PARAMETER KUALITAS AIR
(sumber : https://akutresno.wordpress.com/2012/02/26/parameter-kualitas-air/)
(sumber : https://akutresno.wordpress.com/2012/02/26/parameter-kualitas-air/)
Air diperlukan bagi kehidupan organisme. Peranan air bagi kehidupan semakin meningkat dengan majunya kebudayaan manusia. Kalau
air tersebut digunakan oleh organisme untuk keperluannya, misalnya ikan
maka kualitas airnya harus sesuai dengan air yang dibutuhkan oleh ikan
itu (Wardoyo 1981).
Kualitas
air dalam hal analisis kualitas air mencakup keadaan fisik, kimia, dan
biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan
manusia, pertanian, industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya
(Asdak 1995). Menurut Lagler (1997) didalam lingkungan perairan ada tiga unsur pokok yang mempengaruhi kehidupan biota perairan. Pertama
adalah unsur fisik yang berupa sifat-sifat fisika air seperti suhu,
kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran serta berat jenis. Unsur
kedua adalah sifat kimiawi air seperti pH, kadar oksigen terlarut,
karbondioksida terlarut, alkalinitas dan lain-lainnya. Unsur ketiga adalah yaitu sifat-sifat biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai dan pengurai. Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber alam pokok yaitu sinar matahari dan iklim.
Banyak
jenis binatang dan tumbuhan yang sama, hidup baik di sungai maupun di
danau, dan banyak dari adaptasi yang mereka perlukan ternyata sama.
Disebabkan keadaan fisik sungai dan danau sangat berbeda satu sama lain
kebiasaan-kebiasaan jenis binatang dan tumbuhan yang sama ini perlu
perhatian yang berbeda (Anwar 1984). Transparansi air
berhubungan dengan kedalaman air, dimana hubungannya adalah pada daya
tembus atau intensitas penetrasi cahaya matahari. Semakin dalam suatu
perairan, maka akan semakin kecil daya tembus cahayanya. Penetrasi cahaya ini berhubungan juga dengan fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya (Cholik 1991).
Danau
buatan, tentu saja bervariasi tergantung daerahnya dan pengairan
alaminya. Umumnya danau buatan ditandai dengan fluktuasi permukaan air
dan air turbiditas yang tinggi. Produksi dari bentos sering lebih kecil
di danau buatan dibandingkan dengan di danau alam. Neraca panas dari danau buatan dapat berbeda banyak dari danau alam, tergantung dari perencanaan dari dam. Bila
air dilimpahkan dari dasar, seperti dam yang didirikan untuk pembangkit
tenaga listrik, air yang dibuang itu dingin, kaya makanan tapi miskin O2 ,
sementara air yang hangat tetap tinggal di danau. Genangan itu menjadi
suatu perangkap panas dan pengekspor makanan, sebaliknya danau alam
membuang airnya dari permukaan, jadi fungsinya sebagai perangkap makanan
dan pengekspor panas, sehingga tipe pembuangan air amat mempengaruhi
kondisi di bagian hilirnya (Odum 1993).
Pengamatan
kali ini dilakukan di dua tempat yaitu inlet dan outlet di kolam
Jurusan Perikanan dan di danau Lembah UGM. Pengamatan dilakukan setiap
empat jam sekali yaitu pukul 06.00, 10.00, 14.00, dan 18.00 WIB..Adapun
parameter yang diukur antara lain :
A. Kolam
1. Parameter Fisika
a. Suhu air
Suhu
udara suatu perairan antara lain dipengaruhi oleh vegetasi dan waktu.
Suhu menyatakan banyaknya panas matahari yang dapat tersimpan dalam
suatu media yang dinyatakan dalam satuan celcius.
Suhu air tertinggi terdapat pada pengamatan pukul 14.00 WIB (inlet) yaitu 29 0C,
sedangkan suhu terendah terjadi pada pengamatan pukul 06.00 WIB (inlet)
yaitu sebesar 20 ºC. Suhu air yang rendah pada pukul 06.00 WIB
disebabkan oleh intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan pada
saat itu belum maksimum, sedangkan pada pukul 14.00 WIB suhu air
mencapai titik tertinggi hal tersebut dikarenakan pada saat itu
intensitas cahaya matahari sudah mencapai titik maksimum sehingga panas
yang terserap oleh perairan dalam jumlah celcius yang banyak.
b. Suhu udara
Suhu
udara suatu perairan antara lain dipengaruhi oleh cuaca, vegetasi, dan
fotosintesis . Suhu udara tertinggi terjadi pada pukul 14.00 WIB (inlet)
sebesar 29 0C, sedangkan suhu terkecil terjadi pukul 18.00 WIB (inlet) sebesar 23,5 0C.
Suhu udara yang tinggi pada pukul 14.00 WIB disebabkan karena pada saat
itu intensitas sinar matahari sudah mencapai titik maksimum, sedangkan
suhu yang rendah pada pukul 06.00 dan 18.00 WIB disebabkan karena pada
pagi dan sore hari sinar matahari belum mencapai titik maksimum.
c. Kecerahan
Kecerahan
kolam menandakan tingkat kekeruhan kolam yang merupakan aktivitas dari
bahan organik. Kecerahan berkisar antara 21,9375 cm – 32,5 cm. Grafik
menunjukkan bahwa kecerahan tertinggi terjadi di daerah outlet pada
pukul 18.00 sebesar 34,5 cm dan terendah terjadi di daerah outlet pada
pukul 06.00 sebesar 21,125 cm. Kecerahan yang tinggi pada pukul 18.00
WIB disebabkan karena pada saat tersebut aktifitas organisme yang berada
di dalam kolam sudah menurun sehingga bahan organik yang terdapat
didalamnya mudah mengendap pada dasar kolam. Pada pukul 06.00 WIB
kecerahan menunjukkan nilai yang terkecil, hal tersebut disebabkan
karena pada pagi hari organisme yang berada didalam kolam mulai aktif
bergerak sehingga gerakannya menimbulkan tersebarnya bahan organik yang
terendap didasar kolam dan menyebabkan kolam menjadi keruh dan
kecerahanya kecil.
2. Parameter kimia
a DO (Oksigen terlarut)
Banyaknya oksigen terlarut pada suatu perairan dinyatakan oleh DO.
Hasil pengamatan menunjukkan kandungan DO pada inlet berkisar antara
1,45 ppm – 4,0 ppm, sedangkan kandungan DO pada outlet berkisar antara
1,35 ppm – 3,1 ppm. Hasil pengamatan diperoleh DO terendah pada
inlet terdapat pada pukul 18.00 sebesar 1,4 ppm sedangkan kadar DO
tertinggi terdapat pada pukul 06.00 sebesar 4,4 ppm. Nilai DO terendah
pada outlet terdapat pada pukul 18.00 sebesar 1,3 ppm
sedangkan kadar DO tertinggi terdapat pada pukul 10.00 sebesar 4 ppm.
Adanya nilai DO yang rendah dikarenakan pada daerah tersebut kurang
terjadi proses fotosintesis begitupula sebaliknya karena supply oksigen
dalam perairan berasal dari fotosintesis fitoplankton. Keberadaan
oksigen terlarut didalam suatu perairan sangat penting
karena digunakan oleh hewan air untuk proses respirasi. Oleh karena itu
suatu perairan yang baik harus memiliki kadar DO yang lebih dari 3.
(Welch 1952).
b. CO2 bebas
Kandungan CO2 pada kolam merupakan efek dari buruknya lingkungan perairan serta banyaknya oksigen terlarut pada kolam. Kandungan CO2 pada inlet berkisar antara 7 ppm – 10 ppm, begitu juga kandungan CO2 pada outlet berkisar antara 7 ppm – 10 ppm. Kandungan CO2
bebas dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada inlet dan outlet
kandungan terbesar terjadi pada pengamatan pukul 06.00 yaitu sebesar 10
ppm (baik didasar maupun permukaan perairan). Nilai tersebut
disebabkan pada pagi hari cahaya yang masuk belum cukup untuk melakukan
fotosintesis sehingga fitoplankton yang ada lebih cenderung melakukan
respirasi..
Kandungan CO2 yang terrendah pada inlet dan outlet terjadi pada pukul 18.00. Kadar CO2 yang rendah disebabkan
karena pada saat itu (siang hari) sinar matahari yang masuk sudah
berlimpah sehingga fitoplankton lebih cenderung melakukan fotosintesis
sehingga kadar CO2nya menurun. Menurut Welch (1952) besarnya
konsumsi pada phytoplankton, tumbuhan hijau faktor pendukung
efektivitas sinar, kecerahan dan waktu juga berpengaruh terhadap
kandungan CO2 didalam suatu perairan.
c. pH
Kandungan pH pada suatu perairan menggambarkan tingkat keasaman serta banyaknya kandungan CO2.
Kadar pH pada kolam hampir sama, berkisar antara 7,7 – 7,15. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kadar pH berkisar antara 7,7 – 7,15 dimana
pH tertinggi terdapat di daerah inlet pada pukul 06.00 hal ini di karenakan CO2 bebas dan nilai alkalinitas yang tinggi pada perairan ini, tingginya CO2
bebas dan alkalinitas menunjukkan bahwa perairan memiliki ketersediaan
ion karbonat dan bikarbonat yang tinggi, sehingga perairan dapat
bersifat lebih basa. Kandungan pH terendah terjadi hampir sepanjang
waktu pengamatan, yaitu di daerah inlet maupun outlet pada pukul 10.00,
14.00 dan pukul 18.00 yaitu sebesar 7,1 dikarenakan kandungan CO2 bebas dan alkalinitas yang relatif rendah pada perairan ini.
d. Alkalinitas
Alkalinitas
adalah kemampuan air untuk mempertahankan keasaman perairan. Kandungan
alkalinitas di daerah inlet berkisar antara 101 ppm – 130 ppm, sedangkan
pada daerah outlet berkisar antara 110 ppm – 116 ppm. Alkalinitas
tertinggi di daerah inlet pada pukul 14.00 sebesar 130 ppm dan terendah
pada pukul 18.00 sebesar 101 ppm. Untuk outlet alkalinitas terbesar
terjadi pada pukul 14.00 sebesar 116 ppm, sedangkan terkecil pada pukul
06.00 sebesar 110 ppm. Nilai alkalinitas yang tinggi karena pada daerah
tersebut banyak terdapat pH yang berasal dari bahan organik yang
mengalami pembusukan sehingga sedikit memtuhkan CO2 untuk proses pembusukannya.
Menurut Thomas (1980), alkalinitas dirumuskan sebagai berikut :
CO2 + H2O ↔ H2CO3
H2CO3 ↔ H + + HCO3ˉ
HCO3ˉ ↔ H + + CO2ˉ
3. Parameter Biologi
a. Kepadatan Plankton
Densitas
atau kepadatan plankton dapat dijadikan sebagi indikator meningkatnya
produktivitas perairan. Plankton merupakan penyumbang perairan, semakin
banyak plankton maka semakin banyak jumlah ikan dan organisme pemakan
plankton, sehingga perairan tersebut menjadi produktif. Dari hasil
pengamatan kepadatan plankton terbesar di daerah inlet pada pukul 14.00
wib yaitu sebesar 198 ind/l karena pada saat itu memiliki suhu perairan yang tidak terlalu tinggi (sedang) kadar pH yang netral, alkalinitas, CO2
bebas yang sedang dan DO yang tinggi dan kecerahan yang sedang. Suhu
yang tidak tinggi memungkinkan plankton untuk mendiami daerah ini,
karena planton menyukai suhu yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu
dingin. Kadar pH, alkalinitas, CO2 bebas yang tinggi,
menunjukkan bahwa pada perairan ini banyak mengandung ion karbonat dan
bikarbonat, yang berguna sebagai bahan penyuplai nutrien dan bahan utama
fotosintesis bagi plankton. Tingginya DO, mengakibatkan plankton mudah
mendapat oksigen sebagai bahan dasar respirasi dalam aktivitasnya.
Kecerahan yang sedang berhubungan dengan penetrasi cahaya matahari.
Plankton cenderung menyukai daerah yang penetrasi cahaya mataharinya
sedang, agar aktivitas plankton berjalan secara optimal.
b. Diversiitas Plankton
Dilingkungan perairan ada tiga unsur pokok yang mempengaruhi kehidupan biota perairan. Pertama
adalah unsur fisik yang berupa sifat-sifat fisika air seperti suhu,
kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran serta berat jenis. Unsur
kedua adalah sifat kimiawi air seperti pH, kadar oksigen terlarut,
karbondioksida terlarut, alkalinitas dan lain-lainnya. Unsur ketiga adalah yaitu sifat-sifat biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai dan pengurai. Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber alam pokok yaitu sinar matahari dan Diversitas
plankton merupakan keragaman plankton yang terdapat pada perairan.
Tidak semua plankton dapat hidup pada suatu perairan. Diversitas
plankton dapat menunjukan kualitas perairan. Dari hasil
pengamatan diversitas plankton terbesar di daerah outlet pada pukul
14.00 wib yaitu sebesar 3,822 , sedangkan terendah juga terjadi pada
pukul 14.00 sebesar 3,209 .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar