Selasa, 30 Januari 2018

PARAMETER KUALITAS AIR
(sumber : https://akutresno.wordpress.com/2012/02/26/parameter-kualitas-air/)

Air diperlukan bagi kehidupan organisme.  Peranan air bagi kehidupan semakin meningkat dengan majunya kebudayaan manusia.  Kalau air tersebut digunakan oleh organisme untuk keperluannya, misalnya ikan maka kualitas airnya harus sesuai dengan air yang dibutuhkan oleh ikan itu (Wardoyo 1981).
   Kualitas air dalam hal analisis kualitas air mencakup keadaan fisik, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian, industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya (Asdak 1995).  Menurut Lagler (1997) didalam lingkungan perairan ada tiga unsur pokok yang mempengaruhi kehidupan biota perairan.  Pertama adalah unsur fisik yang berupa sifat-sifat fisika air seperti suhu, kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran serta berat jenis. Unsur kedua adalah sifat kimiawi air seperti pH, kadar oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, alkalinitas dan lain-lainnya.  Unsur ketiga adalah yaitu sifat-sifat biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai dan pengurai.  Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber alam pokok yaitu sinar matahari dan iklim. 
Banyak jenis binatang dan tumbuhan yang sama, hidup baik di sungai maupun di danau, dan banyak dari adaptasi yang mereka perlukan ternyata sama. Disebabkan keadaan fisik sungai dan danau sangat berbeda satu sama lain kebiasaan-kebiasaan jenis binatang dan tumbuhan yang sama ini perlu perhatian yang berbeda (Anwar  1984). Transparansi air berhubungan dengan kedalaman air, dimana hubungannya adalah pada daya tembus atau intensitas penetrasi cahaya matahari. Semakin dalam suatu perairan, maka akan semakin kecil daya tembus cahayanya.   Penetrasi cahaya ini berhubungan juga dengan fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya (Cholik 1991).
Danau buatan, tentu saja bervariasi tergantung daerahnya dan pengairan alaminya. Umumnya danau buatan ditandai dengan fluktuasi permukaan air dan air turbiditas yang tinggi. Produksi dari bentos sering lebih kecil di danau buatan dibandingkan dengan di danau alam.  Neraca panas dari danau buatan dapat berbeda banyak dari danau alam, tergantung dari perencanaan dari dam.  Bila air dilimpahkan dari dasar, seperti dam yang didirikan untuk pembangkit tenaga listrik, air yang dibuang itu dingin, kaya makanan tapi miskin O2 , sementara air yang hangat tetap tinggal di danau. Genangan itu menjadi suatu perangkap panas dan pengekspor makanan, sebaliknya danau alam membuang airnya dari permukaan, jadi fungsinya sebagai perangkap makanan dan pengekspor panas, sehingga tipe pembuangan air amat mempengaruhi kondisi di bagian hilirnya (Odum 1993).
Pengamatan kali ini dilakukan di dua tempat yaitu inlet dan outlet di kolam Jurusan Perikanan dan di danau Lembah UGM. Pengamatan dilakukan setiap empat jam sekali yaitu pukul 06.00, 10.00, 14.00, dan 18.00 WIB..Adapun parameter yang diukur antara lain :
A. Kolam
1.   Parameter Fisika
a.  Suhu air
Suhu udara suatu perairan antara lain dipengaruhi oleh vegetasi dan waktu. Suhu menyatakan banyaknya panas matahari yang dapat tersimpan dalam suatu media yang dinyatakan dalam satuan celcius.
Suhu air tertinggi terdapat pada pengamatan pukul 14.00 WIB (inlet) yaitu  29 0C, sedangkan suhu terendah terjadi pada pengamatan pukul 06.00 WIB (inlet) yaitu sebesar 20 ºC. Suhu air yang rendah pada pukul 06.00 WIB disebabkan oleh intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan pada saat itu belum maksimum, sedangkan pada pukul 14.00 WIB suhu air mencapai titik tertinggi hal tersebut dikarenakan pada saat itu intensitas cahaya matahari sudah mencapai titik maksimum sehingga panas yang terserap oleh perairan dalam jumlah celcius yang banyak.
b.      Suhu udara
Suhu udara suatu perairan antara lain dipengaruhi oleh cuaca, vegetasi, dan fotosintesis . Suhu udara tertinggi terjadi pada pukul 14.00 WIB (inlet) sebesar 29 0C, sedangkan suhu terkecil terjadi pukul 18.00 WIB (inlet) sebesar 23,5 0C. Suhu udara yang tinggi pada pukul 14.00 WIB disebabkan karena pada saat itu intensitas sinar matahari sudah mencapai titik maksimum, sedangkan suhu yang rendah pada pukul 06.00 dan 18.00 WIB disebabkan karena pada pagi dan sore hari sinar matahari belum mencapai titik maksimum.
c.    Kecerahan
Kecerahan kolam menandakan tingkat kekeruhan kolam yang merupakan aktivitas dari bahan organik. Kecerahan berkisar antara 21,9375 cm – 32,5 cm.  Grafik menunjukkan bahwa kecerahan tertinggi terjadi di daerah outlet pada pukul 18.00 sebesar 34,5 cm dan terendah terjadi di daerah outlet pada pukul 06.00 sebesar 21,125 cm. Kecerahan yang tinggi pada pukul 18.00 WIB disebabkan karena pada saat tersebut aktifitas organisme yang berada di dalam kolam sudah menurun sehingga bahan organik yang terdapat didalamnya mudah mengendap pada dasar kolam. Pada pukul 06.00 WIB kecerahan menunjukkan nilai yang terkecil, hal tersebut disebabkan karena pada pagi hari organisme yang berada didalam kolam mulai aktif bergerak sehingga gerakannya menimbulkan tersebarnya bahan organik yang terendap didasar kolam dan menyebabkan kolam menjadi keruh dan kecerahanya kecil.
2. Parameter kimia
a     DO (Oksigen terlarut)
Banyaknya oksigen terlarut pada suatu perairan dinyatakan oleh DO. Hasil pengamatan menunjukkan kandungan DO pada inlet berkisar antara 1,45 ppm – 4,0 ppm, sedangkan kandungan DO pada outlet berkisar antara 1,35 ppm – 3,1 ppm. Hasil pengamatan diperoleh DO terendah pada inlet terdapat pada pukul 18.00 sebesar 1,4 ppm sedangkan kadar DO tertinggi terdapat pada pukul 06.00 sebesar 4,4 ppm. Nilai DO terendah pada outlet terdapat   pada pukul 18.00 sebesar 1,3 ppm sedangkan kadar DO tertinggi terdapat pada pukul 10.00 sebesar 4 ppm. Adanya nilai DO yang rendah dikarenakan pada daerah tersebut kurang terjadi proses fotosintesis begitupula sebaliknya karena supply oksigen dalam perairan berasal dari fotosintesis fitoplankton. Keberadaan oksigen terlarut  didalam suatu perairan sangat penting karena digunakan oleh hewan air untuk proses respirasi. Oleh karena itu suatu perairan yang baik harus memiliki kadar DO yang lebih dari 3. (Welch 1952).
b.      CO2 bebas
Kandungan CO2 pada kolam merupakan efek dari buruknya lingkungan perairan serta banyaknya oksigen terlarut pada kolam. Kandungan CO2 pada inlet berkisar antara 7 ppm – 10 ppm, begitu juga kandungan CO2 pada outlet berkisar antara 7 ppm – 10 ppm. Kandungan CO2 bebas dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada inlet dan outlet kandungan terbesar terjadi pada pengamatan pukul 06.00 yaitu sebesar 10 ppm (baik didasar maupun permukaan perairan). Nilai tersebut disebabkan pada pagi hari cahaya yang masuk belum cukup untuk melakukan fotosintesis sehingga fitoplankton yang ada lebih cenderung melakukan respirasi..
Kandungan  CO2 yang terrendah pada inlet dan outlet terjadi pada pukul 18.00. Kadar CO2 yang rendah  disebabkan karena pada saat itu (siang hari) sinar matahari yang masuk sudah berlimpah sehingga fitoplankton lebih cenderung melakukan fotosintesis sehingga kadar CO2nya menurun. Menurut Welch (1952) besarnya konsumsi pada phytoplankton, tumbuhan hijau faktor pendukung efektivitas sinar, kecerahan dan waktu juga berpengaruh terhadap kandungan CO2 didalam suatu perairan.
c.     pH
Kandungan pH pada suatu perairan menggambarkan tingkat keasaman serta banyaknya kandungan CO2. Kadar pH pada kolam hampir sama, berkisar antara 7,7 – 7,15. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar pH berkisar antara 7,7 – 7,15 dimana pH tertinggi  terdapat di daerah inlet pada pukul 06.00 hal ini di karenakan CO2 bebas dan nilai alkalinitas yang tinggi pada perairan ini, tingginya CO2 bebas dan alkalinitas menunjukkan bahwa perairan memiliki ketersediaan ion karbonat dan bikarbonat yang tinggi, sehingga perairan dapat bersifat lebih basa. Kandungan pH terendah terjadi hampir sepanjang waktu pengamatan, yaitu di daerah inlet maupun outlet pada pukul 10.00, 14.00 dan pukul 18.00 yaitu sebesar 7,1 dikarenakan kandungan CO2 bebas dan alkalinitas yang relatif rendah pada perairan ini.
d. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kemampuan air untuk mempertahankan keasaman perairan. Kandungan alkalinitas di daerah inlet berkisar antara 101 ppm – 130 ppm, sedangkan pada daerah outlet berkisar antara 110 ppm – 116 ppm. Alkalinitas tertinggi di daerah inlet pada pukul 14.00 sebesar 130 ppm dan terendah pada pukul 18.00 sebesar 101 ppm. Untuk outlet alkalinitas terbesar terjadi pada pukul 14.00 sebesar 116 ppm, sedangkan terkecil pada pukul 06.00 sebesar 110 ppm. Nilai alkalinitas yang tinggi karena pada daerah tersebut banyak terdapat pH yang berasal dari bahan organik yang mengalami pembusukan sehingga sedikit memtuhkan CO2 untuk proses pembusukannya.
Menurut Thomas (1980), alkalinitas dirumuskan sebagai berikut :
CO2 + H2O    H2CO3
H2CO3           H + + HCO3ˉ
HCO3ˉ           H +  + CO2ˉ
3. Parameter Biologi
a.     Kepadatan Plankton
Densitas atau kepadatan plankton dapat dijadikan sebagi indikator meningkatnya produktivitas perairan. Plankton merupakan penyumbang perairan, semakin banyak plankton maka semakin banyak jumlah ikan dan organisme pemakan plankton, sehingga perairan tersebut menjadi produktif. Dari hasil pengamatan kepadatan plankton terbesar di daerah inlet pada pukul 14.00 wib yaitu sebesar 198 ind/l karena  pada saat itu memiliki suhu perairan yang tidak terlalu tinggi (sedang) kadar pH yang netral, alkalinitas, CO2 bebas yang sedang dan DO yang tinggi dan kecerahan yang sedang. Suhu yang tidak tinggi memungkinkan plankton untuk mendiami daerah ini, karena planton menyukai suhu yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Kadar pH, alkalinitas, CO2 bebas yang tinggi, menunjukkan bahwa pada perairan ini banyak mengandung ion karbonat dan bikarbonat, yang berguna sebagai bahan penyuplai nutrien dan bahan utama fotosintesis bagi plankton. Tingginya DO, mengakibatkan plankton mudah mendapat oksigen sebagai bahan dasar respirasi dalam aktivitasnya. Kecerahan yang sedang berhubungan dengan penetrasi cahaya matahari. Plankton cenderung menyukai daerah yang penetrasi cahaya mataharinya sedang, agar aktivitas plankton berjalan secara optimal.
b.    Diversiitas Plankton
Dilingkungan perairan ada tiga unsur pokok yang mempengaruhi kehidupan biota perairan.  Pertama adalah unsur fisik yang berupa sifat-sifat fisika air seperti suhu, kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran serta berat jenis. Unsur kedua adalah sifat kimiawi air seperti pH, kadar oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, alkalinitas dan lain-lainnya.  Unsur ketiga adalah yaitu sifat-sifat biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai dan pengurai.  Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber alam pokok yaitu sinar matahari dan Diversitas plankton merupakan keragaman plankton yang terdapat pada perairan. Tidak semua plankton dapat hidup pada suatu perairan. Diversitas plankton dapat menunjukan kualitas perairan. Dari hasil pengamatan diversitas plankton terbesar di daerah outlet pada pukul 14.00 wib yaitu sebesar 3,822 , sedangkan terendah juga terjadi pada pukul 14.00 sebesar 3,209 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...