Bioflok: Suplemen Alami Bagi Ikan
Istilah ini banyak dibahas di komunitas pembudidaya beberapa waktu lalu. “Pakan herbal” ini dikatakan mampu menghemat penggunaan pakan karena diperlukan sedikit saja (2-3 sendok setiap pemberian pakan). Pun, karena “pakan herbal” ini berbentuk tepung, maka dengan mudah akan larut dalam air. Bahan organik pada “pakan herbal” yang bercampur dengan kotoran ikan kemudian menjadi nutrisi terlarut dalam air dimana ikan cukup “meminumnya” saja. Apakah mungkin?
Ada dua hal yang rasanya perlu diperhatikan mengenai pernyataan di atas. Pertama, bagi sebagian besar pembudidaya, yang disebut pakan herbal adalah tambahan bahan-bahan alami seperti tumbuhan, buah-buahan, rempah-rempah, atau ikan berukuran kecil (runcah). Biasanya, petani ikan akan menambahkan daun pepaya atau eceng gondok yang langsung disebar ke kolam.
Petani yang sekaligus ingin menghemat penggunaan pakan pabrikan juga tidak jarang meracik sendiri pakannya. Terdiri dari bekatul, ampas tahu, bawang putih, jahe dan sebagainya, racikan kemudian dibentuk seperti pelet. Penggunaan pakan herbal pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu mencegah serangan penyakit sehingga ikan lebih sehat. Kedua, prinsip “pakan herbal” yang larut dan bersatu dengan kotoran ikan lalu dapat dimanfaatkan ikan sebagai pakan adalah prinsip yang serupa dengan bioflok.
Bioflok—sesuai namanya yang merupakan gabungan dari kata “bios” (kehidupan) dan “flock” (gumpalan)—adalah kumpulan dari berbagai organisme seperti bakteri, mikroalga, protozoa, ragi dan sebagainya, yang tergabung dalam gumpalan.
Jika pakan herbal yang sebelumnya disebutkan menambahkan tanam-tanaman, budidaya menggunakan sistem bioflok ini menambahkan organisme hidup (probiotik) yang berperan tidak hanya sebagai pakan tambahan alami bagi ikan tetapi juga menjaga kualitas air sehingga ikan lebih sehat.
Untuk menginisiasi tumbuhnya organisme tersebut, biasanya pada kolam ditambahkan kultur bakteri jenis Bacillus sp (B. subtilis, B. licheniformis, B. megaterium, B. polymyxa) atau ragi (jenis Saccharomyces), dan molase/tetes tebu sebagai nutrisi bagi bakteri. Mikroba ini kemudian akan berkembangbiak dan karena media perairan budidaya sistem bioflok sudah dikondisikan, maka tumbuh pula protozoa, mikroalga, ragi dan bakteri-bakteri menguntungkan lainnya.
PRINSIP BIOFLOK
Berdasarkan riset bioflok pada lele yang dilakukan DJPB KKP, keuntungan penerapan sistem bioflok ini antara lain:
- Sedikit pergantian air, karena flok harus terjaga agar tetap menjadi gumpalan.
- Efisien pakan (FCR bisa mencapai 0,7)
- Pada tebar bisa lebih tinggi (mencapai 3000 ekor/m3)
- Produktivitas tinggi
Bagi Anda, khususnya pembudidaya lele, yang tertarik akan teknis pembuatan sistem bioflok, silakan klik link ini untuk mendapatkan petunjuk teknis (juknis) dari KKP.
Sumber:
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, 2013. Budidaya Ikan Lele Teknologi Bioflok.
Avnimelech, 2011. Biofloc Technology. Israel Institute of Technology. https://cals.arizona.edu/azaqua/ista/ISTA9/PDF’s/Yoram-BFT%20Brief%20Summary%205.3.11.pdf
Trobos, 2011. Pakan Herbal Untuk Gurami. http://www.trobos.com/detail-berita/2011/11/01/15/3181/pelet-herbal-untuk-gurami
Siregar, 2016. Keuntungan Menerapkan Sistem Bioflok pada Budidaya Perikanan. http://www.isw.co.id/single-post/2016/08/29/Keuntungan-Menerapkan-Sistem-Bioflok-pada-Budidaya-Perikanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar