Artikel ini membahas bagaimana menghindari kegagalan dalam budidaya
ikan karena salah dalam memilih dan penerapanteknikuntuk meningkatkan
kandungan nutrisi pakan. Anda pasti sudah tahu karena biaya terbesar
dari beternak ikan mencapai 70–80% dari total biaya operasional
berbudidayaadalah pakan.
Faktor kegagalan budidaya biasanya terdiri dari 1. Gagal karena
kandungan nutrisi yang salah(60%), 2.Gagal karena managemen kolam (10%),
3.Gagal karena pemilihan benih(10%), 3.Gagal karena teknik pemberian
pakan(5%), 4.Gagal karena faktor pemasaran(10%), dan 5. Gagal karena
faktor cuaca(5 %).Berkaitan dengankandungan nutrisi yang tidak cukup
atau salahumumnya terjadi karena pembudidaya tidak mengetahui kualitas
bahan yang dibeli, bahan yang dibeli tidak sesuai dengan spesifikasi
teknis, bahan yangdibayar berkualitas A ternyata yang diterima
pembudidaya berkualitas Batau bahan oplosan berkualitas rendah, sertta
pembudidaya tidak mengerti menyusun formula denganbenar.
Pembudidaya yang membuat pakan sendiri seringkali menafsirkan
penyusunan formula hanya berdasarkan kebutuhan kadar protein saja,
padahal minimal 5 hal kadar nutrisi yang harus dicukupi yaitu kadar
protein, kadar air, kadar serat, kadar lemak dan kadar abu (akan lebih
baik lagi mengetahui jumlah kandungan lysine, metionine, decarbonat
fosfor, calcium, zinc, dan lainnya). Kadar abu yangterlalu tinggi sering
terjadi ketika pembudidaya menyusun ransum pakan.
Memilih Bahan Baku
Yang kerap terjadi di lapangan, tepung bekatul dantepung jagung adalah
bahan baku pakansering dipalsukan oleh pedagang. Tepung bekatul dioplos
dengansekam, akibat permainan licik ini pembudidaya dirugikan karena
sekam tidak bisa dicerna denganbaik oleh ikan. Tepung jagung dioplos
dengantepung tumpi/janggel jagung.
Pembudidaya sering menerima informasi bahwa tepung ikan yang dipesan
memiliki kandungan protein 50%. Padahal tepung ikan tersebut kandungan
proteinnya dibawah 35%. Tepung ikan yang jelek biasanya dioplos dengan
sisik ikan tulang belulang ikan danpasir laut yang halus.
Sehingga pada waktu membuat formula pakan terjadi kesalahan
perhitungan. Akibatnya jumlah nutrisi yang dibutuhkan ikanjauh dari
syarat kebutuhannya, ikanpuntak kunjung besar, menghabiskan pakan lebih
banyak. Waktu panen yang terlambat mengakibatkan biaya operasional
menjadi membengkak. Hal yang paling buruk adalah kita tidak mengetahui
letak kerugiannya dimana. Sampai akhirnya danamodalsudah habis.
Pembudidaya membeli saja bahan pakan yang penting murah. Tepung gaplek,
tepung polar, bungkil wijen, bungkil kedele, rajungan, tepung kepala
udang yang beredar dipasar memiliki kualitas berbeda dan diklasifikasi
dengan grade A, B, C danharga sesuai dengan kelasnya. Disini
Anda harus teliti sebelum transaksi dengan alasan modalterbatas. Bahan
pakan yang tidak sesuai dengan standar mutu tentu menjadikan nilai FCR
(konversi pakan) menjadi tinggi danmasa panen menjadi lama.
Pembudidaya juga kerap tidak mengetahui kandungan dasar dari bahan
pakan minimal protein, lemak, serat,dan kadar abu.Kandungan nutrisi yang
tidak tepat mengakibatkan pakan tidak terserap oleh tubuhikan. Pakan
yang tidak terserap oleh ikan dalam waktu 12 jam akan menjadi amoniak.
Tumpukan amoniak didasar kolam mengakibatkan kualitas air akan menurun,
nafsu makan ikan akan berkurang. Disinilah mengapa FCR yang tinggi dan
ikan akan lambat pertumbuhannya
Lalu pembudidayajugatidak mengetahui apakah bahan pakan itu sudah
kadaluarsa. Termasuk mengandung bahan pengawet kimia yang ternyata bahan
pakan tersebut sudah tidak memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan.
Tahukah berapa lama bahan pakan yang dibeli sudah lama tersimpan
didalam gudang. Benar bahwa bahan pakan yang dibeli masih terlihat segar
dan wangi, tapi dengan bahan pengawet kimia bahan pakan yang sudah
kadaluarsa (expired) bisa mengembalikan tekstur dan warna seperti sedia kala.
Jarang sekali pembudidaya memanfaatkan analisa laboratorium untuk
meyakinkan bahwa bahan pakan masih layak dikonsumsi hewan peliharaannya.
Uji laboratoriumuntuk skala pembudidayaan kecil memang menjadi rept,
untuk urusan analisa laboratorium Anda cukup mengenalinya dari berbagai
artikel yang banyak tersebar di dunia maya.
Pengolahan Bahan Pakan
Dari sisi pengolahan pakan, para pembudidaya juga masih banyak yang
belum mengetahui teknik pengolahan bahan pakanyang benar. Pengolahan
dilakukan tanpa mengindahkan standar baku pengolahandanperalatan
pengohan yang tidak steril. Misalnya, pembudidaya sering malas melakukan
perebusan bahan dan tidak memahami teknik fermentasi yang benar.
Semua bahan yang hendak diolah menjadi pakan hendaklah dilakukan
fermentase dengan bio- aktivatoruntukmeningkatkan kadar protein.Gunanya
adalah meningkatkan kadar protein, menurunkan kadar serat (meningkatkan
daya cerna), menurunkan kadar abu. Perebusan yang dilakukan serentak
dengan bahan lain menjadikan bahan menjadi homogen.
Bakteri, jamur, kotoran yang melekat pada bahan pakan akan berkurang
setelah dilakukan Fermentasi. Biasanya pembudidaya melakukan aktifitas
fermentasi dengan bantuan enzim, vitamin, hormon, bakteri,dan zat
peningkat protein. Fermentasi memang membutuhkan waktu namun cara ini
sangat baik dan berguna. Fermentasi yang dilakukan cukup ampuh dan baik
dalam meningkatkan mutu pakan.
Sebuah visual sederhana penulis contohkan bahwa kedelai hasil
fermentasi menjadi tempe kandungan protein tempe jauh berbeda
dibandingkan dengan kedelai mentah. Ikan juga makhluk hidup yang
menunya juga harus memiliki taste (rasa), ditata dan disajikan agar panen lebih cepat, FCR bisa ditekan, survival rate/daya tahan hidup meningkat, dan dalam harga pun hewan ternak Anda memiliki harga yang lebih tinggi.
Perhatikan Kadar Air
Apa itu kadar air? Dalam proses pembentukan berat ikan, kadar air
tidaklah berperan didalamnya. Air yang terkandung dalam suatu bahan
pakan tidak bisa menjadi daging. Air bertugas dari sisi lain dalam
kehidupan makhluk hidup yaitu untuk melancarkan proses pencernaan dan
metabolisme tubuh, memasak zat-zat mentah menjadi vitamin dan
pembentukan enzim, melarutkan bahan menjadi hormon dan bakteri,
melaksanakan tugas hidrolisa dalam proses pembuatan konsentrat, serta
mempercepat proses fermentasi dan sludengane (pembusukan).
Menghitung kadar air, misalnya ingin membuat pakan ikan bawal misalnya
(asumsi 100kg). Tepung ikan 20kg kadar air 11%: 20×11% =2,2%;
onggok20kg kadar air 77%: 20×75% =15,4%; ampas tahu30kg kadar air
72%: 30×70%= 21,6%; azolla 30kg kadar air 91%: 30×91%= 27,3%; total
kadar air 66,5%.
Total bobot pakan minus kadar air adalah 100kg-66,65 = 33,5kg. Artinya
bobot awal pakan yang 100kg akan menjadi 33,5kg setelah dikeringkan
dengan oven. Jika dalam FCR ikan dihitung secara umum adalah 1 (1kg
pakan akan menghasilkan bobot 1kg) untuk mencetak bobot ikan 100kg
dibutuhkan pakan murni 100kg, maka pakan tersebut hanya menghasilkan
pada waktu panen seberat 33,5kg dalam periode yang sama.
Kesimpulannya,sebaiknya menggunakan pakan yang sudah standar dan
terjamin kecuali Anda sudah menguasai teknik membuat formulasi yang
tepat dan mendapatkan bahan-bahannya tidak palsu. Jalan terbaik jika
tetap akan mengejar pakan murah Anda bisa melakukan kreativitas dengan
beternak cacing lumbrikus, belatung/maggot, dapnia,dan membuat silase.
Tak kalah penting mengetahui teknik pengolahan, penambahan enzim,
suplemen hormon,dan vitamin dengan dosis yang tepat. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar