PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN
By Ismet Leuge Perlak
sumber : https://smkjenieb.wordpress.com/5/penanggulangan-hama-dan-penyakit-ikan/
Dalam budidaya ikan, serangan penyakit adalah masalah dan aspek yang
sangat penting, artinya penanggulangan penyakit dan hama juga harus
menjadi pengetahuan yang penting bagi petani ikan dan siapa saja yang
hendak membudidayakan ikan. Sebab penyerangan penyakit maupun ganguan
hama dapat mengakibatkan kerugian ekonomis.
Serangan penyakit dan ganguan hama dapatr menyebabkan pertumbuhan
ikan menjadi lambat (kekerdilan), padat tebar sangat rendah, konversi
pakan sangat tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang berarti
meningkatnya biaya produksi. Dan pada tahap tertentu, serangan penyakit
dan gangguan hama tidak hanya menyebabkan menurunya hasil panen
(produksi), tetapi pada tahap yang lebih jauh dapat menyebabkan
kegagalan panen.
Agar para pembudidaya ikan mampu mencegah serta mengatasi serangan
penyakit dan gangguan hama yang terjadi pada ikan pemeliharaannya, maka
mereka perlu dibekali pengetahuan menyenai sumber penyakit, penyebab,
dan jenisnya serta teknik-teknik penanggulangannya.
Permasalahan budidaya ikan antara lain, rusaknya lingkungan hutan
mangrove karena pembukaan lahan tambak yang begitu luas serta menurunnya
daya dukung lahan karena budidaya ikan dan udang di beberapa tempat
mengabaikan daya dukung lahan tersebut. Khusus untuk jenis ikan
tertentu, pasokan benih masih mengandalkan hasil penangkapan di alam,
sehingga selain pasokan benih terbatas, penangkapan benih telah
menyebabkan kerusakan habitat ikan.
Dan masalah yang dianggap sering menjadi penghambat budidaya ikan
terbesara adalah munculnya serangan penyakit. Pengalaman dalam dunia
perudangan merupakan trauma berkepanjangan, yang hingga saat ini
belumterpecahkan secara tuntas. Karena senrangan penyakit dapat
menimbulkan kerugian ekonomis, bahkan mengagalkan hasil panan, maka para
akuakulturis dan calon akuakulturis perlu memiliki pengetahuan dan
keterampilan tentang penanggulangan hama dan penyakit.
- A. PENYAKIT IKAN
Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau
sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak lansung. Pada
prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak dating begitu saja,
melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi
lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya
jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan
penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara
lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit. Interaksi yang tidak
serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan
diri yang dimilikinya menjdi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit.
Manusia memegang peranan penting dalam upaya mencegah terjadinya
serangan penyakit pada ikan budidaya, baik di kolam, keramba, tambak,
maupun di wadah budidaya lainnya, yaitu dengan cara memelihara
keserasian interaksi antara tiga komponen di atas. Ini berarti kerugian
yang diderita karena serangan penyakit sebenarnya dapat dihindari
apabila petani mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai cara menjaga
keserasian antara ketiga komponen penyebab penyakit itu.
Penyebab penyakit pada ikan atau peristiwa yang memicu terjadinya penyakit antara lain sebagai berikut :
- 1. Stress
Semua perubahan pada lingkungan dianggap sebagai penyebab stress bagi
ikan dan untuk itu diperlukan adanya adaptasi dari ikan. Beberapa
faktor stress, misalnya suhu air dan salinitas, bisa menyebabkan
meningkatnya metabolism ikan, bila ikan dipindahkan dari air tawar yang
salinitasnya 0 ppt ke tambak atau laut yang salinitasnya di atas 20 ppt
tidak secara bertahap maka ikan akan mengalami kesulitan beradaptasi.
Faktor lain misalnya transportasi, dapat menyebabkan tekanan pada system
kekebalan dan menghasilkan bermacam penyebab meningkatnya penyakit dan
kematian pada ikan. Oleh karena itu kadang-kadang ikan diberi obat
penenang sebelum ditransportasikan. Ada juga stres disebabkan dari segi
makanan atau pakan yang diberikan, seperti yang terjadi pada ikan lele,
jika ikan muda (0,5-5,0 gram) diberi makanan lebih dari 5% berat tubuh
segar per hari, usus bagian belakang atau bagian tengah pecah
menimbulkan penyakit pada peritoneum. Kemudian timbul radang pada
dinding perut yang menyebabkan luka yang berasal dari dalam.
Untuk mengurangi stres pada saat penebaran benih harus hati-hati,
ikan yang baru ditangkap atau baru didatangkan tidak boleh langsung
dicampurkan dengan ikan-ikan yang lama, namun perlu dilakukan adaptasi
suhu terlebih dahulu.
- 2. Kekurangan gizi
Ikan yang kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab
penyakit. Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan mengurangi laju
pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan
ikan menjadi mudah terserang penyakit. Kekurangan lemak atau asam lemak
akan menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat, kesulitan reproduksi, dan
warna kulit yang tidak normal. Kekurangan karbohidrat dan mineral jarang
terjadi, kecuali yodium yang dapat menyebabkan gondok. Kekurangan
vitamin dapat mengakibatkan pertumbuhan menurun, mata ikan redup,
anemia, kulit pucat, dan pertumbuhan tulang belakang kurang baik.
Pakan yang tidak seimbang atau komponennya berlebihan juga dapat
menimbulkan masalah, seperti kelebihan protein dan lemak dapat
menimbulkan penimbunan lemak di hati dan ginjal (lipoid liver
degeneration) sehingga ikan menjadi gemuk, nafsu makan berkurang, dan
bengkat di sekitar perut. Dan kelebihan karbohidrat juga dapat
menyebabkan penimbunan lemak di hati dan organ dalam lainya, rongga
perut melebar, insang menjadi pucat, telur tertahan, dan kualitasnya
menurun.
Pencegahan dilakukan dengan memberikan ikan makanan yang mengandung
gizi lengkap, tidak kelebihan gizi, pemberian makanan cukup, tepat
waktu, dan makanan tidak mengandung bahan beracun.
- 3. Pemberian pakan yang berlebihan
Selain kekurangan gizi sebagai pengebab mudahnya ikan terserang
penyakit, pemberian makanan juga mengakibatkan hal yang sama. Ada dua
kejadian yang berbahaya bila ikan diberikan pakan yang berlebihan, yaitu
ikan mengalami kekenyangan yang berlebihan sehingga usus ikan mudah
pecah dan penurunan kualitas air.
Pakan yang berlebihan yang tidak habis dimakan oleh ikan akan
tertimbun didasar kolam dan tambak. Dengan demikian akan mempercepat
penurunan kualitas air, karena pakan merupakan sumbernbahan organik yang
mengalami dekomposisi (terutama protein) akan menjadi ammonia.
Sedangkan konsentrasi ammonia yang berlebihan dapat menyebabkan
timbulnya keracunan pada ikan.
- 4. Keracunan
Keracunan yang bayak dikenal adalah yang disebabkan oleh ion NO
2– dan NH
3.
Tetapi ini terjadi hanya pada kondisi lingkungan tertentu, misalnya
penimbunan lumpur dan sisa pakan yang banyak dikolam atau tambak.
Gangguan kesehatan lainnya yang sangat tergantung pada keadaan fisik
adalah trauma gelembung gas atau disebut GBT (Gas Bubble Trauma).
Penyakit ini terjadi karena air terlalu jenuh dengan gas-gas terutama
nitrogen. Tetapi trauma gelembung gas atau GBT juga bisa terjadi karena
terlalu jenuhnya oksigen. Terlalu jenuhnya darah dengan gas bisa
terjadi misalnya karena penggunakan air yang dipanaskan, air yang
disediakan melalui tekanan yang berlebihan, dan pengaliran air
menggunakan pompa-pompa yang rusak dan berlubang. Didalam tubuh ikan,
dengan kejenuhan darah seperti tersebut di atas, akan timbul suatu
gelembung udara dengan tingkat tertentu dan hal ini akan menyumbat
kapiler-kapiler darah. Pecahnya kapiler-kapiler ini menghasilkan
hemoragik.
Selain keracunan yang disebutkan di atas, kerucunan juga bisa berasal
dari pakan. Misalnya dari bahan baku yang digunakan, aktivitas
mikroorganisme yang mencemari pakan dan penurunan/ pengrusakan komponen
pakan selama penyimpanan. Ketengikan lemak dapat merusak fungsi hati
ikan. Mycotoksin dai Aspergilus flavus dapat menyebabkan tumor hati.
Beberapa senyawa lainnya yang tidak beracun tetapi dapat menurunkan
kualitas pakan antara lain enzim thiaminase yang dapat merusak thiamin
(vitamin B1), trypsin inhibitor yang dapat menghambat aktivitas enzim
tripsin.
Keracunan juga bisa berasal dari limbah baik limbah rumah tangga
seperti ditergen, limbah pertanian seperti pestida maupun limbah
industry seprti Cu, Cd, dan Hg serta berbagai bahan pencemaran lainnya.
Kesemuanya ini pada konsentrasi tinggi dapat membahayakan ikan dan para
pengkonsumsi ikan.
- 5. Memar dan luka
Ikan mengalami memar dan luka karena saling mengigit atau penangganan
yang kurang baik. Penyakit ulcus syndrome pada ikan kerapu yang
diidentifikasikan disebabkan oleh bakteri vibrio sp. (vibriosis) berawal
dari memar dan luka pada ikan (Anonim, 1994).
Selama pengangkutan perlu diperhatikan agar kondisi lingkungan dalam
media pengangkut tetap baik, sehingga ikan tidak mengalami gangguan.
Untuk menjaga kondisi media pengangkut tetap baik, perlu diperhatikan
waktu pengangkutan, jumlah ikan yang diangkut, dan jarak yang ditempuh.
Di dalam wadah pengangkut, ukuran ikan harus seragam, terutama ikan-ikan
yang mempunyai sifat kanibal (saling memangsa) seperti ikan kerapu,
kakap, kuwe, gabus, dan ikan-ikan karnivor lainya. Hal ini perlu
diperhatikan agar tidak terjadi saling menyerang antara ikan yang dapat
menyebabkan memar dan luka pada ikan. Sebab ikan yang memar dan luka
hanya cepat stres, tetapi bagian tubuh yang memar dan luka merupakan
media potensial untuk diserang penyakit.
- 6. Cacat
Ikan cacat akan kesulitan memperoleh makanan, baik karena
pergerakannya lambat atau karena kecacatannya sehingga mengalami
kekerdilan. Dan karena itu, sulit bersaing terutama dalam memperoleh
makanan. Walaupun demikian ikan cacat bukan hanya merupakan penyakit
(non-infeksi) bawaan, tetapi juga karena perlakuan pembenih yang tidak
tepat. Misalnya, ikan yang mempunyai kebiasaan memakan makanan di dasar
perairan, oleh pembenih diberikan makanan terapung. Perlakuan seperti
ini akan menyebabkan ikan menderita mata juling. Begitu juga ikan yang
mengalami pembengkokan tulang. Mungkin saja telur ikan ditetaskan
terserang penyakit terlebih dahulu sebelum menetas. Oleh karena itu,
pembenih juga harus dapat memastikan media air yang digunakan maupun
telur yang hendak ditetaskan adalah dalam kondisi optimal.
- 7. Kulitas air
Bila kualitas air tidak dalam kondisi optimum untuk keperluan
kehidupan ikan, misalya tingkat bahan organik di dasar kolam atau
tambak yang tinggi. Kualitas air juga mempunyai potensi untuk
menyebabkan perubahan sito-patologi dan histo-patologi pada ikan.
Kosentrasi amonia yang tinggi bisa menyebabkan perubahan histologis pada
jaringan insang walaupun secara lambat tetapi terus menerus.
Menjaga agar kualitas air tetap optimum bagi kebutuhan ikan yang
dibudidayakan, berarti menjaga kesehatan ikan dan mencegah serangan
penyakit. Kualitas air yang optimum dapat dipertahankan dari kegiatan
memilih lokasi yang ideal, menggunakan dan membuat wadah budidaya yang
cocok, dan melaksanakan pengololaan usaha budidaya ikan secara benar,
seperti memilih benih yang berkualitas, pemberian pakan yang cukup dan
bermutu serta tepat waktu, pergantian air, pengelolaan tanah, dan
sebagainya.
- 8. Hama
Penyakit juga dapat disebabkan oleh hama yang secara sengaja maupun
tidak sengaja masuk ke dalam wadah pemeliharaan. Hama selain mengganggu
ikan pemeliharaan dalam bentuk memangsa, menyaingi, dan merusak wadah
budidaya, juga dapat membawa organisme penyakit seperti virus, perasit,
bakteri atau jamur. Ikan pemeliharaan yang terluka akibat terserang
pemangsa akan mudah stres, dan bagian yang memar atau terluka merupakan
media yang potensial terjadinya serangan penyakit infeksi.
- B. PENANGGULANGAN PENYAKIT IKAN
Cara penanggulangan penyakit ikan dengan menggunakan obat-obatan atau
secara kimiawi dapat dilakukan di dalam bak (tank treatment) maupun di
kolam/tambak (pond treatment). Sedangkan teknik-teknik yang digunakan
sebagai berikut :
- 1. Jangka pendek
Untuk penanggulangan penyakit ikan jangka pendek (short duration) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
- Metode perendaman (Dip Method)
Metode perendaman dilakukan dengan memakai dosis konsentrasi yang
tinggi untuk waktu yang pendek, tidak lebih dari beberapa detik. Ikan
yang diobati dengan cara ini dimasukan kedalam jaring dan dicelupkan.
Cara ini diterapkan pada pengobatan ikan dan telur ikan.
- Metode pembilasan (Rapis (Flus)
Metode pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi yang relatif
tinggi, ikan dibilas sekaligus sambil dilakukan penggantian air.
Biasanya cara ini diterapkan untuk telur ikan.
- 2. Jangka panjang
Penanggulangan penyakit ikan jangka panjang (prolonged treatment) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
- Metode pemandian (Bath Method)
Metode pengobatan dengan cara pemandian dilakukan sekitar 1 jam.
Selama pengobatan ikan selalu diamati. Aerasi juga terus menerus
diberikan selama pengobatan (pemandian).
- Perlakuan dengan aliran air tetap ( Constant Flow Treatment)
Metode ini diperlukan alat aliran air tetap (constan flow apparatus). Lama pengobatan untuk metode ini sekitar 1 jam.
- 3. Jangka waktu tak terbatas
Metode pengobatan ikan sakit dalam jangka waktu tak terbatas
(indefinite treatment) umumnya dipakai untuk pengobatan dikolam, tambak
atau bak-bak yang berukuran besar. Bahan kimia yang digunakan dalam
dosis yang rendah untuk jangka waktu yang lama, dan dibiarkan supaya
berkurang dan hilang dengan sendirinya.
- 4. Penyemprotan
Penanggulangan penyakit ikan di kolam atau tambak dapat dilakukan
dengan cara penyemprotan. Bahan kimia yang biasanya digunakan adalah
dengan jalan penyemprotan yaitu pestida. Pengobatan dengan pestida ini
hanya dilakukan sebagai cara terakhir, setelah cara yang lain tidak yang
efektif.
- 5. Penyuntikan
Pengobatan melalui penyuntikan biasanya dilakukan untuk ikan-ikan
yang berukuran besar atau induk-induk ikan. Penyuntikan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
- Secara Intra Peritoneal (IP), yaitu penyuntikan dilakukan pada
bagian belakang dari rongga perut, tepat di depan sirip perut
(diusahakan agar tidak melukai usus ikan).
- Secara Intra Muscular (IM), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian
tengah otot punggung dekat sirip punggung (kurang lebih 3 sisik di bawah
ujung belakang sirip punggung).
- 6. Pengobatan melalui makanan
Apabila ikan yang terserang penyakit masih mau makan (belum
kehilangan nafsu makannya) maka pengobatan dapat dilakukan melalui
makanan. Caranya, obat yang hendak digunakan dicampur dengan makanan
(sesui dosis) sesaat sebelum makanan diberikan.
- C. PENANGGULANGAN HAMA
Hama adalah organisme yang dapat menimbulkan ganguan pada ikan
budidaya secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menanggulangi
serangan hama lebih ditekankan pada system pengendalian hama terpadu,
yaitu pemberantasan hama yang berasil, tetapi tidak mengakibatkan
kerusakan ekosistem, termasuk hewan ternak, ikan budidaya, manusia, dan
musuh alami yang mengkonsumsinya (hama). Dengan kata lain, apabila masih
ada cara yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang baik,
maka tidak perlu menggunakan obat-obatan, apa lagi obat-obatan buatan
pabrik (pestisida anorganik). Oleh karena itu, penanggulangan hama
umumnya dilakukan dengan cara mekanis. Pemberantasan secara mekanis
sebaiknya dilakukan petani ikan pada saat sebelum penebaran benih. Cara
ini merupakan tindakan pencegahan (preventif). Cara pencegahan ini lebih
menguntungkan karena tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada
lingkungan, mudah dan murah pelaksanaannya, tidak berpengaruh buruk pada
usaha budidaya dan memberikan pengaruh yang cukup lama.
Tindakan pencegahan seperti menyiapkan kondisi kolam/ tambak yang
sempurna dengan perlakuan pengolahan tanah yang baik, pengeringan yang
memenuhi syarat, pengapuran dengan dosis yang sesuai pH dan sifat tanah,
mempertinggi peranan dan fungsi saluran, pintu air dan alat
penyaringannya dalam kolam/tambak, akan memberikan andil yang sangat
besar dalam usaha penanggulangan hama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar