunjukkan pH tersebut
masih dapat ditolerir oleh organisme didalamnya. pH yang optimum berkisar
antara 6-8 ppm ( Wardoyo, 1981 ).
4.2.4 Parameter Biologi
a. Plankton
Pada pengamatan plankton dalam perairan lokasi
praktikum tidak ditemukannya hasil yang akurat dikarenakan keterbatasan alat
dan sarana praktikum.
b. Ikan
Dalam lingkungan alamiahnya ikan tidak perlu
beradaptasi dengan berbagai perubahan drastis yang terjadi. Bahkan kondisi
lingkungan mereka memiliki mekanisme tertentu untuk menjaga terjadinya
perubahan mendadak. Perubahan yang mandadak dan drastis terhadap parameter
kualitas air pada perairan budidaya seperti suhu, pH, kandungan amonia dll,
akan menyebabkan ikan stres dan tidak jarang menyebabkan kematian (O-fish,
2010).
Ikan yang didapat sebagai komoditi utama dan
unggulan dalam pengamatan dilokasi praktikum yaitu ikan bandeng dan ikan nila
air payau.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa karakter kualitas air diperairan seperti kadar
oksigen terlarut, salinitas, pH, suhu, kecerahan, kedalaman, sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup organisme yang ada diperairan itu. Untuk kadar
kualitas air diperairan harus baik dan memenuhi syarat untuk dapat melakukan
kegiatan budidaya.
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka kolam tersebut
tergolong dalam keadaan baik artinya kolam tersebut masih dapat mendukung
kehidupan organisme didalamnya.
5.2 Saran
Agar
didapatkan hasil yang maksimal dari budidaya ikan maka diperlukan manajemen
yang baik pada kolam budidaya ikan terutama dalam hal manajemen kualitas air
yang merupakan faktor penting karena air merupakan media hidup bagi organisme
yang dibudidayakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar