ASPEK PRODUKSI, BUDIDAYA IKAN GURAMI
- Pola budidaya tunggal (monoculture), dimana dalam satu unit lahan usaha hanya satu jenis ikan yang dipelihara.
- Pola budidaya campuran (polyculture), dimana dalam satu unit lahan usaha, jenis ikan utama dipelihara bersama-sama dengan jenis-jenis ikan lainnya. Jenis-jenis lain yang dipelihara bukan pemangsa ikan utama dan sebaliknya
- Pola budidaya diversifikasi, dimana dalam satu unit lahan usaha terdapat beberapa subsistem budidaya dari beberapa jenis ikan yang dipelihara, baik pola tunggal maupun campuran bersama dengan usaha budidaya komoditi pertanian lainnya
Adapun asumsi pola budidaya yang digunakan dalam penyusunan pola
pembiayaan ini adalah pola budidaya tunggal. Dengan demikian, ikan yang
dipelihara dan kemudian di panen hanya satu jenis ikan yaitu ikan gurami
berupa benih dan ikan gurami konsumsi.
Ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lacepede) merupakan ikan tawar
keluarga Anabantidae. Ikan ini mempunyai bentuk badan pipih dan lebar.
Pada ikan yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang
kepala atau ¾ kali panjang tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurami yang
masih berusia muda lancip ke depan, dan setelah tua menjadi dempak.
Warna tubuhnya terutama di bagian punggung adalah merah sawo sedangkan
pada bagian perut berwarna kekuning-kuningan atau keperak-perakan.
Sepasang sirip perut gurami akan mengalami perubahan menjadi sepasang
benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip yang keras
menempel pada punggungnya sedangkan garis rusuknya menyilang di bagian
bawah sirip punggung. Panjang tubuh maksimum 65 cm.
Strain gurami yang dikenal masyarakat cukup banyak dan bervariasi dimana
antar strain dibedakan berdasarkan kemampuannya dalam memproduksi
telur, kecepatan tumbuh dan bobot maksimal yang bisa di capai setelah
dewasa. Namun demikian belum ada penetapan strain gurami yang standar
dari instansi yang berwenang. Beberapa yang dikenal dalam masyarakat
adalah gurami blue safir, paris, baster dan batu.
Ikan gurami merupakan ikan yang relatif lambat pertumbuhannya dan baru
mencapai kematangan telur sekitar umur 2 tahun. Ciri-ciri yang
membedakan antara ikan gurami betina dan jantan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Ciri-ciri Ikan Gurami Betina dan Jantan
Ciri-ciri Ikan Gurami Betina dan Jantan
Betina
|
Jantan
|
Dahi dempak (papak)
|
Dahi menonjol
|
Dasar sirip dada gelap kehitaman
|
Dasar sirip dada terang keputihan
|
Dagu keputihan sedikit coklat
|
Dagu kuning
|
Jika diletakkan pada tempat yang datar ekor bergerak-gerak
|
Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik
|
Bentuk bibir tipis
|
Bentuk bibir tebal
|
Untuk menjamin kualitas ikan konsumsi yang baik, perlu penyediaan induk
unggul karena dari induk unggul akan menghasilkan benih unggul pula.
Induk unggul dan benih dapat diperoleh dari BBI atau dari Unit
Pembenihan Rakyat (UPR). Di Banyumas, induk unggul oleh BBI setempat
digolongkan ke dalam empat kriteria induk yaitu unggulan 1, unggulan 2,
unggulan 3 dan unggulan 4 yang dibedakan berdasarkan pada frekuensi
memijah dan banyaknya telur yang dihasilkan. Penyediaan induk unggul
oleh BBI dapat menjamin kualitas induk yang dipelihara oleh pembudidaya
yang selanjutnya mempengaruhi produksi telur dan benih ikan. Untuk
memperbaiki mutu induk yang dihasilkan dilakukan perbaikan genetik induk
dengan cara perkawinan silang (cross breeding) untuk menjamin
pertumbuhan dan daya tahan yang tinggi terhadap penyakit, dan tidak
diperkenankan perkawinan satu turunan (in breeding). Memilih induk yang
baik dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut :
Tabel 4.2.
Ciri induk gurami betina dan jantan yang baik
Ciri induk gurami betina dan jantan yang baik
Betina
|
Jantan
|
Warna badan terang
|
Warna badan gelap
|
Perut membulat
|
Perut dekat anus lancip
|
Susunan sisik teratur
|
Susunan sisik teratur
|
Badan relatif panjang
|
Gerakannya lincah
|
Umur mulai dipijahkan 2 tahun
|
Umur mulai dipijahkan 2 tahun
|
SYARAT LOKASI USAHA
Untuk mendapatkan kualitas ikan gurami yang optimal, maka berikut ini adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi
- Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 – 400 m dpl
- Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%), kemasan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.
- Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus. Tanah yang tidak berporous dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
- Kemiringan tanah 3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
- Temparatur optimum 25-30oC
- Kandungan oksigen dalam > 2 ppm
Habitat ikan gurami adalah rawa, sungai, telaga dan kolam. Sedangkan pemeliharaan oleh pembudidayaan biasanya di kolam.
TAHAPAN BUDIDAYA
Budidaya ikan gurami dapat dibagi dkedalam beberapa tahapan berikut
- Pendederan 1 (D1) : pemeliharaan benih 0,5 gram hingga mencapai berat 1 gram selama 1 bulan
- Pendederan 2 (D2) : pemeliharaan benih 1 gram hingga mencapai berat 5 gram selama 1 bulan
- Pendederan 3 (D3) : pemeliharaan benih 5 gram hingga mencapai berat 20-25 gram selama 2 bulan
- Pendederan 4 (D4) : pemeliharaan benih 20 -25 gram hingga mencapai berat 75-100 gram selama 2 bulan
- Pendederan 5 (D5) : pemeliharaan benih 75 -100 gram hingga mencapai berat 200 -250 gram selama 3 bulan.
- Tahap pembenihan yang mencakup tahap pemijahan, penetesan telur dan perawatan larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama 1 bulan.
- Tahap pendederan yaitu tahap pemeliharaan benih gurami sejak 0,5 gram sampai menjadi berat 200-250 gram yang siap dibesarkan. Penderan dibagi kedalam 5 tahap sebagai berikut :
- Tahap pembesaran yaitu pemeliharaan benih 250-250 gram hingga mencapai ukuran konsumsi dengan berat lebih dari 500 gram selama 3 bulan.
Selain tahapan budidaya sebagaimana tersebut diatas, ada pula yang
membagi tahapan pendederan dalam 3 tahapan saja berat 1 gram hingga
mencapai berat 20-25 gram.
Alasan membagi budidaya ikan gurami dalam tahapan tersebut diatas adalah :
- Membudidayakan ikan gurami sampai dengan ukuran konsumsi memakan waktu cukup lama sehingga perolehan hasil usaha dirasakan cukup lama.
- Permintaan produk untuk setiap tahapan (dalam bentuk telur, benih dan ikan ukuran konsumsi) cukup tinggi
- Keterbatasan modal dan lahan usaha apabila pembudidaya harus melaksanakan tahapan dalam satu siklus penuh
Dengan demikian maka pembagian tahapan ini membantu pembudidaya dalam hal ini :
- Mempersingkat masa panen
- Menghasilkan pendapatan pembudidaya dengan keuntungan yang cukup memadai
- Menurunkan resiko kegagalan panen
Adanya tahap budidaya tersebut dapat membuka peluang usaha budidaya ikan
gurami yang cukup luas sejak pembenihan sampai dengan pembesaran yang
berkaitan antara satu dengan yang lain dalam satu sistem budidaya ikan
gurami, sebagaimana digambarkan pada Skema 4.1.
Skema 4.1. Sistem budidaya ikan gurami :
Tahapan, lama pemeliharaan dan produk yang dihasilkan
Tahapan, lama pemeliharaan dan produk yang dihasilkan
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
Tingkat teknologi yang digunakan untuk budidaya ikan gurami umumnya di
klasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu tradisional, semi intensif dan
intensif, namun tidak ada batasan yang pasti dan jelas antara ketiga
tingkat teknologi tersebut karena penggolongannya hanya dilakukan
melalui perbedaan ciri-cirinya saja. Kebanyakan yang dilakukan
masyarakat adalah teknologi tradisional dan semi intensif. Klasifikasi
teknologi tersebut berpedoman pada Sapta Usaha Perikanan yang meliputi :
- Pengolahan lahan
- Pengairan
- Pemupukan/pemberian pakan
- Penyediaan benih atau induk yang unggul
- Pencegahan hama dan penyakit
- Panen
- Perbaikan manajemen usaha tani
Ciri-ciri penggunaan teknologi tradisional adalah hanya mengandalkan
pada kondisi alam saja, pemberian pakan secara alami, pemeliharaan ikan
gurami dimaksudkan hanya sebagai tabungan saja dan dipanen setahun
sekali dalam rangka memenuhi kebutuhan hari lebaran/hari besar.
Sedangkan ciri-ciri teknologi semi intensif adalah sedikit banyak telah
melaksanakan kegiatan budidaya sesuai dengan Sapta Usaha Perikanan
misalnya dalam hal pakan telah menggunakan pakan buatan disamping pakan
alami dan telah dilakukan pengaturan kualitas air, namun belum secara
terukur dan terkontrol. Ciri-cir teknologi intensif adalah mengacu pada
Sapta Usaha Perikanan dan dilakukan secara terkontrol.
TEKNIS BUDIDAYA
Budidaya ikan gurami memerlukan kolam penyimpanan induk, kolam
pemijahan, kolam/bak penetasan dan pemeliharaan benih, kolam pendederan,
kolam pembersaran dan kolam pemberokan (penyimpanan sebelum di
pasarkan). Sebelum dilakukan kegiatan budidaya, perlu dilakukan
pembuatan kolam yang meliputi antara lain pembuatan pematang, saluran
pemasukan air dan saluran pembuangan air, pintu pematang air, pintu
pembuangan air, caren dan kowean (sering pula disebut kemalir dan
kobakan), serta pengolahan dasar kolam dengan pupuk dan kapur. Setelah
kolam siap untuk digunakan, baru dilakukan kegiatan pembenihan,
pendederan dan pembesaran ikan gurami.
(1) Persiapan kolam
Tahap persiapan kolam untuk pembenihan, pendederan maupun pembesaran
prinsipnya hampir sama, hanya dibedakan pada padat tebar dan jenis pakan
yang diberikan serta ketinggian air yang dibutuhkan. Konstruksi kolam
dan pengolahan lahan pada setiap tahap sama.
Foto 2 : Kolam Pembesaran di Bogor.
Di sekitar kolam biasanya ditanami pohon sente sebagai salah satu bahan pakan ikan
Di sekitar kolam biasanya ditanami pohon sente sebagai salah satu bahan pakan ikan
Foto 3 : Bak Kontrol.
Berguna untuk mengatur kuantitas dan kebersihan air yang masuk ke dalam kolam
Berguna untuk mengatur kuantitas dan kebersihan air yang masuk ke dalam kolam
a. Pembuatan kolam
Bentuk pematang dibuat trapesium yaitu lebih lebar di bagian bawah,
dengan kemiringan sebaiknya tidak lebih dari 45°C. Untuk membuat
kolam dilakukan pencangkulan guna membalik tanah dasar dengan “keduk
teplok”, yaitu memperdalam saluran dan pemetakan kolam yang sekaligus
memperbaiki pematangnya, sehingga ketinggian air kolam nantinya mencapai
60 m. Kowean dibuat di tengah kolam dengan ukuran 1x1x0,4 m dan diberi
tanggul sehingga merupakan kolam kecil di dalam kolam (Lihat skema
4.2.). Kowean berfungsi untuk melepaskan benih berat 0,5 gram pada saat
penebaran dan tempat unuk menangkap ikan saat panen. Setelah itu membuat
caren dengan lebar 30 cm dan dalam 30 cm, yang berfungsi sebagai tampat
pengumpulan benih pada saat air kolam dangkal atau surut dan untuk
menggiring benih ke kowean saat panen
Skema 4.2. Konstruksi kolam pendederan ikan gurami
Pada saat persiapan pembuatan kolam dilakukan juga pengeringan dasar
kolam. Setelah dasar kolam kering, diberikan kapur dengan dosis 100-200
gr/m2 dan pupuk kandang 500-1.000 gr/m2. Pupuk kandang yang cukup baik
untuk digunakan adalah kotoran ayam karena memiliki unsur hara yang
lengkap untuk menumbuhkan pakan alami, mudah terurai dan kandungan
amoniaknya tidak terlalu tinggi. Pemupukan dilakukan untuk menyuburkan
tanah sekaligus menumbuhkan pakan alami seperti Fitoplankton,
Zooplankton dan Bentos yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva
dan benih ikan gurami. Setelah itu dilakukan pengisian air dan dibiarkan
selama 7 hari untuk memberi kesempatan pupuk terurai dan menumbuhkan
pakan alami bagi benih gurami. Persediaan pakan alami ini dapat memenuhi
kebutuhan benih ikan selama 11 s.d 14 hari. Di dasar kolam dekat pintu
pemasukan air sebaiknya ditanami ganggang Hydrilla verticilata sebagai
tempat berlindung dan mencari makan benih ikan gurami.
(2). Pembenihan
a. Tahan pemijahan
1). Pemeliharaan induk
Induk-induk disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Seekor induk
membutuhkan luas kolam kurang lebih 5 meter dengan dasar kolam berpasir
dan kedalaman air sekitar 75-100 cm. Pakan yang diberikan adalah
daun-daunan sebanyak kurang lebih 5% dari berat populasi dan pakan
diberikan pada setiap sore hari. Makanan tambahan dapat diberikan berupa
pelet sebanyak 0,5-1% dari berat populasi. Pemberian pelet untuk induk
dibatasi untuk mencegah timbunan lemak pada induk karena dapat
mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Ukuran berat induk jantan
sekitar 2-3 kg/ekor dan induk betina 2-2,5 kg/ekor. Induk gurami dapat
dipijahkan 2 kali dalam setahun selama usia produktif (5 tahun) . Induk
gurami dapat dipijahkan tidak lebih dari 10 kali karena jika lebih dari
10 kali memijah dikhawatirkan fekunditas (yaitu daya tetas telur menjadi
larva), rendah dan mortalitas telur dan benih yang dihasilkan
meningkat.
2). Penebaran induk dan proses pemijahan
Setelah proses pematangan gonad (yaitu organ hewan yang menghasilkan
sperma dan telur) di kolam penampungan telah mencapai puncaknya, induk
dimasukkan ke dalam petak kolam pemijahan. Luas kolam yang diperlukan
untuk pemijahan adalah kurang lebih 20 m2 per pasang induk yang terdiri
dari 1 ekor pejantan dan 3-4 ekor betina. Untuk mengetahui apakah induk
telah siap memijah dapat diketahui dari ciri-ciri sebagai berikut :
Induk betina
– Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung
– Sisik -sisik agak terbuka
– Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung
– Sisik -sisik agak terbuka
Induk jantan
– Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul
– Tingkahnya sangat agresif
– Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul
– Tingkahnya sangat agresif
Foto 4 : Kolam Induk.
Kolam induk yang luas dapat disekat menjadi beberapa bagian dengan menggunakan pagar bambu
Kolam induk yang luas dapat disekat menjadi beberapa bagian dengan menggunakan pagar bambu
Induk jantan akan membuat sarang setelah 15-30 hari dilepaskan dalam
kolam pemijahan. Oleh karena itu dipersiapkan perlengkapan kolam
pemijahan terdiri dari sosog, anjang-anjang dan bahan sarang. Sosog
sebagai tempat sarang terbuat dari bambu yang dipasang di bawah
permukaan air. Anjang-anjang adalah tempat meletakkan bahan sarang yang
terbuat dari bambu dengan lubang anyaman 10×10 cm di pasang di atas
permukaan air. Bahan sarang berupa ijuk halus, serabut kelapa atau serat
karung. Satu ekor jantan dapat membuat 2 buah sarang. Pembuatan sarang
berlangsung selama 1 minggu.
Pemijahan berlangsung sekitar 2 hari setelah pembuatan sarang. Induk
gurami betina melepaskan telurnya ke sarang dan induk jantan
menyemprotkan spermanya sehingga terjadi pembuahan. Telur-telur yang
jatuh ke dasar kolam di ambil oleh induk jantan dengan mulutnya kemudian
di masukkan dalam sarang. Pemijahan berlangsung 2-3 hari dan sementara
pemijahan berlangsung induk betina menjaga sarang. Sarang yang berisi
telur kemudian ditutup dan di jaga oleh induk jantan. Untuk menjaga
sirkulasi dan pasokan oksigen ke dalam sarang, induk betina
menggerak-gerakkan sirip ekor ke arah sarang. Satu ekor betina dapat
menghasilkan 3.000-4.000 butir, bahkan ada yang mencapai 10.000 butir
telur. Tanda telah terjadi pemijahan adalah terciumnya bau amis dan
permukaan air di atas sarang terlihat berminyak.
b. Penetasan telur
Telur dapat diambil 1 hari setelah pemijahan. Telur-telur ini kemudian
dipisahkan dari sarangnya dan dicuci dengan air bersih untuk
menghilangkan lemak yang menempel pada telur kemudian ditetaskan dalam
wadah yang sudah disiapkan. Telur dapat menetas dalam waktu 30-35 jam
setelah dilepaskan induknya. Penetasan telur dapat dilakukan di bak
plastik berdiameter 60 cm. Bak dapat diisi sampai 1.000 butir. Benih
yang baru menetas mendapat makanan dari sisa-sisa kuning telur yang ada
pada tubuhnya. Setelah cadangan makanan tersebut habis (± 10 hari),
larva baru diberi pakan berupa pakan alami (misalnya tubifex) secukupnya
dan dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama ± 30
hari.
Perawatan larva juga dapat dilakukan di kolam sawah sebagai pernyeling
di sawah pada sistem mina padi dengan cara mengambil larva yang berumur ±
7 hari yaitu menjelang kuning telurnya habis. Larva di tebar di sawah
dengan kepadatan 10 ekor/m2 dan dapat dipelihara selama 1 bulan.
Foto 5 : Telur.
Telur ikan gurami sudah dapat diperjualbelikan
Telur ikan gurami sudah dapat diperjualbelikan
Foto 6 : Telur yang Telah Menetas Menjadi Larva
(3). Pendederan
a. Penebaran benih
Sebelum benih ukuran 0,5 sampai 25 gram ditebar terlebih dahulu
dilakukan pemilihan benih yang berkualitas baik untuk menjamin kualitas
produksi ikan yang dipelihara. Dalam pemilihan benih tebaran yang perlu
diperhatikan antara lain :
- Kondisi benih sehat, tidak cacat/luka dan gerakan lincah
- Warna sisik tidak terlalu hitam
- Sisik tubuh lengkap/tidak ada yang lepas
- Tubuh tidak kaku
- Ukuran seragam
Penebaran benih dilakukan 5 hari setelah pemupukan, dengan padat tebar
dan tinggi air sesuai ukuran benih (lihat Tabel 4.3). Penebaran
dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat suhu udara rendah. Sebelum
ditebar, dilakukan penyesuaian suhu air dalam wadah angkut dengan suhu
air kolam (proses aklimitasi) dengan cara memasukkan air kolam sedikit
demi sedikit secara perlahan ke dalam wadah angkut. Setelah terjadi
penyesuaian suhu, wadah angkut dimasukkan ke dalam kolam. Air akan
bercampur sedikit demi sedikit dan ikan-ikan akan keluar dan berenang ke
tengah kolam.
Foto 7 : Benih Ikan Gurami.
Masing-masing daerah sentra ikan gurami mempunyai sebutan ukuran yang
berbeda dalam perdagangannya. Di pasar ikan Purbalingga disebut (ki-ka) ukuran 2 jari, bungkus korek, 3 jari dan tampelan
Masing-masing daerah sentra ikan gurami mempunyai sebutan ukuran yang
berbeda dalam perdagangannya. Di pasar ikan Purbalingga disebut (ki-ka) ukuran 2 jari, bungkus korek, 3 jari dan tampelan
Tabel 4.3. Padat tebar benih, tinggi air dan jenis pakan
Tahap
|
Tinggi Air
|
Padat Tebar/M2
|
Jenis pakan
|
D1
|
30-40 cm
|
40-60 ekor
|
Pakan alami (zooplanton), tubifex, tepung ikan atau pelet halus
|
D2
|
40-50 cm
|
30-40 ekor
|
Tepung ikan, bungkil atau pelet remah
|
D3
|
50-60 cm
|
20-30 ekor
|
Pelet remah/pelet kecil
|
D4
|
60-80 cm
|
± 20 ekor
|
Pelet atau daun-daunan (sente, talas, kajar)
|
D5
|
80-100 cm
|
± 20 ekor
|
Pelet dan atau daun-daunan
|
b. Pemberian pakan
Selama masa pertumbuhannyam ikan gurami mengalami perubahan tingkah laku
makan (feeding habit) yang sangat signifikan. Larva bersifat karnivora
(pemakan daging) sampai dengan ukuran dan umur tertentu, sedangkan
juvenil muda bersifat omnivora (pemakan segala) dan setelah ukuran induk
menjadi herbivora (pemakan daun). Pola perubahan tersebut terkait
dengan pola perubahan enzimatik dalam saluran pencernaannya.
Adapun jenis pakan ikan gurami terdiri dari pakan alami (organik) berupa
daun-daunan maupun pakan buatan (anorganik), berupa pelet. Pakan alami
yang digunakan antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza (L),
Schott), pepaya (Carica papaya Linn), keladi (Colocasia esculenta
Schott), ketela pohon (Manihot utililissima Bohl), genjer (Limnocharis
flava (L) Buch ), Kimpul (Xanthosoma violaceum Schott), Kangkung (Ipomea
reptans Poin), Ubi jalar (Ipomea batatas Lamk), ketimun (Cucumis
sativus L), labu (Curcubita moshata Duch en Poir), dadap (Erythrina sp).
Foto 8 : Daun Sente.
Merupakan salah satu pakan ikan gurami yang lazim digunakan
Merupakan salah satu pakan ikan gurami yang lazim digunakan
Bahan makanan buatan berupa pelet dibuat dari bahan makanan ternak, baik
hewani maupun nabati. Komposisinya dapat diatur sedemikian rupa untuk
memenuhi kebutuhan ikan. Daftar bahan makanan yang dapat di buat pelet
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4. Kadar protein beberapa jenis bahan makanan
Jenis Bahan Makan
|
Kadar Protein
(dlm%-an bobot)
|
Tepung ikan
|
60
|
Tepung daging/ayam
|
80
|
Tepung udang
|
46
|
Tepung darah
|
85
|
Tepung kedele
|
36
|
Tepung gandrung
|
9
|
Dedak halus
|
15
|
Kacang hijau
|
23
|
Bungkil biji kapuk
|
27
|
Sumber : Budidaya Gurami, M Sitanggang
Komposisi makanan yang ideal bagi pertumbuhan ikan adalah makanan yang
berkadar protein 40%. Namun untuk efisiensi biaya, persentase pemberian
makanan buatan ini hendaknya disesuaikan dengan persediaan makanan yang
telah ada dalam kolam. Bila masih cukup banyak, cukup diberikan makanan
buatan dengan kadar protein 20-30% saja.
Pengaturan komposisi makanan yang cukup menggunakan 3 bahan makanan,
misalnya 33 bagian tepung ikan, 2 bagian tepung daging dan 65 bagian
dedak halus, dengan perhitungan kadar protein keseluruhan adalah sebagai
berikut (M. Sitanggang, Budidaya Gurami, 1990) :
(60/10×33)+(80/100×2)+(15/100×65) = 31,1 %
Selain pakan buatan buatan pabrik berupa pelet, pembudidaya dapat pula
membuat sendiri pakan ikan. Pembuatan pakan buatan sendiri akan
menurunkan biaya produksi karena lebih murah. Adapun bahan-bahan yang
biasanya digunakan untuk pakan benih ikan adalah dedak, ikan asin,
bungkil dan minyak ikan.
Jenis pakan ikan gurami dapat dilihat pada Tabel 4.3. Untuk benih yang
masih kecil diberi pakan yang berukuran kecil berupa zooplankton,
tubilex dll dimana seiring dengan semakin besarnya ikan makan dapat
mnggunakan pakan dengan ukuran yang lebih besar dan pakan berupa
daun-daunan. Pada usaha budidaya yang hanya menggunakan pakan
daun-daunan (teknologi tradisional) pertumbuhan ikan relatif lambat.
Sebagai gambaran, berdasarkan pengalaman pembudidaya pemeliharaan benih
ikan ukuran 200 gram dengan hanya diberi pakan daun-daunan saja
membutuhkan waktu 1 tahun untuk mencapai ukuran 500 gram, sedangkan jika
menggunakan pelet dan daun-daunan hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk
mencapai ukuran 500 gram. Sehingga dianjurkan untuk dilakukan kombinasi
antara daun-daunan dengan pelet.
Kebutuhan pakan berupa pelet per hari adalah 3% dari berat ikan namun
jika pakan berupa daun-daunan kebutuhan pakan perhari sebanyak 5-10%
dari berat ikan. Untuk penggunaan pakan secara kombinasi diberikan pelet
sebanyak 1,5% per hari dari berat ikan dan hijauan sebanyak 5% per hari
dari berat ikan. Pemberian pakan secara teratur dalam jumlah yang tepat
dapat menghasilkan pertumbuhan ikan gurami yang optimal. Konversi pakan
untuk pemeliharaan dalam kolam adalan 1,5-2%, artinya untuk
menghasilkan 1 kg daging ikan memerlukan pakan sebanyak 1,5 kg sampai
dengan 2 kg. Untuk memberikan pakan yang tepat sesuai kebutuhan
dilakukan sampling berat ikan.
c. Pemanenan
Pemanenan ditahap pendederan dilakukan setelah benih mencapai berat
20-25 gram. Dalam pelaksanaan pemanenan yang perlu diperhatikan antara
lain :
- Waktu pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari
- Untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan perlu dimasukkan daun pisang ke dalam kolam sebagai tempat berkumpulnya benih ikan.
- Proses penangkapan dilakukan secara hati-hati sehingga tidak sampai menyebabkan lepasnya sisik terutama pada bagian punggung
- Penangkapan benih ikan di kolam dilakukan pada kondisi temperatur air rendah dan tidak dalam kondisi hujan. Saat penangkapan kedalaman air kolam dibiarkan setinggi 20-30 cm.
- Pengangkutan benih juga sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari. Wadah angkut yang digunakan berupa drum (Volume 200 lt) atau jerigen. Drum diisi air setengan dari volume, posisi drum ditidurkan. Jumlah benih dalam setiap drum berkisar antara 10-15 kg tergantung lamanya proses pengangkutan.
Setelah pemanenan, benih di jual kepada pengusaha pembesaran gurami atau
dipelihara lagi di kolam lain untuk mendapatkan ukuran ikan yang lebih
besar. Untuk mengupayakan agar tingkat kematian benih rendah, dalam
pengiriman benih menggunakan jerigen atau drum yang diisi air bersih dan
selama pengiriman benih ikan tidak diberi pakan (perut dikosongkan).
Foto 9 : Wadah dan Alat Angkut Benih.
Benih yang siap dijual ditampung dalam jerigen yang dibuka dibagian sisinya dan diangkut dengan kendaraan angkut
Benih yang siap dijual ditampung dalam jerigen yang dibuka dibagian sisinya dan diangkut dengan kendaraan angkut
(4). Pembesaran
Dalam tahapan pembesaran, luas kolam optimal sekitar 200 m2 dengan
konstruksi kolam berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 m
dari dasar kolam dibuat tidak terlalu berlumpur. Persiapan kolam dalam
tahapan ini tidak jauh berbeda dengan persiapan yang dilakukan pada
tahap pendederan.
Ikan yang dipelihara dapat berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar
dengan kepadatan benih ± 1 -2 kg/m2. Pakan yang diberikan terdiri dari
pelet dengan jumlah pemberian sebanyak 1,5 – 2% pada pagi dan sore hari
serta daun-daunan sebanyak 5% diberikan pada sore hari. Dalam waktu 4
bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 500-700 gram/ekor.
Pemanenan dilakukan sama seperti pada tahap pendederan, hanya saja pada
tahap pembesaran pemanenen sebaiknya tanpa menggunakan alat tangkap.
Foto 10 : Ikan Gurami Konsumsi
Dipasarkan dengan berat di atas 500 gram
Dipasarkan dengan berat di atas 500 gram
HAMA DAN PENYAKIT
Hama yang biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa
seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus
Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah
biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd),
katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis
ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing
dalam perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak
dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari
gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi
serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam.
(2). Penyakit
Gangguan penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit
parasiter. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami
pada saat musim kemarau dimana suhu menjadi lebih lebih dingin.
Penyakit non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan karena serangan
parasit, tapi biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan
kimia air dan makanan. Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena
adanya gas beracun seperti asam belerang atau amoniak, kerusakan akibat
penangkapan atau kelainan tubuh karena keturanan. Untuk mengetahui
gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara dapat diketahui dari
pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya
lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.
Penyakit parasiter diakibatkan parasit. Parasit adalah hewan atau
tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya
dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat berupa udang
renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan berbagai
mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak penyerangannya parasit dibagi
menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar
tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh ikan.
Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit parasiter adalah sebagai berikut :
- Penyakit pada kulit :
Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir. - Penyakit pada insang :
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu. - Penyakit pada organ dalam :
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
Salah satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus
indicus yang tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai
ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning bening.
Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang
kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi. Selanjutnya infeksi ini
dapat menyebabkan patah sirip atau cacar. Parasit lainnya adalah bakteri
Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing Thematoda yang berasal
dari siput-siput kecil.
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan
memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang
terjangkit penyakit selama beberapa hari agar parasit mati. Parasit
yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Sementara
pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat menggunakan
bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam dapur.
Selain penggunaan bahan kimia tersebut di atas, petani di daerah
Banyumas menggunakan laun lambesar (Chromolaena odorata (L), RM King
& H. Robinson ) sebagai antibiotik. Daun lambesan dimasukkan ke
dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu pada saat pengolahan kolam.
Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul (yaitu kurang lebih
50 kg) untuk luas tanah 25 m2. Penggunaan daun ini adalah 1 untuk 1 masa
tanam.
Penggunaan obat-obatan kimia untuk ikan konsumsi tidak dilanjutkan
mengingat dampak yang tidak baik kepada konsumen. Kalaupun diberikan
obat-obatan tidak boleh langsung di jual kepada konsumen akhir.
Penggunaan obat-obatan pada ikan konsumsi juga sebaliknya tidak
diberikan apabila ikan hendak diekspor. Besarnya ikan-ikan konsumsi yang
mati dibuang.
Foto 11 : Daun Lambesan
Di daerah Banyumas digunakan sebagai antibiotik
Di daerah Banyumas digunakan sebagai antibiotik
PENANGANAN BAU LUMPUR PADA DAGING IKAN GURAMI
Salah satu permasalah yang dihadapi pada budidaya ikan gurami adalah
adanya cita rasa lumpur pada daging ikan gurami yang berasal dari bau
yang ditimbulkan oleh lingkungan terutama pada budidaya intensif di
kolam dengan sistem air tergenang. Berdasarkan hasil penelitian Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar, Departemen Kelautan dan Perikanan, bau
lumpur secara umum dan khusus pada ikan gurami dapat dihilangkan dengan
perlakuan berupa pemberokkan ikan gurami pada air yang bersalinitas 8
atau 12 ppt selama 7 hari. Pemberokan ikan gurami ini mengakibatkan
perubahan waktu kulit yang semula sangat mengkilat menjadi kusam, dan
tesktur semula lembek (banyak mengandung air dan mudah pemisahaan)
menjadi kenyal (struktur daging kompak, kering dan tidak mudah terjadi
pemisahan). Setelah pemberokan selama 7 hari ternyata menyebabkan daging
ikan terasa sangat gurih.
Praktik yang dilakukan oleh petani di daerah Beji Banyumas ikan dari
Beji yang bercita-rasa rasa lumpur dikarantina dalam kolam khusus dan
hanya di beri pakan berupa daun sente selama kurang lebih 7 hari.
Setelah itu cita rasa lumpur yang biasanya telah hilang. Hal ini
kemungkinan dikarenakan kualitas air di daerah tersebut yang relatif
jernih dan tidak banyak mengandung lumpur.
KENDALA PRODUKSI
- Penyakit sering kali menjadi kendala karena dapat mengakibatkan menurunnya jumlah produksi ikan yang dapat di jual. Untuk mempercepat timbulnya penyakit maka diupayakan untuk menjaga kondisi kolam agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan, disamping petani dapat menghubungi dinas atau Balai Benih Ikan setempat.
- Gangguan musim umumnya terjadi pada saat musim kemarau yang mengakibatkan suhu lebih dingin sehingga oksigen berkurang dan ikan mudah terserah penyakit. Perubahan suhu yang dapat ditoler ikan adalah 5oC. Untuk mengantisipasi perubahan suhu dapat dilakukan pengaturan air masuk dan air keluar.
- Sikap petani yang masih sulit mengubah pola budidaya ikan ke arah yang lebih intensif dan cendrung tetap mempertahankan pola budidaya yang telah dilakukan secara turun temurun. Akibatnya jumlah produksi gurami yang masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini Dinas terkait perlu meningkatkan pembinaan kepada petani agar mau menerapkan pola budidaya yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar