EM4 Perikanan
(sumber :http://lelesaya.blogspot.com/p/blog-page_7987.html)
Produk EM-4 Perikanan dan Tambak merupakan
kultur EM dalam medium cair berwarna coklat kekuning-kuningan yang
menguntungkan, berberguna untuk meningkatkan bakteri pengurai bahan
organic, menekan pertumbuhan bakteri pathogen, menstimulasi enzim
pencernaan dan meningkatkan kualitas air pada tambak.
Manfaat EM-4 Perikanan dan Tambak
- Meningkatkan pertahanan tubuh ikan/udang SR
- Meningkatkan pertumbuhan dan size ikan/udang GR
- Meningkatkan imunostimulan / daya tahan ikan/udang
- Meningkatkan daya tahan tubuh ikan/udang sehingga mengurangi pengunaan Antibiotik.
- Efisiensi energi dan pengelolaan kualitas air
- Memfermentasi sisa pakan, kotoran, cangkang udang di dasar tambak
- Meningkatkan oksigen terlarut (DO) dan air menjadi bersih sehingga tidak diperlukan penggantian air berulang-ulang.
- Menguraikan gas-gas amoniak, metan dan hydrogen sulfide.
- Mempertahankan kualitas linkungan
- Aman dan Ramah lingkungan.
-
MEMBUAT EM4 SENDIRI DENGAN MUDAH
2:41 PM MASPARY
Sebagai starter mikroorganisme pada proses dekomposer EM4 menjadi begitu penting dalam dunia pertanian organik. Jika kita harus membeli EM4 tersebut harganya lumayan mahal, padahal ada berbagai cara untuk membuat EM4 sendiri dengan harga bahan baku yang sangat murah. Salah satu caranya adalah sebagai berikut:
BAHAN: - Pepaya matang atau kulitnya 0,5 kg
- Pisang matang atau kulitnya 0,5 kg
- Nanas matang atau kulitnya 0,5 kg
- Kacang panjang segar 0,25 kg
- Kangkung air segar 0,25 kg
- Batang pisang muda bagian dalam 1,5 kg
- Gula pasir 1 kg
- Air tuak dari nira 0,5 liter
- Pepaya, pisang, nanas, kacang panjang, kangkung dan batang pisang muda dihancurkan hingga ukuran menjadi agak halus. Buah harus yang sudah matang atau dapat juga digunakan kulit buah yang tidak dimakan.
- Setelah dihancurkan, campuran bahan tersebut dimasukkan dalam ember.
- Campurkan gula pasir dan tuak dalam ember tadi dan aduk hingga rata.
- Wadah ditutup rapat dan disimpan selama 7 hari
- Setelah 7 hari larutan yang dihasilkan dikumpulkan secara bertahap setiap hari hingga habis.
- Larutan tersebut disaring dan dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat. Larutan tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan.
- Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos.
Cara Pembuatan EM4 Perikanan
Produk EM-4 Perikanan dan Tambak merupakan kultur EM dalam medium cair berwarna coklat kekuning-kuningan yang menguntungkan, berberguna untuk meningkatkan bakteri pengurai bahan organic, menekan pertumbuhan bakteri pathogen, menstimulasi enzim pencernaan dan meningkatkan kualitas air pada tambak.
Manfaat EM-4 Perikanan dan Tambak
§ Meningkatkan pertaha
nan tubuh ikan/udang SR
§ Meningkatkan pertumbuhan dan size ikan/udang GR
§ Meningkatkan imunostimulan / daya tahan ikan/udang
§ Meningkatkan daya tahan tubuh ikan/udang sehingga mengurangi pengunaan Antibiotik.
§ Efisiensi energi dan pengelolaan kualitas air
§ Memfermentasi sisa pakan, kotoran, cangkang udang di dasar tambak
§ Meningkatkan oksigen terlarut (DO) dan air menjadi bersih sehingga tidak diperlukan penggantian air berulang-ulang.
§ Menguraikan gas-gas amoniak, metan dan hydrogen sulfide.
§ Mempertahankan kualitas linkungan
§ Aman dan Ramah lingkungan.
Cara Membuat EM4 Sendiri
Berikut ini cara pembuatan EM yang sudah banyak dilakukan masyarakat, dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah di dapat.
1. Bahan dan alat
- Susu sapi murni dua liter
- Isi perut (lambung) kambing atau sapi secukupnya.
- Gula pasir 1 kg
- Bekatul 1 kg
- Nanas 1 buah
- Terasi ½ kg
- Air bersih 10 liter
- Panci
- Parutan atau blender
- Kompor
2. Cara Membuat
- Haluskan buah nanas dengan mengunakan blender/parutan. Campurkan dengan gula pasir, bekatul, terasi dan air bersih di dalam panci. Masak sampai mendidih, lalu dinginkan.
- Tambahkan susu sapi murni dan isi lambung kambing atau sapi, aduk hingga tercampur rata.
- Tutup panci rapat-rapat hingga 12 jam atau satu hari.
Membuat EM4 dengan bahan Tumbuhan
Mungkin sdh ada yg tahu bhwa membuat EM4 dengan bahan usus hewan menimbulkan bau busuk yg kurang sedap, oleh karena itu, saya tuliskan cara membuat mikroba komposter EM4 dengan bahan2 tumbuhan yang tdk terlalu berbau busuk.
Bahan-bahan
§ Sampah sayur, terutama kacang-kacangan
§ Kulit buah-buahan (papaya, pisang, rambutan, mangga, dsb.)
§ Bekatul, secukupnya
§ Gula merah, sedikit saja
§ Air beras, secukupnya
Cara membuat:
1. Sampah sayur, kulit buah-buahan dan bekatul dicampurkan. Tempatkan misalnya di dalam sebuah ember atau penampung yang lain. Tutup. Sambil kadang-kadang diaduk, biarkan selama satu minggu sampai membusuk sehingga menjadi EM1. EM singkatan dari Effective Microorganism, yaitu jasad renik "ganas" yang akan mempercepat proses pengomposan. Ditengarai dengan angka 1 karena inilah cairan mikroorganisme yang terbentuk setelah mengalami dekomposisi selama satu minggu.
2. Cairan EM1 dicampur dengan sampah sayur dan kulit buah-buahan. Kemudian didiamkan lagi selama satu minggu. Cairan baru yang terbentuk disebut dengan EM2.
3. Cairan EM2 dicampurkan dengan bekatul, gula merah dan air beras. Dan didiamkan lagi selama satu minggu sehingga menjadi EM3.
4. Diamkan lagi selama satu minggu tanpa menambahkan apa-apa. Cairan itu telah menjadi EM4.
Membuat EM4 dengan Mudah
Sebagai starter mikroorganisme pada proses dekomposer EM4 menjadi begitu penting dalam dunia pertanian organik. Jika kita harus membeli EM4 tersebut harganya lumayan mahal, padahal ada berbagai cara untuk membuat EM4 sendiri dengan harga bahan baku yang sangat murah. Salah satu caranya adalah sebagai berikut:
BAHAN:
1. Pepaya matang atau kulitnya 0,5 kg
2. Pisang matang atau kulitnya 0,5 kg
3. Nanas matang atau kulitnya 0,5 kg
4. Kacang panjang segar 0,25 kg
5. Kangkung air segar 0,25 kg
6. Batang pisang muda bagian dalam 1,5 kg
7. Gula pasir 1 kg
8. Air tuak dari nira 0,5 liter
CARA PEMBUATAN:
1. Pepaya, pisang, nanas, kacang panjang, kangkung dan batang pisang muda dihancurkan hingga ukuran menjadi agak halus. Buah harus yang sudah matang atau dapat juga digunakan kulit buah yang tidak dimakan.
2. Setelah dihancurkan, campuran bahan tersebut dimasukkan dalam ember.
3. Campurkan gula pasir dan tuak dalam ember tadi dan aduk hingga rata.
4. Wadah ditutup rapat dan disimpan selama 7 hari
5. Setelah 7 hari larutan yang dihasilkan dikumpulkan secara bertahap setiap hari hingga habis.
6. Larutan tersebut disaring dan dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat. Larutan tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan.
7. Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos.
§ Meningkatkan pertumbuhan dan size ikan/udang GR
§ Meningkatkan imunostimulan / daya tahan ikan/udang
§ Meningkatkan daya tahan tubuh ikan/udang sehingga mengurangi pengunaan Antibiotik.
§ Efisiensi energi dan pengelolaan kualitas air
§ Memfermentasi sisa pakan, kotoran, cangkang udang di dasar tambak
§ Meningkatkan oksigen terlarut (DO) dan air menjadi bersih sehingga tidak diperlukan penggantian air berulang-ulang.
§ Menguraikan gas-gas amoniak, metan dan hydrogen sulfide.
§ Mempertahankan kualitas linkungan
§ Aman dan Ramah lingkungan.
Cara Membuat EM4 Sendiri
Berikut ini cara pembuatan EM yang sudah banyak dilakukan masyarakat, dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah di dapat.
1. Bahan dan alat
- Susu sapi murni dua liter
- Isi perut (lambung) kambing atau sapi secukupnya.
- Gula pasir 1 kg
- Bekatul 1 kg
- Nanas 1 buah
- Terasi ½ kg
- Air bersih 10 liter
- Panci
- Parutan atau blender
- Kompor
2. Cara Membuat
- Haluskan buah nanas dengan mengunakan blender/parutan. Campurkan dengan gula pasir, bekatul, terasi dan air bersih di dalam panci. Masak sampai mendidih, lalu dinginkan.
- Tambahkan susu sapi murni dan isi lambung kambing atau sapi, aduk hingga tercampur rata.
- Tutup panci rapat-rapat hingga 12 jam atau satu hari.
Membuat EM4 dengan bahan Tumbuhan
Mungkin sdh ada yg tahu bhwa membuat EM4 dengan bahan usus hewan menimbulkan bau busuk yg kurang sedap, oleh karena itu, saya tuliskan cara membuat mikroba komposter EM4 dengan bahan2 tumbuhan yang tdk terlalu berbau busuk.
Bahan-bahan
§ Sampah sayur, terutama kacang-kacangan
§ Kulit buah-buahan (papaya, pisang, rambutan, mangga, dsb.)
§ Bekatul, secukupnya
§ Gula merah, sedikit saja
§ Air beras, secukupnya
Cara membuat:
1. Sampah sayur, kulit buah-buahan dan bekatul dicampurkan. Tempatkan misalnya di dalam sebuah ember atau penampung yang lain. Tutup. Sambil kadang-kadang diaduk, biarkan selama satu minggu sampai membusuk sehingga menjadi EM1. EM singkatan dari Effective Microorganism, yaitu jasad renik "ganas" yang akan mempercepat proses pengomposan. Ditengarai dengan angka 1 karena inilah cairan mikroorganisme yang terbentuk setelah mengalami dekomposisi selama satu minggu.
2. Cairan EM1 dicampur dengan sampah sayur dan kulit buah-buahan. Kemudian didiamkan lagi selama satu minggu. Cairan baru yang terbentuk disebut dengan EM2.
3. Cairan EM2 dicampurkan dengan bekatul, gula merah dan air beras. Dan didiamkan lagi selama satu minggu sehingga menjadi EM3.
4. Diamkan lagi selama satu minggu tanpa menambahkan apa-apa. Cairan itu telah menjadi EM4.
Membuat EM4 dengan Mudah
Sebagai starter mikroorganisme pada proses dekomposer EM4 menjadi begitu penting dalam dunia pertanian organik. Jika kita harus membeli EM4 tersebut harganya lumayan mahal, padahal ada berbagai cara untuk membuat EM4 sendiri dengan harga bahan baku yang sangat murah. Salah satu caranya adalah sebagai berikut:
BAHAN:
1. Pepaya matang atau kulitnya 0,5 kg
2. Pisang matang atau kulitnya 0,5 kg
3. Nanas matang atau kulitnya 0,5 kg
4. Kacang panjang segar 0,25 kg
5. Kangkung air segar 0,25 kg
6. Batang pisang muda bagian dalam 1,5 kg
7. Gula pasir 1 kg
8. Air tuak dari nira 0,5 liter
CARA PEMBUATAN:
1. Pepaya, pisang, nanas, kacang panjang, kangkung dan batang pisang muda dihancurkan hingga ukuran menjadi agak halus. Buah harus yang sudah matang atau dapat juga digunakan kulit buah yang tidak dimakan.
2. Setelah dihancurkan, campuran bahan tersebut dimasukkan dalam ember.
3. Campurkan gula pasir dan tuak dalam ember tadi dan aduk hingga rata.
4. Wadah ditutup rapat dan disimpan selama 7 hari
5. Setelah 7 hari larutan yang dihasilkan dikumpulkan secara bertahap setiap hari hingga habis.
6. Larutan tersebut disaring dan dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat. Larutan tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan.
7. Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos.
MANFAAT EM4 PADA KOLAM LELE ATAU TERNAK
Ikan
lele merupakan ikan yang sangat mudah untuk dipelihara. Pakan pun
sangat mudah didapat, bisa dari sisa-sisa nasi dan ampas tahu. Namun
bila dipelihara sekitar 25 balong (1 balong 3000-4000 ekor) cukup
merepotkan. Banyaknya pakan yang diberikan kepada ikan lele mengganggu
pertumbuhan ikan. Bahkan ikan terinfeksi penyakit kudis atau borok.
Kalau tidak
cepat ditangani, banyak ikan yang mati. Karena itu untuk menangani dan
memberi solusi terbaik dalam mengaplikasikan EM4.
LELE yg
mengalami keracunan air yang mengandung amoniak, CO2, H2S dan gas
berbahaya lain sehingga harus diberikan EM4. Karena EM4 bisa mengatasi
pencemaran air akibat akumulasi limbah organik. Teknologi ini
memanfaatkan mikroorganisme yang berpengaruh positif, diinokulasikan
dalam dasar balong. Untuk meningkatkan kualitas air balong, EM4 merubah
proses pembusukan jadi proses fermentasi.
Keuntungan lain
menggunakan teknologi EM4 yang dialami Eddy adalah, meningkatkan daya
tahan,dan kesehatan ikan, memfermentasikan sisa pakan, kotoran yang
terdapat di dasar balong, juga menguraikan gas amoniak, methan dan
hidrogen sulfida yang dapat mengganggu kehidupan ikan. EM4 juga mampu
meningkatkan oksigen terlarut (DO) sehingga air menjadi bersih dan tidak
diperlukan penggantian berulang-ulang karena kualitas air tetap terjaga
serta aman bagi lingkungan. Untuk mendongkrak produksi ikan lele,
syaratnya air harus bagus dan terhindar dari pencemaran. Sementara
mengatasi pencemaran air sendiri kuncinya hanya dengan teknologi EM4.
Kemerosotan
kualitas air yang disebabkan limbah merupakan masalah utama yang sering
dihadapi para peternak. Limbah-limbah tersebut akan menimbulkan gas-gas
beracun yang menyebabkan terjangkitnya penyakit ikan karena mengalami
stress. Limbah tersebut juga mengakibatkan produksi akan merosot dan
menimbulkan kematian. Karena dengan sosialisasi dan aplikasi EM4,
sebenarnya
Teknologi EM pertama kali dikembangkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari
Universitas Ryukyus, Jepang pada tahun 1980. EM merupakan kultur
campuran dari mikroorganisme fermentasi (peragian) dan sintetik
(penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang ) untuk
memfermentasi bahan organic. Bahan organic tersebut berupa sampah,
kotoran ternak, serasah, rumput dan daun-daunan. Melalui proses
fermentasi bahan organic diubah kedalam bentuk gula, alcohol dan asam
amino sehingga bias diserap oleh tanaman. Dewasa ini Teknologi EM telah
diterapkan secara luas dalam bidang pertanian, kehutanan, pengolahan
limbah dan kesehatan.
Teknologi EM di
Indonesia telah dimasyarakatkan kepada petani sejak tahun 1993, setelah
dilakukan usaha-usaha penelitian dan pengujian dalam skala terbatas
oleh lembaga penelitian swasta dan universitas dari tahun 1990 sampai
1993. Usaha pemasyarakatan Teknologi EM di Indonesia pada walnya
diprakarsai oleh yayasan Indonesian Kyusei Nature Farming Societies,
Merupakan lembaga non pemerintah yang bergerak dalam bidang penelitian
dan pengembangan pertanian akrab lingkungan yang berkelanjutan dengan
masukan rendah
1. Apakah yang dimaksud dengan Effective Microorganisms (EM)?
EM merupakan
kultur campuran dari microorganisms yang menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman. EM diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan kergaman
dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya
dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas
produksi tanaman.
2. Dari manakah konsep dan teknologi EM berasal?
Teknologi,
konsep penerapan EM dalam bidang pertanian telah dilakukan secara
mendalam oleh Prof. Dr. Teruo Higa di Universitas Ryukyus, Okinawa,
Jepang. Dalam skala luas, EM telah diterapkan oleh petani organic di
Jepang, Thailand, Brazil, Amerika Serikat, Indonesia, Philiphina,
Srilangka, Cina, Korea Selatan, Taiwan, India, Perancis, Malaysia, New
Zealand, Laos, Myanmar,, dll. Dari tahun 1989 sampai saat ini,
pengembangan teknolgi EM masih terus dilakukan.
3. Apakah EM hanya diterapkan pada tanah dan tanaman saja?
Disamping
diterapkan pada tanah dan tanaman, EM juga dapat diterapkan dalam
pengolahan limbah untuk mempercepat penguraian air limbah, memperbaiki
tanah dasar tambak untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan udang,
disemprotkan pada kandang ternak untuk menghilangkan polusi bau pada
limbah ternak, dicampurkan pada air minum dan makanan ternak untuk
memperbaiki mikroorganisme yang ada dalam perut ternak sehingga
pertumbuhan dan produksi ternak menjadi meningkat.
4. Apakah mikroorganisme yang terkandung di dalam formula EM merupakan mokroorganisme asing?
Tidak. Kultur
EM tidak mengandung suatu mikroorganisme asing. EM terbuat dari kultur
campuran spesies mikroorganisme alami yang terdapat dalam lingkungan
alam dimanapun. Mikroorganisme EM bukan hasil rekayasa genetik.
Mikroorganisme yang terdapat di EM yang dipasarkan di Indonesia, adalah
jenis mikroorganisme alami yang ada/hidup di Indonesia.
5. Jika kultur EM mengandung mikrrorganisme yang terdapat di alam, apakah keuntungan menggunakan EM?
Prof. Dr. Teruo
Higa telah menekuni penelitiannya untuk mengisolasi dan menyeleksi
berbagai mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan bagi tanah
dan tanaman. Beliau telah menemukan mikroorganisme yang dapat hidup
bersama dalam kultur campuran dan secara fisiologis mempunyai kecocokan
di antara mikroorganisme tersebut. Sewaktu kultur campuran tersebut
diperkenalkan pada setiap individu, mikroorganisme secara cepat
bertambah dalam aksi sinergistik (saling menunjang).
6. Jenis mikroorganisme apakah yang terkandung di dalam EM dan bagaimana fungsinya?
Mikroorganisme yang terdapat di dalam EM terdiri dari: Lactobacillus (bakteri asam laktat), bakteri fotosintetik, Actinomycetes, Strepmyces sp,
dan ragi. EM meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik,
meningkatkan ketersediaan nutrisi terhadap tanaman serta menekan
aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.
7. Bagaimana cara kerja EM?
Cara kerja EM telah dipublikasikan secara ilmiah yang menunjukan bahwa EM dapat
(a) menekan pertumbuhan patogen tanah,
(b) mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik,
(c) meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman,
(d) meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan, seperti ;Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut, fosfat, dll.
(e) Memfiksasi nitrogen,
(f) Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.
Dengan cara
tersebut EM dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen yang
selalu merupakan masalah pada budidaya monokultur dan budidaya tanaman
sejenissecara terus menerus (continuous cropping). EM memfermentasikan sisa-sisa pakan dan kulit udang/ikan pada tanah dasar tambak, sehingga gas beracun (metan, dan H2S, Mercaptan,
dll) dan panas pada tanah dasar tambak menjadi hilang, untuk
selanjutnya udang/ikan dapat hidup dengan baik. Dengan cara yang sama EM
juga memfermentasikan limbah dan kotoran ternak, hingga lingkungan
kandang menjadi tidak bau, ternak tidak mengalami stress sehingga nafsu
makannya meningkat. EM yang diminumkan dengan dosis 1 : 1000 pada
minuman ternak, hidup dalam usus ternak, berfungsi untuk menekan
populasi mikroorganisme pathogen di dalam usus sehingga ternak menjadi
sehat.
8. Sewaktu
bahan organik dimasukkan ke dalam tanah, apakah mikroorganisme yang
terkandung di dalam EM secara alami juga terdapat/hidup di dalam tanah?
Ya. Umumnya
limbah organik, termasuk kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos,
mempunyai populasi mikroorganisme aslinya. Beberapa diantaranya
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, dan ada juga yang merugikan.
Akan tetapi sewaktu limbah organik dimasukkan ke dalam tanah,
mikroorganisme yang merugikan secara cepat menyebar dan menjadi dominan
di dalam tanah. Oleh karena itu, mikroorganisme yang menguntungkan yang
terdapat di dalam bahan organik biasanya hidup dalam jangka waktu yang
pendek.
9. Apakah EM juga mengalami hidup dalam jangka waktu yang pendek/stress/mati setelah diaplikasikan pada lingkungan tanah?
Ya, pada
beberapa taraf tertentu. Akan tetapi keuntungan menggunakan EM adalah
populasi mikroorganisme yang menguntungkan di dalam tanah lebih besar
daripada populasi mikroorganisme yang merugikan. Jika limbah organik
tersedia, EM menjadi dominan di dalam tanah dalam jangka waktu yang
lebih lama.
10. Bagaimanakah cara memperpanjang efektivitas EM di dalam tanah?
Hasil
penelitian telah membuktikan bahwa pemberian EM sebanyak 4 kali pada
tanaman setahun, contohnya padi, sayur, palawija, dll. Dari minggu
pertama sampai menggu keenam, dalam interval waktu 7-10 hari, dapat
memperpanjang efektivitas EM. Pada tanaman tahunan, seperti karet, kopi,
panili, anggur, dll, EM diaplikasikan secara kontinyu dalam interval
waktu 3-4 minggu. Hal tersebut dapat menjamin populasi EM yang tinggi di
dalam tanah sampai tanaman melewati periode kritis akibat stres
lingkungan (kekeringan, kepanasan, gulma, patogen). Dalam periode kritis
tersebut, tanaman paling banyak kehilangan kemampuan produksinya. Akan
tetapi, dengan perlakuan EM, tanaman akan melewati periode kritis dengan
baik, penampakan tanaman menjadi tegar, sehat dan tahan terhadap stres
lingkungan. Kombinasi perlakuan EM dan pupuk organic (pupuk kandang,
pupuk hijau, kompos, dll) akan mempercepat perkembangan populasi EM di
dalam tanah, sehingga efektivitasnyapun meningkat.
11. Apakah penambahan bahan organik ke dalam tanah merupakan suatu hal yang mutlak?
Ya. Penambahan
bahan organik (pupuk kandang, pupuk hijau, kompos atau sisa-sisa
tanaman) ke dalam tanah sangatlah diperlukan untuk kehidupan
mikroorganisme di dalam tanah. Bahan organik di dalam tanah difermentasi
oleh EM, hasil fermentasi tersebut berupa gula alkohol, asam laktat,
asam amino, dan senyawa organik lainnya, yang dapat diserap langsung
oleh perakaran tanaman melalui proses osmose.
12. Berapa jumlah bahan organik yang harus dimasukkan ke dalam tanah dan kapan saat pemberiannya yang tepat?
Bahan organik
dicampur ke dalam tanah sebanyak 1-10 ton per hektar. Pada tanaman
setahun, bahan organik di campurkan pada saat 1 minggu sebelum tanam,
sedangkan pada tanaman tahunan, bahan organik diberikan setiap 3 bulan
sekali.
13. Bagaimana cara mengumpulkan bahan organik sejumlah tersebut?
Umumnya petani
tidak memperhatikan pentingnya bahan organic dalam meningkatkan
kesuburan tanah. Bahan organik dalam pertanian di Negara berkembang
sangatlah berlimpah dan mudah didapat, misalny jerami, sekam, sampah
pasar, sisa-sisa tanaman, serasah, kotoran hewan, dll. Akan tetapi mudah
didapat merupakan bahan organik yang paling baik digunakan untuk
meningkatkan kesuburan tanah karena biayanya murah.
14. Apakah EM hanya diaplikasikan pada tanah saja?
Tidak.
Disamping pada tanah, EM juga dapat diaplikasikan pada seluruh permukaan
tubuh tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan EM pada
permukaan daun dapat meningkatkan aktivitas fotosintesa tanaman dan
menekan pertumbuhan patogen yang terdapat pada permukaan tanaman.
15. Berapa konsentrasi dan dosis EM yang tepat sewaktu diaplikasikan pada tanah atau permukaan tanaman?
EM dicampurkan
dalam air pada konsentrasi 3-10:1000, dengan dosis 8-10 liter per ha per
musim tanam. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada permukaan
tanaman atau disiramkan pada permukaan tanah, atau bersama-sama
dialirkan dalam pengairan.
16. Tidakkah EM merusak lingkungan jika diaplikasikan dalam dosis yang tinggi secara kontinyu?
Tidak. EM tidak
merusak lingkungan walaupun diaplikasikan dalam dosis yang tinggi
secara kontinyu, karena EM bukan merupakan mikroorganisme asing dan
secara alami sudah terdapat di dalam tanah. Populasi EM di alam akan
diseimbangkan sesuai dengan lingkungan (bahan organik, air, suhu, O2,
dll) yang tersedia di dalam tanah.
17. Dapatkah EM meningkatkan kualitas limbah organik, sampah, atau limbah organik pada industri?
Ya. EM telah
digunakan secara efektif untuk menanggulangi masalh bau limbah
pertanian, sampah kota, hotel, restoran dan rumah tangga, serta limbah
organik industri, untuk menghilangkan bau busuk yang ditimbulkan dengan
mempercepat proses penguraian limbah organik tersebut. EM juga digunakan
untuk mempercepat proses pengomposan (Bokashi).
18. Apakah EM efektif diaplikasikan terhadap seluruh tanaman dan tanah?
Ya. Penelitian
tentang EM telah dilakukan pada beberapa jenis tanaman dan tanah dalam
kondisi agroekologi yang berbeda-beda. Hasilnya menunjukkan bahwa EM
memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah.
19. Dapatkah teknologi EM dipertimbangkan sebagai pengganti praktek manajemen pertanian lainnya?
Tidak. EM bukan
merupakan pengganti praktek manajemen pertanian lainnya. Teknologi EM
merupakan dimensi tambahan untuk mengoptimumkan praktek manajemen tanah
dan tanaman, seperti pada rotasi tanaman, penambahan bahan organic,
konservasi pengolahan tanah, daur ulang limbahpertanian dan pengendalian
biologi. Jika digunakan dengan tepat, EM secara nyata dapat
meningkatkan hasil pertanian yang telah diterapkan. EM dapat
meningkatkan pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi tanaman,
memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah, kesuburan dan
produktivitas tanah, serta mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida
kimia.
20. Bagaimana EM dapat menekan pertumbuhan serangga hama?
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa EM dapat memfermentasikan bahan organic
yang terdapat di dalam tanah dengan melepaskan hasil fermentasi berupa
gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino, dan senyawa organik
lainnya. Fermentasi bahan organik tidak melepaskan panas dan gas yang
barbau busuk. Serangga hama tidak tertarik untuk bertelur atau mentaskan
telurnya di dalam kondisi tanah tersebut. Akhirnya siklus hidup
serangga di dalam tanah dan tanaman menjadi terputus dan tingkat
serangan hama menjadi menurun.
21. Apakah EM juga dapat menekan pertumbuhan nematode parasit tanaman?
Ya. Hasil fermentasi bahan organik tanah menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan jamur pemangsa nematode (nematode trapping fungi), yang dapat menurunkan populasi nematode parasit tanaman di dalam tanah.
22. Jika EM dapat mengendalikan serangga hama, nematode dan penyakit tanaman, apakah EM merupakan pestisida?
Tidak. EM bukan
merupakan pestisida dan tidak mengandung bahan kimia. EM merupakan
mikroorganisme inokulan yang diperkenalkan pada tanah dan tanaman yang
berfungsi sebagai pengendali biologis dalam menekan/mengendalikan hama
atau penyakit tanaman.
23. Apakah EM telah diterapkan di pertanian Indonesia?
Teknologi EM
telah dikenalkan di Indonesia sejak tahun 1990. Pengenalan Teknologi EM
dilakukan bekerja sama dengan pusat-pusat pelatihan pertanian swadaya,
kontak tani dan kelompok-kelompok tani. Penerapannya dilakukan oleh
petani, peternak (ayam, babi, sapi) dan nelayan (udang dan ikan). Dari
hasil pengamatan di lapangan, serta hasil percobaan yang telah dilakukan
di Indonesia sejak tahun 1990, membuktikan bahwa EM mampu beradaptasi
dan memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman, ternak, udang dan ikan.
24. Apa fungsi dari asam laktat, asam butirat, etil alkohol, karbohidrat dan etanol?
Merupakan
senyawa organik yang dapat melarutkan ion-ion (unsur hara) di dalam
tanah. Terlarutnya ion-ion tersebut menjadikannya mudah terserap oleh
tanaman. Lain halnya dengan proses pembusukan bahan organik, ion-ion
yang dilepaskan dari proses pembusukan tidakdalam bentuk terlarut akan
tetapi masih terikat denga molekul-molekul /ion-ion lainnya, teritama
golongan logam berat. Disini jelaslah perbedaan hasil dari proses
pembusukan dengan fermentasi.
25. Bagaimanakah
reaksi-reaksi dari asam laktat, asam butirat, etil alkohol, karbohidrat
dan alkohol, sehingga dapat diserap oleh tanaman dan berpengaruh pada
tanah?
Senyawa organik
yang dilepaskan dari hasil fermentasi bersifat stabil, tidak mudah
menjadi reaksi oksidasi maupun reduksi, yang terkenal dengan istilah
kondisi antioksidasi (antioxidative condition) dan senyawa anti
oksidasi tersebut dikenal dengan istilah antiosidan. Sebaliknya, ion-ion
yang dihasilkan dari proses pembusukan berada dalam kondisi oksidasi
atau reduksi, yang dikenal dengan istilah kondisi oksidasi (Oxidative condition).
Ion oksidasi tersebut sangat labil dan sukar tersedia bagi tanaman.
Senyawa antioksidan mengandung ion yang stabil, tidak mudah bereaksi,
sehingga mudah diserap oleh perakaran tanaman yang menyebabkan tanaman
menjadi subur.
26. Mengapa di dalam tanah yang terfermentasi oleh EM, Hama tidak tertarik untuk bertelur?
Karena di dalam
tanah yang terfermentasi tidak melepaskan panas dan bau busuk. Secara
naluriah, serangga tidak mau bertelur di dalam tanah tersebut, karena
siklus hidup serangga (telur, larva, serangga) menjadi terputus. Ledakan
hama selalu terjadi pada tanah yang mengalami proses pembusukan
(putrefactive soil), bukan dalam tanah yang terfermentasi (fermentative soil).
Pada tanah yang sering diberi perlakuan pupuk kimia dan pestisida,
cenderung menjadi tanah pembusuk. Sebaliknya tanah yang sering diberi
bahan organik pupuk kandang/kompos, cenderung menjadi tanah fermentatif.
Inokulasi EM menunjang kondisi tanah menjadi tanah zymogenic (fermentative).
27. Mengapa penyemprotan EM dapat meningkatkan aktivitas fotosintesa tanaman?
Karena EM
menekan pertumbuhan patogen yang hidup pada permukaan daun, sehingga
jumlah klorofil daun menjadi meningkat. Disamping itu, melalui proses
reaksi biokimia, EM melepaskan enzim-enzim yang mendukung berlangsungnya
foto sintesa di daun.
28. Fungsi dari masing-masing organisme tersebut baik pada tanaman maupun pada tanah?
EM terdiri dari
5 (lima) jenis mikroorganisme utama, yaitu bakteri fotosintetik, ragi,
Lactobacillus, Actinomycetes dan Streptomyces, yang bekerja secara
sinergis (saling menunjang) untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
(a) Bakteri
fotosintetik berfungsi untuk mengikat nitrogendari udara bebas,memakan
gas-gas beracun dan panas dari hasil proses pembusukan, sehingga polusi
di dalam tanah menjadi berkurang.
(b) Ragi
berfungsi untuk memfermentasi bahan organik tanah menjadi
senyawa-senyawa organic (dalam bentuk alkohol, gula, dan asam amino)
yang siap diserap oleh perakaran tanaman.
(c)
Lactobacillus berfungsi untuk memfermentasi bahan organik menjadi
senyawa-senyawa asam laktat yang dapat diserap oleh tanaman.
(d)
Actinomycetes dan Streptomyces berfungsi untuk menghasilkan
senyawa-senyawa antibiotik yang bersifat toksik terhadap
patogen/penyakit, serta dapat melanjutkan ion-ion fosfat dan ion-ion
mikro lainnya.
29. Apakah yang menjadi indikasi bahwa sampah organik yang telah yang telah diberi EM sudah terfermentasi?
Bahan organic yang telah terfermentasi menimbulkan aroma asam dan manis seperti bau tape dan tidak panas.
30. Apakah tanah zymogenic itu?
Tanah zymogenic
adalh tanah yang banyak mengandung mikroorganisme fermentasi, seperti
ragi, Lactobacillus, bakteri fotosintetik,, dll, yang dalam aktivitasnya
memfermentasi bahan organic tanah.
31. Apakah dengan menggunakan EM masih perlu menggunakan pupuk kandang dan pupuk kimia?
Penggunaan
pupuk kandang, kompos, dll, mutlak diperlukan, yang berguna sebagai
sumber energi bagi mikroorganisme yang terdapat di dalam EM, sedangkan
untuk pupuk kimia, tetap digunakan namun dosisnya dikurangi sampai
dengan setengahnya untuk menekan biaya produksi.
32. Kondisi lingkungan yang bagaimanakah yang cocok untuk pengaplikasian EM?
Kondisi apapun cocok untuk aplikasi EM, asalkan terdapat bahan organik untuk media hidup dan sebagai sumber hidupnya.
33. Apakah dengan menggunakan Em masih perlu menggunakan pestisida?
Sebaiknya
pestisida diterapkan dalam keadaan yang sangat mendesak, pada saat
terjadi ledakan hama yang tidak dapat ditanggulangi lagi dengan cara
lain, karena penerapan pestisida secar kontinu dengan dosis tinggi akan
menurunkan populasi EM di dalam tanah.
34. Apakah EM dapat dicampurkan dengan pestisida (insektisida, fungisida, dan bakterisida)?
Tidak. Karean
EM adalh mahluk hidup, yang bila dicampur dengan pestisida akan mati.
Penerapan EM pada daun batang tanaman 1 (satu) mingu setelah penerapan
pestisida masih dapat ditolerir. Pemberian bahan organik dan EM ke dalam
tanah dapat menetralkan residu di dalam tanah.
35. Bagaimana cara membuat kompos dengan Teknolgi EM?
Kompos yang
dibuat dengan teknologi disebut Bokashi. Bahan bakunya dapat terdiri
baerbagi bahan organic, seperti misalnya jerami padi, pupuk kandang,
dedak (padi), sekam, gula pasir, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar