Selasa, 30 Januari 2018

PARAMETER BIOLOGI  KUALITAS AIR
(sumber : http://rmmulyani.blogspot.co.id/2012/03/parameter-kualitas-air.html)
 
Plankton Dalam Air - Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk kegiatan budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton,benthos dan perifiton sebagai organisme air yang hidup di perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan budidaya. Kajian secara detail dari ketiga aspek tersebut akan dibahas pada artikel selanjutnya.
Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan zooplankton sangat diperlukan untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll) baik untuk mempercepat perkembangan atau yang mematikan.

Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa pertolongan mikroskop).
2. Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang mata netnya     0,03 - 0,04 mm).
3. Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).

Berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya, plankton dapat merupakan :
·         Haliplankton (hidup dalam air asin)
·         Hypalmyroplankton (khusus hidup di air payau)
·          Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam)
·         Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai)



Plankton Net
Banyak alat yang diciptakan untuk tujuan water sampling, khusus untuk sampling dengan objek plankton, alat yang sering dugunakan adalah plankton net. Plankton net merupakan jaring dengan mesh size yang disesuaikan dengan plakton. Penggunaan jaring plakton selain praktis juga sampel yang diperoleh cukup banyak. Jaring plankton net biasa terbuat dari nilon, umumnya berbentuk kerucut dengan berbagai ukuran, tetapi rata-rata panjang jaring adalah 4-5 kali diameter mulutnya. Jaring berfungsi untuk menyaring air serta plakton yang berada didalamnya. Karena itu plakton yang tertangkap sangat bergantung pada ukuran mesh size, maka ukuran mesh size yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis atau ukuran plankton yang akan diamati. Ukuran plakton yag relatif besar (terutama zooplankton) menggunakan jaring No.0 atau No.3, sedangkan yang lebih untuk plankton yang lebih kecil menggunakan No.15 atau No.20. untuk perairan dangkal didaerah tropis, Wickstead menganjurkan mesh size dengan ukuran 30-50 µm untuk fitoplankton dan zooplankton  kecil. Sedangkan untuk mezooplakton yang lebih besar digunakan ukuran mesh size 150-175 µm.
Bagian akhir ujung jating terdapat bucket alat penampung plankton yang terkumpul. Alat penampung ini biasanya berbentuk tabung yang mudah dicopot dari tabungnya. Prinsipnya bucket harus memenuhi syarat:
-  dapat dengan mudah dioperasikan dilaut
-  tidak menampung air terlalu banyak.
Dalam penelitian analisis kuantitatif (kelimpahan), diperlukan data  volume/ debit air yang tersaring melalui jaring, sehingga kelimpahan plankton dapat dihitung dengan satuan ekor per m3 air yang tersaring. Untuk pencatatan debit air, digunakan flowmeter dengan menggunakan rumus :



V= volume air tersaring (m3 )
V
=
R a p
R= jumlah rotasi baling baling flowmeter



a= luas mulut jaring(m2)



p= panjang kolom air (m) yang ditempuh satu kali putaran
Konstruksi plankton net
Cincin: terletak di atas dan berfungsi sebagai pengikat tali dan sebagai penarik plankton net. Cincin biasanya terbuat dari besi. Diameter cincin berbeda – beda tergantug dari merk dan jenis plankton net, namun pada umumnya diameter cincin ini yaitu 15 – 25cm.
Tali: berfungsi untuk menghubungkan jaring dengan cincin. Panjang tali bervariasi tergantung jenis plankton net dan jenis plankton yang akan diambil, namun biasanya tali yang digunakan berukuran 25 – 50cm
Kawat: digunakan untuk membentuk net atau mulut jaring sesuai keinginan dan kebutuhan kita. Diameter kawat biasanya 31cm untuk fitoplankton dan 45cm untuk zooplankton.
Jaring: digunakan biasanya dari bahan nilon. Mesh size dari jaring ini biasanya 30 – 50 µm untuk fitoplankton dan 150-175 µm untuk zooplankton, panjang jaring sekitar 4-5 kali diameter mulut jaring.
Botol/ bucket: berfungsi untuk menyimpan sampel air yang telah disaring oleh plankton net.
Berbagai ukuran mata jaring (Muller gauze) berdasarkan nomor dagang (Motoda 1957)





Nomor
Jumlah
Ukuran Rata-
Nomor

Dagang
Mata Jaring
rata Panjang
Dagang
Tujuan Koleksi
Muler Gauze
Per inch
Mata Jaring
Jepang

0000
18
1,364 mm
GG 18

000
23
1,024 mm
GG24

0
38
0,569 mm
GG 40
Hydromedusa, Euphausiids, dll
3
58
0,333 mm
GG 54
Copepoda, dll.
5
66
0,282 mm
GG70
Copepoda, diatom, dll.
15
150
0,094 mm
XX13
Diatom, dinoflagelata, dll
20
173
0,076 mm

Mikrozooplakton
25
200
0,064 mm

Mikrozooplakton




sumber: LIPI, 1997

Jenis-jenis Plankton Net
Metode Pengambilan Plankton
Metode pengambilan sampel menggunakan plankton net terbagi atas dua cara tergantung pada tujuan yang diiginkan, biasanya dibedakan atas :
Sampling Secara Horizontal: Metoda pengambilan plankton secara horizontal ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran plankton horizontal.. Plankton net pada suatu titik di laut, ditarik kapal menuju ke titik lain, penganbilan sampel seiring pergerakan kapal secara perlahan (±2 knot), plankton net ditarik untuk jarak dan waktu tertentu (biasanya ± 5-8 menit). Jumlah air tersaring diperoleh dari angka pada flowmeter atau dengan mengalikan jarak diantara dua titik tersebut dengan diameter plankton net. Flowmeter untuk peningkatan ketelitian. Dengan cara horozontal sampel terbatas pada satu lapisan saja.
Sampling Secara Vertikal: Merupakan cara termudah untuk mengambil sampel dari seluruh kolom air (coposite sample). Ketika kapal berhenti, plankton net diturunkan sampai ke kedalaman yang diinginkan dengan pemberat dibawahnya. Setelah itu plankton net ditariknya keatas dengan kecepatan konstan. Untuk mesh size halus digunakan kecepatan 0,5 m/detik untuk mata jaring kasar 1,0 m/detik.
Sampling Secara Miring (Obelique): jaring diturunkan perlahan ketika kapal bergerak perlahan (±2 knot). Besar sudut kawat dengan garis vertikal ± 45˚, setelah mencapai kedalaman yang diinginkan plankton net ditarik secara perlahan dengan posisi sudut yang sama. Sampel yang didapat merupakan plankton yang terperangkap dari berbagai lapisan air. Kelemahan metode ini adalah waktu yang dibutuhkan relatif lama.
Pengawetan sampel
Setelah plankton dikeluarkan dari bucket segera diawetkan di botol yang mulutnya cukup luas. Bahan pengawet yang bukan untuk penelitian khusus biasanya menggunakan formalin 4% (sudah dinetralkan borax). Cairan tersebut merupakan campuran dari formalin teknis (formalin yang dijual dipasar berkadar 40%) dicampur dengan 9 bagfian ari yang mengandung sampel. Sedangkan untuk penelitian khusus, sampel didinginkan antara -10 sampai dengan -25˚C agar metabolisme tubuh plankton tidak berkerja. Untuk menghindari kekeliruan botol sampel perlu di tempelkan label bertuliskan:
-  Nomor stasiun
-  Tanggal dan waktu
-  Kedalaman
-  Nama kapal
-  Data lain yang dianggap perlu
Analisis Sampel Plankton
Empat kategori analisis plankton yang paling mudah dilakukan yaitu volume, berat basah, berat kering, dan pencacahan.
Pengukuran volume(biomassa): dengan menentukan volume dengan tujuan mengetahui banyaknya plakton secara kuantitatif tanpa mengidentifikasi komposisinya (volume plankton per satuan volume air).
Pengukuran berat basah dan berat kering: dengan cara menghilangkan air yang terdapat diantara plankton denfgan cara menyerap air dengan kertas filter atau pompa hisap. Penimbangan biasanya digunakan untuk menentukan berat zooplankton (bukan fitoplankton). Perhitungan berat basah digunakan timbangan dengan kepekaan tinggi. Berat kering didapatkan setelah sampel dioven pada suhu 50˚C selama 24 jam agar kadar airnya hilang dan beratnya stabil. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan lemak plankton akan berubah menjadi senyawa organik terurai, hilang atau sebagainya.



BBS
= berat plakton basah/ kering (mg/m3)
BBS
=
P1 – P2
P1
= berat sampel degan kertas filter (mg/m3)
VS
P2
= berat filter tanpa sampel (mg/m3)



VS
= volume air tersaring (m3)
Penghitungan jumlah kelimpahan: cara umum yang dilakukan untuk mencacah sampel adalah dengan pengenceran sampel dan kemudian fraksi/ bagian dari sampel dihitung. Secara sederhana jumlah hasil cacahan dikalikan dengan jumlah fraksi.
Analisis Data dan Pengambila Kesipulan
Analisis data: setelah didapatkan hasil pencacahan dan ditabulasi, peneliti melakukan analisis dengan metode statistika. Dengan menentukan komunitas kondisi plankton disuatu perairan digunakan rumus:
1. Indeks diversitas: untuk mengetahui keragaman taksa biota perairan. Nilai indeks makin tinggi, berarti komunitas plakton di perairan tersebut semakin beragam dan tidak mendominasi. Indekd diversitas berdasarkan rumus Shanon & Weaver:


s







H
=
Pi  ln  Pi
;
Pi
=
ni




1=1


N












H
=
indeks diversitas




ni
=
jumlah sel/ ekor dari taksa biota i


N
=
jumlah sel/ ekor dari taksa biota di dalam sampel
S
=
jumlah taksa biota dalam sampel


2. Indeks kemerataan: menunkukan pola sebaran plankton, nilai indeks yang relatif tinggi menandakan bahwa kandungan setiap takson tidak banyak berbeda. Rumus yang digunakan adalah Pielou:
J
=
H

J = indeks kemerataan
ln    S

H= indeks diversitas




S= jumla taksa biota dalam sampel
3. Indeks kekayaan: mengetahui banyak sedikitnya taksa serta konsentrasi biota dalam satu komunitas:
d
=
S – 1

d= indeks kekayaan taksa
ln  N

S= jumlah taksa dalam satu sampel




N= jumlah sel/ekor dari taksa biota dalam satu sampel
Jika komunitas terdiri dari satu takson maka nilai indeksnya adalah nol.
Pengambilan kesimpulan: beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam mengambil kesimpulan adalah:
Dilautan plankton tidak menyebar secara merata, baik horizontal maupun vertikal.
Banyak plankton melakukan migrasi vertikal, yang menyebadkan perbedaan kepadatan antara pagi dan malam hari.
Didekat pantai plankton sangan berfariasi terutama di sekitar estuari:
Iklim indonesia yang bersifat tropik dengan perbedaan parameter lingkungan (suhu, salinitas, DO, zat hara) yang tidak telalu tajam menyebabkan pengambilan kesimpulan agak sukar.
Kesimpulan sebaran plankton dan faktor lingkungan yang diamati secara bersamaan perlu memperhatikan kondisi cuaca, geografik, dan biologi pada saat sampling.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA CBIB - Cara Budidaya ...