METODE PEMBERIAN PAKAN IKAN
(SUMBER :http://justayudaryani.blogspot.co.id)
Pemberian pakan buatan untuk ikan harus dilakukan
secara benar dan hati-hati supaya pertumbuhan ikan dapat berlangsung normal.
Dengan demikian diharapkan tidak akan terjadi pemborosan. pemakaian pakan ikan
buatan dipengaruhi oleh unsur cara pemberiannya, frekuensi pemberian, jumlah
ransum perhari, suhu air dan keadaan lingkungan. Untuk benih yang masih kecil
pakan diberikan dengan menyerakkannya secara merata diseluruh permukaan air
apabila makanan ikan berbentuk cairan maka sebaiknya pemberian pakan dilakukan
dengan alat penyemprot (sprayer).
Apabila pakan ikan yang berbentuk tepung dan remah
dapat diberikan dengan cara ditaburkan menggunakan tangan pada tempat dan waktu
yg sama (tetap). Tempat pemberian pakan sebaiknya ditetapkan didekat pintu
pengeluaran air agar ikan terbiasa untuk menunggu makanannya di tempat tersebut
pada waktu yg telah ditentukan, selain itu sisa-sisa pakan yg tidak termakan
oleh ikan tidak tersebar kemudian membusuk di seluruh kolam. Pakan ikan
buatan diberikan secara berangsur-angsur
sedikit demi sedikit sesuai kebiasaan makannya. Apabila kira-kira sepertiga
dari jumlah ikan-ikan yang ada sudah tidak mau lagi memakan makanan yang
dilemparkan maka pemberiannya segera dihentikan, jika sudah diberikan pakannya
secara teratur maka ikan anda akan jauh lebih sehat dan siap untuk dipanen.
Berdasarkan jumlah pakan yang harus diberikan
dalam suatu usaha budidaya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Pemberian pakan secara berlebihan (excess)
Pemberian
pakan secara berlebihan atau biasa disebut ad
libitum merupakan salah satu cara pemberian pakan yang biasa diberikan pada
fase pemberian pakan untuk larva ikan sampai ukuran benih ikan pada suatu
hatchery. Pada stadia tersebut tingkat konsumsi pakan masih tinggi hal ini
berkaitan dengan kapasitas tampung lambung larva atau benih ikan masih sangat
terbatas, struktur alat pencernaan yang masih belum sempurna dan ukuran bukaan
mulut larva yang masih sangat kecil, sehingga dengan memberikan pakan dengan
sekenyangnya atau ad libitum dimana pakan selalu tersedia dalam jumlah yang
tidak dibatasai maka larva atau benih ikan ini dapat makan kapanpun juga sesuai
dengan keinginan ikan. Tetapi pemberian pakan secara berlebihan pada fase
setelah larva atau nebih akan membawa dampak yang merugikan bagi sistem
perairan dalam suatu usaha budidaya. Dimana pakan ikan yang berlebihan akan
berpengaruh langsung terhadap organisme akuatik (ikan) yang hidup dalam wadah
budidaya dan kondisi lingkungan budidaya tersebut.
Gambar 2.1. Pemberian Pakan
Secara Ad Libitum
Pakan ikan
yang berlebihan tidak akan dimakan oleh ikan dan akan terjadi penumpukan pakan
pada wadah budidaya di dasar perairan. Penumpukan pakan ikan didasar budidaya
akan tercampur dengan hasil buangan ikan seperti feses, urine yang nantinya
akan menghasilkan bahan-bahan toksik seperti amoniak, H2S dan
sebagainya yang dihasilkan dari perombakan bahan-bahan organik tersebut.
Kandungan toksik yang tinggi dalam wadah budidaya akan menyebabkan aktivitas
ikan dan terganggu. Oleh karena itu manajemen pemberian pakan pada ikan harus
dilakukan dengan benar disesuaikan dengan melihat jenis dan umur ikan,
lingkungan perairan serta teknik budidaya yang digunakan.
2. Pemberian pakan sekenyangnya (satiation)
Pada
sistem pemberian pakan sekenyangnya adalah suatu usaha para pembudidaya ikan
untuk melakukan pemberian pakan pada ikan yang dibudidayakan dalam jumlah yang
maksimal. Hal ini dapat dilakukan pada ikan budidaya yang benar-benar sudah
diketahui daya tampung lambungnya secara maksimal dalam setiap pemberian pakan,
sehingga pakan ikan yang diberikan semuanya dikonsumsi oleh ikan. Tetapi dalam
kenyataannya sangat sulit bagi para pembudidaya untuk menerapkan sistem
pemberian pakan ini karena untuk menghindari pakan yang terbuang itu sangat
sulit. Oleh karena itu dalam pemberian pakan secara maksimal akan mudah
diterapkan jika ikan yang dibudidayakan sudah terbiasa dengan jumlah pemberian
pakan tersebut setiap hari berdasarkan pengalaman di lapangan.
3. Pemberian pakan yang dibatasi (restricted)
Pemberian
pakan tipe ini adalah pemberian pakan buatan yang biasa dilakukan dalam suatu
usaha budidaya ikan dimana para pembudidaya melakukan pembatasan jumlah pakan
yang diberikan setiap hari. Jumlah pakan yang aka diberikan setiap hari ini
dibatasi berdasarkan hasil suatu penelitian dengan jumlah pakan tertentu akan
diperoleh pertumbuhan ikan yang optimal. Pemberian pakan dalam budidaya ikan
secara intensif biasanya jumlah pakan yang diberikan dibatasi jumlahnya
berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman dilapangan.
Berdasarkan peralatan yang digunakan dalam
melakukan pemberian pakan pada usaha budidaya ikan, ada beberapa metode
pemberian pakan yang dapat dilakukan yaitu:
1.
Pemberian pakan dengan tangan
Pemberian pakan dengan cara metode pemberian
pakannya menggunakan tangan (disebar). Metode pemberian pakan dengan tangan ini
biasanya disesuaikan dengan stadia dan umur ikan yang dibudidayakan.
2.
Pemberian pakan secara mekanik
Pemberian pakan dengan cara menggunakan alat bantu
pakan yang digerakkan oleh tenaga mekanik, seperti demand feeder dan automatically
feeder yang biasa digunakan pada budidaya ikan di kolam air deras.
3.
Pemberian pakan di Hatchery
Pada beberapa unit hatchery ikan
air laut atau ikan air tawar biasanya dibutuhkan suatu alat bantu untuk
memudahkan proses pemberian pakan. Pada stadia larva ikan merupakan fase kritis
dimana pada fase tersebut dibutuhkan pakan yang tepat jenis, ukuran dan jumlah
dimanayang dimasukkan kedalam pipapipa adalah pakan alami yang telah dibuat
sedemikian rupa sehingga pipa yang berisi pakan alami ini masuk kedalam wadah
pemeliharaan secara otomatis.
Selain itu yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengelolaan pemberian pakan adalah melakukan pencatatan pemberian pakan yang
biasa disebut dengan Feeding record.
Dengan membuat suatu catatan tentang pemberian pakan pada setiap kolam budidaya
akan memudahkan untuk memantau perkembangan setiap kolam budidaya.
2.2. Pengaruh
Metode Pemberian Pakan Yang Berbeda Pada Ikan Terhadap Pertumbuhan Ikan
Dalam budidaya ikan secara intensif, efisiensi
energi dalam pakan yang diberikan dapat dikatakan baik jika nilai efisiensi
tersebut berkisar antara 25-40%. Nilai tersebut dapat dikatakan bahwa untuk
memenuhi kebutuhan energi ikan sebesar 100 kkal maka dibutuhkan energi yang
tersedia dalam pakan sebesar 250-400 kkal. Dengan pemberian energi dengan
besaran tersebut, maka energi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan kurang
dari 50% total energi dalam pakan, selebihnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan untuk hidup (cost of living). Komponen Bukan Penghasil Energi. Untuk
menjaga keseimbangan gizi, komponen ini tetap dibutuhkan dalam mempertahankan
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembahan ikan, sekalipun komponen ini
tidak berperan sebagai penghasil energi.
Komponen pakan yang berperan bukan sebagai
penghasil energi adalah vitamin dan mineral. Kedua komponen ini sangat besar
peranannya dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan.
Beberapa referensi menyebutkan komponen zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
ikan dalam jumlah relatif kecil ini sebagai komponen mikro (micro component).
Beberapa referensi lain bahkan menambahkan air sebagai zat gizi keenam.
Meskipun bukan pakan dalam arti sebenarnya, air tetap diperlukan sebagai media
proses metabolisme dan pembentukan cairan tubuh ikan.
Gambar 2.3. Pertumbuhan Ikan
Dalam budidaya ikan secara intensif dimana 40-70%
komponen biaya produksi adalah pakan ikan maka efisiensi pakan atau konversi
pakan sangat penting diperhatikan. Dari sekian banyak pakan yang dikonsumsi
oleh ikan maka akan banyak terjadi pelepasan bahan organik dan anorganik yang
berasal dari pakan yang akan mempengaruhi kualitas air dalam wadah budidaya.
Oleh karena itu antara pemberian pakan dengan kualitas air di dalam budidaya
ikan secara intensif sangat komplek. Ada beberapa parameter kualitas air yang
sangat mempengaruhi aktivitas makan, metabolisme dan pertumbuhan ikan
diantaranya adalah suhu air dan tingkat kelarutan oksigen. Pakan yang diberikan
dalam budidaya ikan intensif akan dikonsumsi oleh ikan dan ikan akan
mengeluarkan buangan berupa limbah organik dan organik kedalam wadah budidaya.
Salah satu limbah nitrogen yang sebagian besar
berupa amoniak terlarut dan feses merupakan bahan yang akan banyak dibuang
kedalam peraiaran. Amoniak dikeluarkan oleh ikan melalui insang, urine dan
feses. Amoniak dapat mempengaruhi secara langsung pada ikan budidaya sedangkan
bahan limbah lainnya seperti phosphor dan nitrogen dalam bentuk lainnya secara
tidak langsung akan mempengaruhi ikan juga. Karena amoniak dalam bentuk belum
terionisasi sangat berbahaya bagi ikan, sedangkan feses yang dikeluarkan oleh
ikan lama kelamaan akan menjadi bahan tersuspensi ataupun terendap dalam sistem
perairan. Jika konversi pakan pada ikan mas mencapai 1,5 berarti dalam 1,5
kilogram pakan akan memberikan konstribusi penambahan berat daging ikan
sebanyak 1kg.
Hal ini berarti pakan yang diolah menjadi
daging tidak seratus persen ada bagian dari pakan yang digunakan sebagai energi
untuk feses dan lainnya. Menurut Calow (1986) dalam Harris (2005), energi pakan
yang dimakan ikan (C) sama dengan produksi daging ikan (P) + energi metabolisme
(R) + energi urine (U) dan energi feses (F) atau dengan rumus ditulis sebagai
berikut: C = P + R + U + F. Berapa banyak pakan yang dikonsumsi (C) akan
menjadi daging tergantung dari berapa banyak yang terbuang sebagai limbah feses
dan sisa metabolisme berupa urin, amoniak, karbondioksida, air dan hidrogen
sulfida. Seberapa banyak pakan akan menjadi feses tergantung pada seberapa
sesuai komponen pakan dengan kemampuan enzimatik di saluran pencernaan ikan
(daya cerna). Pakan yang dicernaselanjutnya diabsorbsi ke dalam darah dan
seberapa banyak pakan yang diabsorbsi akan menjadi daging ikan bergantung pada
pola asam amino, asamlemak, keseimbangan energi antar nutrien, vitamin, mineral
dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar