Senin, 15 Januari 2018

PEMBUATAN PAKAN IKAN (sumber :http://wicaramina.blogspot.co.id)

Upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan efisiensi penggunaan pakan perlu dilakukan guna meningkatkan produksi hasil budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta meminimalkan produksi limbah pada media budidaya. Permasalahan yang dihadapi para pembudidaya adalah harga pakan terus meningkat. Peningkatan harga ini dipicu oleh rendahnya suplai bahan baku pakan terutama tepung ikan dan minyak ikan yang  diimpor dari luar. Salah satu upaya pemecahannya adalah mencari pakan altdernatif yang lebih murah untuk menekan biaya yakni pembuatan pakan secara mandiri dengan bahan baku lokal. Lebih dari itu adalah bagaimana cara membuat pakan murah dengan teknologi sederhana serta menjaga mutunya.
Sistem produksi pellet murah skala kecil dapat menggunkan mesin  pelet sederhana atau dapat juga menggunakan mesin giling daging. Produksi pellet murah dengan mesin sederhana yang diterapkan di tingkat masyarakat pembudidaya meliputi beberapa proses tahapan, yaitu 1) pemilihan bahan baku yang tersedia; 2) penghalusan bahan; 3) penyiapan bahan adonan; 4) pencampuran; 5) pencetakan; 6) pengeringan; 7) pengemasan; dan 8) penyimpanan.
Pemilihan Bahan Baku 
Bahan baku pakan berasal dari berbagai sumber, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah kandungan nutrien esensial, kecernaan, ada tidaknya anti nutrisi dan zat toksik, ketersediaan secara komersial, dan harga. Bahan hewani dan nabati merupakan sumber bahan baku yang umum digunakan. Namun demikian, limbah dari suatu proses industri seperti industri penangkapan ikan dan pengalengan ikan dapat digunakan sebagai bahan pakan.
Tabel 1. Sumber-Sumber Protein, Lemak dan Karbohidrat untuk Pembuatan Pakan Ikan
Protein
Lemak
Karbohidrat
Tepung darah
Minyak jagung
Tepung terigu
Tepung ikan
Minyak hati ikan kord
Singkong
Tepung kopra
Minyak kelapa
Tepung jagung
Tepung tulang & daging
Minyak biji kapuk
Pati jagung
Tepung kepala udang
Minyak hati ikan Pollack
Dedak/katul
Tepung cumi
Minyak hati tuna
Pati sagu
Ikan rucah
Minyak hati cumi
Rumput laut
Yeast
Minyak kedele

Pemilihan bahan baku pakan sangat ditentukan oleh jumlah nutrien esensial yang dikandungnya. Bahan baku pakan yang kaya protein dan memiliki profil asam amino yang baik biasanya lebih mahal sehingga biaya menjadi kendala dalam penggunaannya. Ketersediaan nutrien secara biologis (bioavailability) dari suatu bahan baku bervariasi dan ini akan mempengaruhi jumlah penggunaaan dalam suatu ransum.


Tabel. 2.  Koefisien Daya Cerna Protein (APDC) Beberapa Bahan Baku untuk Hewan Budidaya

Kultivan
Bahan baku
APDC (%)
Udang windu
Tepung ikan
Tepung kedele (tanpa lemak)
Tepung cumi
Tepung udang
Tepung kepala udang
Tepung tulang & daging
Yeast Candida sp.
Tepung kopra
61
93
96
95
89
74
93
75
Ikan bandeng
Ikan mas
Sea bream
Lele
Tepung ikan
Tepung kedele (tanpa lemak)
Tepung ikan (white FM, ekstrak secara mekanik)
Tepung kedele (ekstrak pelarut)
Tepung ikan (white FM, ekstrak secara mekanik)
Tepung kedele (ekstrak pelarut)
45-81*
45-94*
95
81-96
61-87
72-84
Pada umumnya ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan protein lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada di antara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20-60 %, dan optimum 30-36 %. Dalam penyusunan suatu ransum pakan, beberapa sumber protein yang digunakan dicampur guna memenuhi kebutuhan minimal asam amino tersebut di atas. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kecernaan bahan baku dan ketersediaan asam amino yang dikandungnya. Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku pakan yang baik, oleh karena komposisi asam amino hampir sesuai dengan udang. Pada umumnya pakan udang komersial memiliki kandungan protein 35-50 %. Jika kadar protein terlalu rendah, laju pertumbuhan akan menurun. Selain kandungan protein pakan ikan juga harus memenuhi kandungan gizi lain seperti lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dalam porsi yang sesuai dengan kebutuhan.

Penghalusan Bahan

Gbr. 1.  Mesin Giling/Penepung Bahan
Untuk meramu formula pakan, bahan-bahan yang akan dijadikan adonan harus direduksi ukuran partikelnya hingga sehalus mungkin, ukuran partikel yang kasar dapat menurunkan kualitas pakan karena tingkat digestibility-nya menjadi rendah dan pellet mudah remuk/hancur. Biji-bijian harus dikeringkan terlebih dahulu hingga kadar air tidak lebih dari 10 %. Khusus untuk kacang kedelai harus disangrai atau dipanaskan menggunakan oven untuk menghilangkan zat anti tumbuh yang terkandung di dalamnya. Zat ini dikenal dengan sarmine protease inhibitor. Mesin giling tepung (dish mill) digunakan untuk menghancurkan dan menghaluskan bahan dengan mesh 0,5 mm, hasil gilingan bahan diayak dengan saringn mesh 100, sudah cukup halus untuk campuran pellet.

Penyiapan dan Pencampuran Bahan Adonan

Gbr. 2.  Mesin Pengaduk Bahan  (Mixer) Skala Kecil
Semua komponen bahan pakan harus mampu dicampur menjadi adonan yang homogen sehingga siap dicetak menjadi pellet. Penentuan proporsi masing-masing bahan didasarkan atas kandungan protein, berat jenis dan harga masing-masing bahan. Setelah semua komponen bahan pakan siap sesuai kualifikasi, kemudian masing-masing ditimbang sesuai porsi. Sebelumnya jumlah adonan yang dibuat untuk campuran harus disesuaikan dengan kapasitas mixer yang akan dipakai. Bahan yang sudah tertimbang dimasukkan ke dalam mixer dan dilakukan pencampuran sekitar 10 menit untuk menjamin homogenitas adonan.

Pencetakan
Dalam proses pencetakan ada beberapa opsi kualitas dan tipe pellet yang diharapkan yaitu:
a.    Berat jenis besar, kompak, namun kecepatan produksi lebih lambat;
b.   Kecepatan produksi tinggi namun pellet lebih ringan dan kurang kompak;
c.    Pellet ringan tapi kompak (pellet apung).

Gb. 3.  Pencetakan Pellet dengan Mesin Giling Daging
Masuknya bahan adonan dengan kadar air 30% ke dalam mesin pencetak digilas dan ditekan dengan scruw menuju lubang cetakan dengan tekanan yang stabil memaksa bahan adonan terakumulasi dalam lubang cetak dan akhirnya keluar melewati lubang cetak. Gesekan mesin cetak dengan adonan menimbulkan efek panas. Energi panas diserap oleh bahan dan terjadi peningkatan suhu pada bahan adonan sehingga pakan dapat lebih kompak, padat dan tidak mudah hancur dalam air. Prinsip dalam proses pencetakan ini adalah daya tekan roller harus  besar dan konstan. Jika tidak maka pellet tidak terbentuk dan terjadi kemacetan.

Pengeringan 
Pellet yang sudah selesai dicetak  harus segera dikeringkan. Masyarakat pada umunya menjemurnya di bawah terik matahari. Pengeringan menggunakan energi alam seperti ini dirasa cukup efisien, meskipun hasilnya kurang bagus karena terjadi kerusakan dan penurunan kadar protein. Pengeringan pakan menggunakan mesin pengering yang lengkap dengan pengatur suhu hasilnya lebih baik. Pengaturan suhu untuk tujuan pengeringan pakan tidak boleh lebih  70 oC . Kadar air pellet yang disarankan  berkisar antara  8-10 %.

Gbr. 4.  Pengeringan dengan Sinar Matahari
Pengemasan 
Pada saat ini proses pengemasan sudah menjadi hal yang mutlak dalam usaha pembuatan pakan ikan karena dengan pengemasan yang baik, proses penurunan mutu dapat ditekan. Wadah untuk mengemas pakan sangat bervariasi, mulai dari karung plastik, kertas semen dan plastik tebal untuk kapasitas besar dan aluninium untuk kapasitas kecil.

Gbr. 5.  Pengemasan Pellet dengan Karung Berlapis Plastik
Penyimpanan
Gbr. 6.  Penempatan/penyimpanan Pakan
Terdapat tiga masalah dalam proses penyimpanan, yakni serangga, organisma mikroskopis dan perubahan iklim yang semuanya akan menyebabkan perubahan kualitas, kerusakan fisik, bau tengik, dan berjamur, kehilangan bobot, resiko kesehatan ikan dan ekonomis. Kontaminasi mikro organisme seperti bakteri dan jamur tidak dapat hidup pada kelembaban di bawah 20%.  Efek kerusakan pada pakan akibat jamur antara lain: 1) Produksi racun mycotoxin, 2) Timbulnya panas, 3) Naiknya kelembaban, dan 4) Munculnya jamur. Perubahan deteriotif pada bahan baku dan pakan hampir selalu terjadi dan ini berhubungan dengan kandungan lipid/lemak pada pakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses deteriotif adalah faktor lingkungan (temperatur, kelembaban, kebersihan lingkungan), kehadiran serangga dan mikroorganisma. Ketengikan merupakan gabungan dari 3 proses, yaitu: oksidasi, hidrolisis dan pembentukan koton. Banyak faktor yang mempengaruhi oksidasi lipid yaitu enzim, hematin, peroksida, cahaya, temperatur dan katalis dari logam berat.
Pakan yang sudah dikemas dalam karung harus disimpan pada tempat/gudang dengan persyaratan tertentu antara lain:
a.    Tempat kering, bersih sejuk, tidak lembab dan berventilasi
b.   Penyimpanan pakan diletakan di atas rak kayu (fallet)
c.    Hindari penyimpanan langsung diatas lantai
d.   Hindari cahaya matahari langsung
e.   Pakan tidak lebih dari 3 bulan sejak produksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...